Pagi ini kami tidak punya banyak agenda jadi kami putuskan untuk berkelana ala ‘local people’ sekedar ingin merasakan naik Jeepney Manila yang eksotik tersebut. Karena tidak tahu rute dan juga tidak punya tujuan yang jelas maka kami naik saja pada sebuah jeepney yang melintas di depan hotel yang ternyata jurusan Faura – San Andres. Kami bahkan tidak tahu apakah jeepney yang kami naiki tsb sedang menuju ke Faura atau San Andres. Pokoknya naik saja toh nanti akan tahu. 😄
Seperti oplet di negara kita sopir jeepney di sini juga ugal-ugalan dan nyetir tanpa peduli dengan kenyamanan penumpangnya. Dia srudug sana srudug sini di jalanan kota Manila yang padat tsb. Kami benar-benar terguncang-guncang di dalamnya. Tapi penumpang lain kayaknya santai saja dengan kelakuan sopir yang ngawur tsb. Kami aja yang saling pandang dan tertawa merasakan hempasan jeepney yang melaju dan berhenti tiba-tiba tsb. 😄
Penumpang naik dan turun dan kami tidak tahu harus berhenti di mana. Saya hanya bilang pada sopir, “Last stop.” dan ia paham. Sampai di San Andres tinggal kami yang ada dan kami pun turun. Ongkosnya 8 P per orang atau 16 P berdua. Itu artinya hanya sekitar Rp.2.500,-/per orang. Sungguh sangat murah! Setelah clingak-clinguk di daerah yang ramai dan semrawut kami putuskan untuk naik jeepney lagi balik ke daerah Faura. Kami minta diturunkan di Robinson Place saja dan dari sana kami baru jalan kaki ke Citystate Tower Hotel untuk sekalian check-out dan pindah hotel ke Go Hotels Ermita. Perjalanan pergi pulang dari Faura ke San Andres ini membutuhkan waktu hanya satu jam.
Apa yang menarik dari pengalaman naik jeepney tsb? Dari sana saya mengetahui bahwa penumpang jeepney ini bisa sampai 20 orang, 18 orang di belakang dan 2 di samping sopir. Ongkosnya dibayar langsung di atas jeepney. Sopir tidak punya kernet jadi bayarnya langsung ke sopir ketika penumpang sudah di atas jeepney. Penumpang membayar dan ongkosnya diberikan pada penumpang lain yang akan memberikan pada sopir secara estafet. Begitu juga kalau ada kembaliannya juga diberikan dari sopir ke penumpang secara estafet. Karena saya kebetulan duduk di belakang sopir maka sayalah yang bertindak sebagai ‘kernet’ menerima ongkos dan menyerahkannya pada sopir. Nanti kembaliannya juga saya terima dan teruskan pada penumpang lainnya. Lumayan saya dapat pekerjaan ‘forwarding’ selama dalam perjalanan tsb. 😄
Terus terang saya kagum pada sopir jeepney yang dengan lincah berliuk-liuk di jalanan kota Manila yang padat dan semrawut sekaligus menerima ongkos dan memberikan kembalian. Kok ya trampil banget mengerjakannya sekaligus. Rontok sudah mitos yang menyatakan bahwa laki-laki tidak bisa mengerjakan dua hal sekaligus dalam waktu yang bersamaan. Sopir jeepney ini bisa nyetir, menerima ongkos tanpa melihat ke belakang, mencari kembalian di kotak dekat tempat duduknya, dan menyerahkan kembalian dengan jumlah uang yang tepat tanpa ada kesalahan. 😄 Saya memang ragu dengan mitos tersebut karena saya tahu betul bahwa hampir semua laki-laki bersedia menerima dua atau tiga wanita sekaligus dalam hidupnya. Tapi bersedia memang belum tentu bisa kan. 😄
Dengan cara mengendarai yang ugal-ugalan tersebut saya jadi agak heran melihat tulisan di belakang jeepney yang berbunyi “How’s my driving?” yang diikuti sebuah nomor telpon untuk melaporkannya. Kalau saya yang ditanyai insya Allah akan saya jawab, “Terrible, Sir. Horrific at the same time.” 😎
Saya dan istri lalu bergurau apa sebenarnya yang diinginkan dari pertanyaan tsb. Apakah kalau kita mengeluhkan cara nyetir sopirnya yang ugal-ugalan lantas akan ada tindakan? Kayaknya sekedar basa-basi aja. 😊 Kalau pun kami melaporkan bahwa sopir kami ugal-ugalan maka mungkin akan dijawab oleh petugasnya, “Oh, kami pikir Anda mau melaporkan sesuatu yang berlebih-lebihan, umpamanya mengendarai terlalu sopan dan lambat sehingga Anda terlambat masuk kantor atau sejenisnya.” 😄
Pagi ini kami pindah hotel lagi tidak jauh dari Citystate Tower Hotel dan masih di jalan Mabini yang sama. Kami pindah ke Go Hotels Ermita yang tampaknya sebuah hotel baru dalam jaringan karena ada Go Hotels di daerah lain. Kami pindah hotel karena ingin perubahan suasana saja. Sayangnya hotel ini agak galak dan baru membolehkan kami check-in jam 14:00 nanti. 😄 Tapi tidak apa-apa karena toh kami akan keluar dan cuma mau titip koper saja dulu.
Tujuan kami hari ini hanya National Museum di Rizal Park. Selebihnya kami mau istirahat untuk memulihkan tenaga.
MUSEUM NASIONAL
The National Museum of the Philippines adalah museum yang dikelola oleh pemerintah dan digunakan untuk menyimpan semua koleksi sejarah dan budaya negara Filipina. Gedungnya yang megah terletak di depan Rizal Park dan terdiri atas empat lantai yang luas. Kami sampai teklok rasanya mengelilinginya. Akhirnya kami putuskan untuk tidak naik lantai 3 dan 4 daripada kehabisan tenaga. 😎
Setiap lantai dibagi-bagi dalam beberapa galeri yang dikategorikan berdasar jenis koleksi. Museum ini dibuka sejak tahun 1998 dan menjadi pusat pengumpulan, perawatan, dan pameran berbagai koleksi seni dan budaya. Beberapa koleksi tampaknya sedang dipinjam oleh museum Singapura karena Singapura sedang memgadakan pameran khusus lukisan di mana lukisan Juan Luna dan Raden Saleh dari Indonesia sedang dijadikan tema pameran. Dari segi kualitas lukisan saya rasa museum di Bali jauh lebih bermutu. Tapi Museum Nasional Filipina ini tampaknya punya lebih banyak koleksi patung yang indah.
Karena sudah lelah kami putuskan untuk balik ke hotel saja. Tapi kami jalan-jalan dulu di pusat kota Manila lewat terowongan underpass. Suasana kota benar-benar padat seperti mau meledak. 😄 Kami naik jeepney lagi ke Jalan Mabini. Sekarang kami merasa lebih percaya diri setelah pengalaman menjadi kernet oplet jeepney tadi.
Kami berhenti di Robinson Place untuk cari makan dulu sebelum balik ke hotel. Ceritanya bisa dibaca pada posting saya di https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=10156120233451085&id=750381084.
Besok Subuh kami akan ke Ninoy Aquino International Airport Terminal 3 untuk balik ke Jakarta. Kami bersyukur bisa benar-benar menikmati perjalanan kami ke Manila ini. Di kepala saya sudah terbayang Laos dan Myanmar. 😄
Manila, 7 Pebruari 2018