“It’s impossible, Cak”, kata tetangga saya sambil geleng-geleng kepala meyakinkan. (Padahal dia orang Madura)
Jelas sekali bahwa kita tidak mungkin menghasilkan siswa yang gemar membaca jika di sekolah mereka tidak ada buku dan tidak ada program wajib baca. Mau cari contoh di negara mana pun ya tidak ada.
Pendidikan di Indonesia ini memang aneh. Para mentri pendidikan dan stafnya adalah pemilik gelar tertinggi dalam pendidikan dan banyak yang lulusan luar negeri. Tapi mengapa mereka tidak pernah memahai pentingnya budaya membaca bagi siswanya? Meski semua tes internasional sudah menunjukkan betapa rendahnya kemampuan membaca siswa kita tapi toh itu belum juga mampu menggerakkan hati dan pikiran mereka untuk membuat kurikulum pendidikan yang akan mampu membuat siswa kita memiliki budaya baca yang tinggi. Masih juga mereka berkutat pada penilaian dan penilaian macam UNAS tersebut. Seolah apa yang mereka pelajari, lihat dan alami selama mereka studi di luar negeri tidak ada pengaruhnya sama sekali pada kebijakan-kebijakan mereka.
Selama ini tidak ada upaya untuk menjadikan perpustakaan sebagai sumber belajar bagi sekolah-sekolah kita. Padahal saya yakin seyakin-yakinnya bahwa mereka juga paham bahwa perpustakaan adalah jantungnya sekolah dan membaca adalah jantungnya pendidikan. Tapi sampai saat ini sekolah-sekolah masih dibiarkan beroperasi meski sebagaian besar masih belum punya perpustakaan. Bagaimana mungkin kita mengharapkan siswa yang cerdas tanpa membaca buku…?!
“It’s impossible, Cak”, kata tetangga saya, sekali lagi, sambil geleng-geleng kepala meyakinkan. (Padahal dia orang Madura).
Jadi bagaimana…?! Ojok misuh-misuh tok awakmu iku. Beri saran dong…!
Baik. Ini saran saya…
Mari kita bersama-sama membangun perpustakaan di sekolah-sekolah di mana kita pernah belajar. Minimal sumbanglah buku. Kunjungi almamater Anda (SD,SMP, SMA) dan lihat apakah mereka punya perpustakaan yang memadai atau tidak. Kalau perpustakaannya masih belum memadai (dan insya Allah hampir semua perpustakaan sekolah kita kekurangan buku) sumbanglah beberapa buah buku ke almamater Anda itu.
Ajak beberapa teman Anda untuk reunian sambil sambang sekolah (jangan cuma makan-makan seafood di restoran sambil karaokean). Ketika itu mintalah mereka untuk membawakan buku-buku bacaan (bekas juga tidak apa-apa). Kalau setiap alumnus bawa tiga buah buku maka kalau setiap kali reunian bisa membawa 100 alumni maka akan terkumpul minimal 300-an buku bacaan dari setiap angkatan.
Itu akan mengubah iklim belajar siswa di almamater Anda. Percayalah…!
Surabaya, 6 Oktober 2015
Salam
Satria Dharma
https://satriadharma.com
Terima kasih ilmunya pak