
Acara kami hari ini adalah mengunjungi Taj Mahal, sebuah musolleum atau istana yg dibangun khusus utk tempat makam Ratu Mumtaz Mahal dan Raja Syah Jahan, Kaisar Mongol kelima. Musoleum ini selesai dibangun pada tahun 1643 sebagai tanda cinta yang sangat mendalam dari sang Kaisar terhadap Ratunya. Musoleum ini adalah bangunan terhebat di dunia yg dibangun utk menunjukkan kebesaran cinta seseorang pada istrinya. Jadi jika ada di antara kita yang sudah merasa hebat karena mampu membelikan mobil baru bagi istri kita, sebaiknya kita datang dan melihat betapa besar kecintaan Sang Kaisar Mongol ini pada istrinya. Apa yg telah kita lakukan utk menunjukkan kecintaan kita pada istri kita tidak ada apa-apanya dibandingkan apa yg telah dilakukan oleh Shah Jahan terhadap istrinya, Mumtaz Mahal (yg lama-lama cuma disebut Taj Mahal). Begitu hebatnya persembahan ini sehingga menghasilkan separoh devisa negara India dalam bidang pariwisata. Katanya penghasilan pemerintah India di bidang pariwisata itu sekitar 80 trilyun tapi separohnya hanya dari Taj Mahal ini. Artinya berkah dari kecintaan Shah Jahan pada istrinya ini bisa dinikmati oleh 1,1 M penduduk India, khususnya penduduk New Delhi, Agra dan sekitarnya sampai detik ini.
Kaisar pertama Mongol (Mughal or Moghul) adalah Babur. Babur adalah keturunan Tamerlane (Timurlenk) yg menyerbu India pada tahun 1398. Dari garis ibunya Babur adalah keturunan Jenghis Khan (Chingiz Khan). Taj Mahal adalah sebuah tujuan wisata yg harus dikunjungi jika ke India. Taj Mahal adalah ikon tourisme bagi India yg setiap harinya bisa menerima 25 ribu pengunjung. Winter seperti ini adalah saat paling tepat (peak season) bagi pengunjung karena kalau musim panas suhu udara di India bisa mencapai 48 derajat Celsius. Tentu akan melelahkan berjalan di bawah suhu sekian.
Taj Mahal terletak di kota Agra yang berjarak sekitar 5 jam perjalanan dari Delhi. Oleh sebab itu kami putuskan utk berangkat sepagi mungkin dari hotel. Kami akan ditemani oleh Habibi, staf Pak Son, yg pernah studi di India sehingga bisa berbahasa Hindi sedikit-sedikit. Kami rencanakan utk makan pagi jam 6 pagi dan setelah itu berangkat. Ternyata makan pagi di hotel baru siap jam 7 pagi dan jika kami ingin makan lebih pagi kami akan dikenai biaya. Tentu saja kami memilih utk mengundurkan jam makan pagi kami ketimbang harus bayar lagi.

Selepas sarapan (sambil membungkus beberapa roti dan kue utk bekal di perjalanan) kami berangkat ke Agra. Jalanan ke Agra padat, bising dan semua kendaraan saling serobot. Jika Anda mengira prilaku pengendara di jalanan di kota-kota besar di Indonesia kurang ajar dan tidak disiplin, Anda perlu datang ke India. India is incredible. Pengendara di India jauh lebih trampil dalam menyerobot. Hanya ada satu aturan di India, yaitu tidak ada aturan. :-). Setiap pengendara, mulai dari pengemudi truk, mobil van, bajay, motor, sepeda, gerobak, saling membunyikan klakson utk minta hak menyerobot jalan di depannya. Dan mereka melakukannya dengan kecepatan tinggi tanpa harus menyenggol satu sama lain. Mereka begitu lihainya bermanuver sehingga kami benar-benar kagum dengan ketrampilan mereka. Jarak antar kendaraan benar-benar mepet sehingga seolah sudah menempel. Ini seperti ikut serta dalam sebuah tim akrobat jalanan…dan tetap selamat! Pokoknya jika Anda menginginkan sebuah perjalanan yg full adrenaline saya rekomendasikan perjalanan darat New Delhi – Agra. Dijamin puas…! 🙂

Ketika mobil kami berhenti sejenak tiba-tiba datang seorang pemuda membawa seekor monyet dan kemudian beratraksi di samping mobil kami. Karena melihat atraksi tsb kami kemudian mengambil fotonya. Tapi begitu selesai memfotonya tiba-tiba si pemuda menuntut 200 rupee utk foto-foto tsb. Dia ngotot dan bersikeras bahwa kami harus membayarnya. Setelah tawar menawar dengan Pak Bagus akhirnya ia mau menerima Rs 100. Selesai dg Pak Bagus ia kemudian mendatangi saya menuntut sejumlah yg sama. Saya pura-pura tidak melihatnya. ‘You, Sir! You took picture. You must pay.’ teriaknya sambil mengetuk-ngetuk kaca jendela. Saya pura-pura tidak mendengar dan melihatnya. Ia terus berteriak-teriak dan mengetuk-ngetuk entah berapa lama. ‘Mau memeras saya, heh…?!’ Kata saya dalam hati. ‘You scare me not. Ayo kuat-kuatan karo arek Suroboyo…!’. Entah berapa menit adu urat syaraf berlangsung tapi akhirnya ia menyerah dan pergi.

Begitu sampai di terminal Taj Mahal di Agra kami langsung disambut oleh guide kami, Rajesh. Rajesh telah menjadi guide di Taj Mahal selama 11 tahun dan ia bisa menjelaskan Taj Mahal dengan bagusnya seolah ia pernah menjadi salah seorang pekerja yg membangun musoleum tersebut. Katanya Taj Mahal, yang artinya Mahkota Ratu, dibangun pada abad 17 selama 22 tahun oleh sekitar 20 ribu pekerja. Taj Mahal ini begitu indah dan mengagumkan sehingga menjadi salah satu World Heritage Unesco.
Taj Mahal dibangun oleh Shah Jahan raja Mongol yg berkuasa pada abad 17 dan didedikasikannya utk menghormati istrinya tercinta Mumtaz yg meninggal pada saat melahirkan anak yg ke sekian (saya lupa detilnya). Arsitekturnya sangat maju utk ukuran peradaban pada abad 17. Seluruh bangunan setinggi 81 meter yg megah tersebut terbuat dari marmer kualitas terbaik. Artinya teknologi utk membuat dan menghaluskan marmer telah dikuasai oleh bangsa India pada tahun tersebut. Saya langsung mencoba membayangkan seberapa canggih peralatan yang telah mereka miliki pada saat itu. Utk mengangkat potongan marmer sebesar dan seberat itu jelas butuh teknologi. Hiasan dindingnya bukanlah ukir-ukiran tapi potongan batu-batu berharga yg ditanam dan dipoles sehingga tidak akan bisa luntur. Hiasan pada tembok bagian atasnya berkilau ketika terkena sinar matahari dan bulan purnama dan sangat mengesankan. Konon puncak menaranya dulu terbuat dari emas murni tapi kemudian diambil dan diganti oleh kerajaan Inggris yg menjajah India. Karena Shah Jahan adalah Kaisar kerajaan Islam maka Taj Mahal berhiaskan kaligrafi ayat-ayat suci Al-Qur’an, di antaranya adalah Surat Al Fajr, Surat Yasin dan Al-Mulk.
Syah Jahan adalah raja Mongol yg beragama Islam jadi ia juga membuat masjid di samping bangunan Taj Mahal. Tapi masjid itu tidak digunakan utk sholat lagi bagi penduduk sekitar kecuali pada hari Jum’at. Pada hari Jum’at masjid tersebut dibuka utk sholat Jum’at. Meski demikian kami sempatkan utk sholat jama’ah di masjid Taj Mahal. Kami berwudhu di kolam depan masjid yg airnya sudah berlumut karena bukan air yg mengalir. Tapi air tersebut tentu masih suci karena jumlah volumenya lebih dari 2 qullah.
Kami kembali ke New Delhi setelah makan siang di sebuah restoran India yg juga menyediakan international menu. Menu Lamb Roastnya begitu maknyus sehingga kami memesan lagi utk dimakan beramai-ramai.
Kami tiba di hotel pada pukul 10 malam dan langsung tidur karena sudah terlalu lelah utk keluar dari hotel lagi.
New Delhi, 10 Januari 2012
Salam
Satria Dharma
https://satriadharma.com