Karena terganggu dengan lingkungan yang ribut sehingga tidak bisa istirahat dengan nyaman, pagi-pagi kami putuskan untuk segera check-out dari Manila Manor Hotel untuk pindah ke hotel lain. Saya segera cari hotel via Traveloka. Kali ini saya naikkan rate hotel yang biasa kami pesan lebih tinggi dua kali lipat dengan harapan dapat hotel yang menyenangkan untuk menebus kesalahan hotel kemarin. Akhirnya dapat Citystate Tower Hotel di daerah Ermita. Kami putuskan untuk jalan sekalian check-out. Tapi sebelumnya kami ngopi dulu di sebuah bakery di depan hotel. Setelah menikmati secangkir latte dan roti kami merasa siap untuk memulai hari. 😊
Kami meluncur ke Citystate Tower Hotel dengan maksud titip koper dulu dan setelahnya berangkat jalan-jalan. Begitu check-in ternyata kamarnya tersedia dan kami sudah boleh masuk pagi itu. Kok tumben ada hotel yang generous bin loman seperti ini? 😊 Biasanya malah tamu tidak bisa masuk sebelum waktu check-in yang standarnya jam 14:00.
Karena sdh boleh masuk kamar kami akhirnya masuk ke kamar dulu. Kamarnya kecil tapi cukup nyaman. Jauh lebih menyenangkan ketimbang sebelumnya. Meski demikian AC yang digunakan juga sama, yaitu AC tipe window. Kayaknya AC model split masih jarang digunakan di sini. Selain itu hotel ini juga tidak menyediakan sandal kamar dan minuman gratis seperti biasanya yang berlaku di mana-mana meski ada kulkasnya. Untungnya istri saya sudah beli Pocari Sweat empat botol sebagai persediaan sekalian dengan cemilannya. Saya belum cek apakah air panasnya jalan atau tidak. Tapi melihat kamar dan tempat tidurnya yang nyaman kami sudah bersyukur. Apalagi lantainya pakai kayu parquet sehingga menimbulkan perasaan hangat dan homy.
Tujuan pertama kami pagi ini adalah ke Intramuros. Kayaknya ini adalah tujuan utama para turis ke Manila. Pakai Grab dari hotel hanya sekitar 90-an Peso yang artinya hanya sekitar 25 ribuan.
Begitu kami tiba di komplek Intramuros kami langsung dikerumuni para tukang becak yang merangkap guide. Kami ditawari untuk keliling semua tempat di Intramuros hanya dengan biaya 350 Peso yang saya tawar 300 Peso dan langsung diiyakan oleh seorang tukang becak yang bernama Robinson. Maka berkelilinglah kami ke semua tempat dengan naik becaknya. Ternyata Robin yang berwajah ndeso ini fasih berbahasa Inggris dan juga hafal sejarah dan kisah semua tempat yang kami datangi. Robin ini benar-benar seorang travel guide yang mumpuni meski seorang tukang becak. Saya jadi membayangkan alangkah hebatnya kalau ada tukang becak kita yang fasih berbahasa Inggris seperti Robin ini.
Berikut ini tempat-tempat yang kami datangi bersama Robin.
Intramuros sendiri artinya ‘Kota di Dalam Kota Filipina’ atau ‘The Walled City’ karena ia sebenarnya adalah bekas kota peninggalan Spanyol berabad-abad yang lalu dan kini letaknya di dalam Kota Manila. Intramuros ini cikal bakal Kota Manila. Luasnya 65 hektar dan dikelola oleh Intramuros Administration. Koya yang ada di luar tembok dulunya disebut “extramuros” atau “outside the walls”. Intramuroa adalah pusat kota dan pemerintahan di zaman Spanyol dulu dan juga pusat penyebaran agama, pendidikan, dan perekomomian. Apa yang dilakukan di Intramuros menjadi standard hidup di seluruh Filipina.
BENTENG FORT SANTIAGO
Fort Santiago adalah benteng pertama yang dibangun oleh penakluk Spanyol (conquistador) pertama yang bernama Miguel Lopez de Legaspi. Benteng ini menjadi bagian dari struktur kota Manila bagian luar yang terakhir kali direnovasi pada tahun 1733. Di Fort Santiago ada Rizal Shrine Museum. Jose Rizal adalah pahlawan bangsa Filipina. Jose Rizal (1861-1896) adalah seorang dokter mata yang menguasai banyak bahasa. Ia menulis untuk mengobarkan semangat pergerakan untuk menuntut kemerdekaan bagi bangsanya. Tulisannya
membangkitkan semangat kemerdekaan pada bangsa Filipina. Ia ditangkap dan pada akhirnya dihukum mati oleh pemerintah penjajajan Spanyol. Tulisan-tulisannya mendorong rakyat Filipina untuk menuntut kemerdekaan.
SAN AGUSTIN CHURCH
Gereja adalah bangunan yang paling umum ditemui di Manila karena penduduknya adalah penganut agama Katolik yang taat. Di Intramuros kita bisa menemukan gereja-gereja kuno yang megah dan masih digunakan secara aktif sampai sekarang. San Agustin Church adalah gereja Katholik Roma yang dulunya dikelola oleh Santo Agustino pada tahun 1720. Gereja ini bergaya baroque yang megah. Saya tidak sempat melakukan misa di sini karena kami datang di luar jam misa dan saya juga muslim. 😄
CASA MANILA
Casa Manila adalah sebuah rumah kuno yang besar yang mungkin dulunya dihuni oleh pejabat penting pemerintahan Spanyol. Rumah ini direstorasi dan dijadikan musium peninggalan Spanyol jaman dulu. Di sini kita bisa melihat berbagai arsitektur dan peninggalan jaman Spanyol kuno yang masih dirawat dengan baik.
PLAZUELO DE STA ISABEL
Ini adalah sebuah monumen perunggu seorang ibu yang menangis sambil menggendong seorang anak yang telah meninggal. Patung perunggunya sangat artistik tapi sayangnya kurang dihargai karena anak-anak sekitar dengan enaknya bermain dan menaiki patung tersebut. Semestinya peninggalan berharga semacam ini dirawat dan tidak boleh dinaiki. Tapi anak-anak mana mengerti hal semacam ini. 😊
BALUARTE DE SANDIAGO
Baluarte de Sandiago ini adalah puing-puing bekas menara yang telah hilang atapnya. Fungsinya adalah sebagai benteng untuk pertahanan dari serangan musuh dari luar. Benteng ini dibangun pada 1586 dan pernah hancur dua kali, yaitu oleh gempa pada 1863 dan oleh perang Manila pada 1943. Benteng ini direnovasi kembali pada tahun 1979.
GALERI PRESIDEN FILIPINA
Di pinggir jalan dekat benteng ada galeri wajah Presiden Filipina yang terbuat dari logam cor. Di situ terpampang wajah para Presiden Filipina mulai dari Emilio Aguinaldo (1899-1901) pada Malolos Republic, Manuel L. Quexon (1935-1944) sebagai presiden terpilih pertama, Manuel Roxas sebagai Presiden pertama setelah PD II, Ferdinand Marcos, presiden terlama (1965-1986), Ramon Magsaysay (1953-1957) yang terkenal karena Penghargaan Ramon Magsaysaynya yang masih terus berlangsung sampai kini, sampai pada Corazon Aquino dan Gloria Macapagal Arroyo.
TERTIPU KARENA TIDAK CERMAT
Semua perjalanan naik becak ini berlangsung dua jam lebih dan ketika sampai saya ditagih oleh Robinson sebanyak 4 X 300 Peso. Haah…! Bukannya kami tadi sudah sepakat biayanya 300 Peso saja? Ternyata saya kurang cermat. Pada leaflet yang ditunjukkannya semula pada saya tertulis 350 Peso per 30 menit, yang kemudian saya tawar 300 Peso. Jadi harga tersebut bukan untuk keseluruhan melainkan per 30 menit. Robin sengaja tidak menjelaskan pada saya bahwa biaya tersebut adalah untuk per 30 menit sesuai dengan di leaflet. Saya sendiri tidak mencermati aturan tersebut karen fokus pada penjelasannya tentang tempat-tempat mana saja yang akan kami datangi nantinya. Tentu saja saya protes. Tapi akhirnya kami sepakat dan saya memberinya 1.000 Peso untuk 2 jam keliling-keliling tadi. Ini pelajaran bagi saya untuk lebih cermat pada perjanjian apa pun.
MANILA OCEAN PARK
Setelah dari Intramuros kami lalu menuju ke Manila Ocean Park yang juga tidak jauh dari Intramuros karena biayanya cuma 100 Peso dengan Grab.
Manila Ocean Park adalah semacam oceanarium tempat berbagai ikan laut dipertontonkan dalam aquarium seperti Sea World di Ancol. Sea World di Ancol jauh lebih baik dan lebih panjang lorongnya. Di sini orang berdesakan karena lorong ‘dasar lautan’nya hanya 25 meter.
Untuk masuk ke Ocean Park ini ada beberapa macam atraksi dan harganya. Kami memilih yang paling murah, sekitar 600 Peso, karena tidak tertarik untuk menonton pertunjukannya. Kami hanya ingin mengunjungi dan melihat-lihat. Toh kami sudah sering ke Sea World yang lebih keren.
Ada beberapa atraksi yang ditawarkan, yaitu Trails to Antartica, atau perjalanan melintasi Antartica yang lorongnya dibuat seperti di kutub di mana ada penguinnya juga. Orang harus pakai jaket yang disediakan untuk masuk ke sini karena sangat dingin. Selain itu ada “All Star Birdshow” tempat berbagai burung menunjukkan kemahirannya. Ada juga pertunjukan singa laut dan habitat kehidupan laut lainnya.
PACO MARKET
Dari Ocean Park kami menuju Paco Market, pasar tradisional orang Filipina, yang situasinya persis di pasar-pasar tradisional kita di kabupaten kecil. Selain kotor dan semrawut, jualannya juga barang-barang dengan kualitas rendah. Bahkan Pasar Soponyono di Rungkut Surabaya terasa lebih mewah ketimbang Paco Market ini.
ROBINSON PLACE
Kami balik ke hotel untuk salat dan beristirahat sepulang dari Paco Market. Setelah tidur beberapa jam sampai Maghrib kami lalu salat dan melanjutkan jalan-jalan ke Robinson Place yang merupakan mall besar di Manila. Jalan-jalan di mall selalu menyenangkan bagi istri saya karena selalu ada yang menarik baginya untuk dibeli (dan selalu ada orang yang ingin dibawakannya oleh-oleh).
Ternyata dugaan saya benar! Istri saya belanja lagi dan ini menguras 5000 Peso yang saya tarik dari ATM sebelumnya. 😄 Sebelum balik ke hotel saya terpaksa menarik 5000 Peso lagi karena kami tentu masib butuh uang untuk perjalanan dan makan besok.
Sebelum pulang kami mampir makan malam dulu di KFC (lagi). Meski banyak makanan lokal yang nampak menarik tapi istri saya tidak mau mencoba karena takut tercemar oleh masakan berbahan babi. Daging babi memang menjadi konsumsi utama bagi penduduk Filipina. Tampaknya MUI tidak punya taji di sini. 😀
Manila, 6 Februari 2018