
Ilustrasi
Seorang teman yang biasa saya ajak ngobrol soal pentingnya perpustakaan di sekolah suatu saat berkomentar bahwa ternyata hanya sangat sedikit sekolah yang paham tentang intinya pendidikan. Ketika saya tanya apa maksudnya ia lalu menjawab, :
“Coba pikirkan… Bukankah semua sekolah itu tahu pentingnya anak bisa membaca kan…?! Itu sebabnya sejak kelas 1 SD semua anak dilatih untuk membaca dan diharapkan di kelas 1 SD semua anak sudah bisa membaca. Bahkan ada sekolah yang mewajibkan semua siswa yang masuk kelas 1 SD di sekolahnya harus sudah bisa membaca. Begitu pentingnya membaca sehingga dijadikan sebagai persyaratan untuk bisa masuk di sekolahnya.”
“Tentu saja bisa membaca itu sangat penting bagi landasan pendidikan anak selanjutnya,” jawab saya. “Tanpa bisa membaca lantas bagaimana anak akan bisa mengikuti pelajaran yang diberikan oleh para gurunya nantinya.”
“Justru itu anehnya sekolah-sekolah kita. Setelah anak-anak kita itu diajari membaca dan kemudian sudah bisa membaca tapi setelah itu mereka tidak diberi buku-buku bacaan agar mereka bisa terus membaca. Sangat banyak sekolah yang tidak punya perpustakaan yang memadai, tidak punya buku bacaan, tidak punya program wajib baca, tidak mendorong siswa-siswanya untuk gemar membaca agar membaca buku setiap hari, tidak mengapresiasi siswanya yang gemar membaca, tidak menyediakan berbagai jenis buku yang dapat merangsang imajinasi siswa, dll….”
Ia menarik napas kemudian melanjutkan kata-katanya, “Lalu apa gunanya siswa-siswanya diajari membaca jika kemudian mereka tidak diberi buku bacaan untuk mengisi benak mereka dengan bacaan-bacaan yang sesuai dengan kapasitas berpikir mereka? Sungguh mubazir rasanya kemampuan membaca anak-anak kita jika ternyata tidak digunakan untuk membaca buku-buku yang semestinya disediakan oleh sekolah.”
Wajahnya muram. Ia tampak gundah dengan pemikirannya sendiri. Saya diam saja dan tidak berkomentar. “Been there, done that.” kata saya dalam hati. Hal ini telah menjadi kegundahan dan kegelisahan saya sejak saya mengajar di Bontang International School di tahun 1990 yang lalu. Di situlah saya baru paham mengapa mutu pendidikan kita jeblok terus dan tidak pernah bisa diangkat dengan perubahan kurikulum apa pun yang pernah dilakukan oleh semua mentri pendidikan. Sampai saat ini… 🥺
Jika anak-anak kita hanya diajar untuk bisa membaca tapi kemudian mereka tidak membaca buku-buku sebanyak yang mereka butuhkan dalam usia mereka maka itu sama dengan membiarkan otak mereka kosong tanpa terisi dengan pengetahuan yang mereka butuhkan dalam hidup mereka. Landasan berpikir mereka rapuh karena tidak atau kurang membaca. Itu sebabnya maka segala pelajaran yang lain menjadi tidak atau kurang bisa dikuasai.
Tapi bagaimana lagi… Lha wong kepala sekolah dan gurunya sendiri juga tidak membaca buku dan tidak paham betapa vitalnya membaca bagi pendidikan siswa-siswa mereka. 😔
Surabaya, 22 Agustus 2022
Satria Dharma