Sebagai gubernur DKI baru nantinya, Anies Baswedan punya dua keuntungan yang hampir sama besarnya.
Pertama, ia dipilih oleh 57% pemilih. Artinya Anies memang dikehendaki oleh mayoritas warga DKI untuk menjadi pemimpin mereka. Warga ini tentu saja belum tahu apakah Anies nantinya akan menjadi pelayan warga (oke, pemimpinā¦! ) yang baik atau tidak karena belum pernah dilayani (maksud saya dipimpin) olehnya. Hanya mereka yang bekerja di Kemendikbud yang tahu kualitas kepemimpinan Anies karena sudah pernah dipimpin olehnya. Setahu saya para staf Kemendikbud sangat menyukai gaya kepemimpinan Anies selama menjadi Mendikbud. Senyum dan penampilannya yang simpatik itu saja sudah menjawab setengah dari masalah. Meski pun demikian warga DKI memilih Anies dengan alasan dan pertimbangan lain.
Satu faktor paling penting dari kemenangan Anies dari Ahok adalah bahwa ia seorang muslim (meski pernah dituduh Syiāah dulu. Mungkin yang pernah menuduhnya dulu sudah lupa atau sudah melihat semacam āsertifikat kesunnianā dari Anies sehingga mereka sudah tidak mempermasalahkannya lagi). Jadi dengan menjadi seorang muslim saja Anies sudah merebut simpati warga DKI yang lebih suka dipimpin oleh pemimpin muslim (bukan dilayani karena Al-Maidah 51 tidak bicara soal pelayan atau pelayanan). Tentu saja ini keuntungan yang besar. Bayangkan kalau seseorang dipilih karena gantengnya seperti George Clooney, umpamanya. Selama ia tetap ganteng maka ia akan tetap memenuhi standar yang diinginkan pemilihnya. Pemilihnya tidak memilih Anies karena ia pemimpin yang cakap atau karena punya reputasi sebagai pelayan yang menyenangkan warganya. Mereka merindukan seorang pemimpin muslim dan ogah dipimpin oleh pemimpin kafir. Thatās all⦠Oleh sebab itu mereka juga mungkin tidak akan menuntut Anies untuk bisa bekerja sehebat Ahok dalam membangun Jakarta. Kalau mereka mau pemimpin yang memuaskan kinerjanya sebagai gubernur maka tentunya mereka akan memilih Ahok. Tapi bukan itu yang mereka inginkan dari Anies. Mereka memilih Anies karena muslim dan insya Allah Anies akan tetap muslim seumur hidupnya. Jadi 57% warga DKI sudah terpenuhi keinginannya dan akan selalu puas karena punya gubernur muslim.
Kedua, 43% dari pemilih adalah pendukung Ahok. Mereka itu mendukung Ahok karena merasa dan menganggap bahwa Ahok benar-benar mampu membuat program kerja yang memuaskan warga DKI selama menjabat dua tahun ini. Mereka ini menganggap bahwa Anies tidak akan mampu bekerja sehebat Ahok. Anies dianggap āinferiorā jika dibandingkan dengan Ahok. Singkatnya, mereka menganggap remeh Anies.
Bagi orang-orang tertentu dianggap sebagai āinferiorā atau āunderdogā yang diremehkan justru menguntungkan karena itu menghilangkan beban psikologis. Mereka yang paham tentang psikologi tentu tahu bahwa posisi underdog itu seringkali justru menguntungkan karena bisa melecut motivasi untuk melakukan yang terbaik tanpa terbebani secara psikologis. Saya yakin Anies sadar akan hal ini. Para pendukung Ahok meremehkan kapabilitasnya dalam memimpin Jakarta dan itu justru menguntungkannya. They just donāt know how good Anies is and they will.
Para pendukung Ahok itu mencintainya karena kinerjanya selama menjabat sebagai gubernur dianggap hebat dan memuaskan. Itu artinya Anies cukup melanjutkan program-program Ahok yang sudah terbukti memuaskan itu maka indeks kepuasan warga pada kinerjanya pasti akan di atas Ahok. Anies sama sekali tidak perlu menambahi atau mengurangi program yang dilakukan Ahok maka lebih dari 70% warga DKI akan merasa puas dengan kinerjanya. Kok bisa…?! Lha wong dikerjakan Ahok yang non-muslim saja 70% warga sudah puas. Maka pekerjaan yang sama jika dikerjakan oleh gubernur muslim yang simpatik, mulutnya manis, pandai merangkul semua pihak, tentulah akan mendatangkan kepuasan warga yang lebih besar. Jadi cukup dengan melanjutkan program-program Ahok tanpa perlu improvisasi apa pun maka para pendukung Ahok selama ini pasti akan jatuh hati pada Anies as they love Ahok. Mereka mencintai kinerja Ahok kan? Jadi kalau kinerja tersebut diteruskan Anies maka mereka pasti juga akan jatuh hati pada Anies. Mereka kan rasional. (Tolong jauhkan Drs. Ec. Wanpir dari posting saya karena saya takut ia akan menjawab āIku lak jaremu.ā Drs. Ec. Wanpir ini memang telengas sifatnya).
Sebetulnya masih banyak yang bisa saya tulis tapi tampaknya banyak orang yang mengeluh jika sebuah posting itu terlalu panjang. Mereka ingin yang pendek, ringkas, bisa disalin tempel, dan syukur-syukur ada janji dapat pahalanya hanya dengan mengetik āAamiinā. Tulisan panjang saya di FB katanya terpengaruh oleh gaya kuno penulisan di milis yang sudah ditinggalkan oleh penggemarnya. Baiklah kakak…! Saya akan terus belajar untuk menulis dengan singkat.
Saya juga percaya bahwa apa yang saya tuliskan ini bisa membangkitkan kemampuan berpikir Anda untuk menganalisa lebih jauh karena Anda tentu tidak suka sekedar menerima saja pendapat orang lain, meski pun itu pendapat dari orang sekeren saya. Ayo kirimkan tanggapan terbaik Anda.
Surabaya, 25 April 2017
Salam
Satria Dharma
https://satriadharma.com
Dari artikel tentang Anies yg pak Satria bikin ini saya dapat ide update postingan.. Terimakasih Pak.