Dengan amar putusannya untuk menghentikan program RSBI sebenarnya Mahkamah Konsitusi (MK) telah menyelamatkan muka Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) dan sudah semestinya Kemdikbud berterima kasih pada MK.
Sebetulnya tanpa harus digugat oleh masyarakat ke MK Kemdikbud harusnya sudah menghentikan sendiri program RSBI ini. Karena program RSBI ini memang program gagal total dan tidak mungkin berhasil. Program ini samasekali tidak punya masa depan. Pada tahun 2010 IGI bahkan telah menyampaikan peringatan tentang hal ini melalui petisinya di Komisi X DPR Senayan. Dengan tegas dikatakan bhw program ini salah konsep dan 90% pasti gagal. https://satriadharma.com2010/08/02/sekolah-bertaraf-internasional-adalah-program-yang-salah-konsep-dan-90-pasti-gagal/
(Ternyata IGI juga salah. Yg benar adalah 100%).
Berdasarkan hasil evaluasi Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kemdikbud sendiri terhadap sekolah RSBI di seluruh Indonesia pada tahun 2011 ternyata TAK SATU PUN dari 1300-an sekolah RSBI tersebut yang bisa naik kelas menjadi Sekolah Bertaraf Internasional (SBI). Padahal ratusan milyar dana pemerintah telah digelontorkan selama 5 (lima) tahun ke sekolah-sekolah tersebut dan berbagai program telah dilakukan. Belum lagi biaya yang dipungut dari masyarakat langsung yang menimbulkan protes tak ada hentinya itu. Tapi toh faktanya tak satu pun sekolah tersebut yang LULUS menjadi sekolah SBI. Ini adalah kegagalan yang sempurna. Istilah populernya GATOT, alias Gagal Total.
Berdasarkan survei Balitbang ternyata mutu sekolah RSBI tidak lebih istimewa daripada sekolah reguler. Evaluasi Balitbang juga menyimpulkan bahwa penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar di kelas justru lebih menyulitkan guru menyampaikan materi dan membuat mereka stress. Hal ini menyulitkan siswa dalam memahami materi yang disampaikan oleh guru sehingga mereka terpaksa harus ikut les lagi di luar sekolah agar dapat memahami materi yang diajarkan.
Ada fakta yang semakin menguatkan yaitu bahwa hasil Ujian Nasional baru-baru ini menunjukkan bahwa banyak sekolah-sekolah berstatus RSBI ternyata hasil UN-nya lebih rendah daripada sekolah-sekolah reguler lainnya.
Baca tulisan saya di https://satriadharma.com2013/01/15/sekolah-bertaraf-internasional-tumbangnya-ambisi-dua-negara-melayu/
Meski demikian anehnya Kemdikbud waktu itu hanya memberikan rekomendasi Tidak Memberi Ijin Sekolah RSBI Baru. Jadi statusnya adalah hold dan bukan delete. Mereka tak berani menghapus sendiri program tersebut karena itu berarti sama dengan mengakui kegagalan mereka.
Yang lebih mengherankan ternyata tak ada satu pun ahli pendidikan, konsultan, atau pejabat Kemdikbud yang berani memberikan solusi bagaimana untuk menyelamatkan program ini. Tak ada usulan cara atau pun permintaan tenggang waktu agar program RSBI ini bisa sukses. Jelas ini menunjukkan bahwa semua sudah angkat tangan.
Tapi toh tidak dihentikan dan program ini dibiarkan mengambang tanpa kejelasan samasekali.
Apakah ini program Mission Impossible? Nampaknya ya.
Karena sebenarnya Malaysia juga pernah melaksanakan program yang sama dengan nama PPSMI (Pengajaran dan Pembelajaran Sains dan Matematik dalam Bahasa Inggeris). Mereka bahkan sudah menjalankannya sejak tahun 2003.
Secara infrastruktur dan SDM Malaysia jelas jauh lebih siap daripada Indonesia. Bahasa Inggris adalah bahasa kedua di Malaysia. Para guru mereka memiliki kemampuan berbahasa Inggris yang baik dan banyak yang bergelar MA dan PhD dari luar negeri.
Malaysia sangat serius dengan program PPSMI ini. Mereka punya modalitas pendidikan yg sangat baik dan mempersiapkan diri juga dengan sangat baik. Semua fasilitas buku dan perangkat lain mereka penuhi.
Waktu saya mengamati program ini di KL, Sabah dan Serawak saya sampai kagum tiada henti. ‘Amazing…! They cannot fail.” kata saya dalam hati.
(Indonesia sendiri tidak memiliki buku standar yang baku untuk program ini dan sekolah menggunakan buku apa saja yang mereka anggap cocok)
Setelah berjalan lima tahun program ini diteliti secara serius untuk melihat hasilnya. Alas…! ternyata program PPSMI ini tidak menghasilkan apa yang diharapkan. Yang berhasil hanya sekolah yang berada di kota besar dan sekolah berasrama di kota. Pada jenis sekolah lainnya terjadi degradasi penurunan mutu (masih banyak anak-anak Melayu yg tidak menguasai bahasa Inggris) .
Melihat hasil kajian tersebut pemerintah Malaysia akhirnya memutuskan bahwa program PPSMI harus dimansuhkan (dihentikan) pada tahun 2012 (setelah berjalan 9 tahun) dan mengembalikan sistem pengajaran sebelum program itu diperkenalkan pada 2003. Tak ada keraguan samasekali dari pemerintah Malaysia untuk menghentikan program ini meski sebenarnya program ini tidaklah gagal total tapi hanya menguntungkan bagi siswa-siswa di kota-kota besar. Tapi karena PPSMI ini adalah program nasional maka pertimbangan nasionallah yang digunakan.
Apakah program SBI kita memiliki masa depan lebih baik ketimbang PPSMI Malaysia? Tentu saja tidak. Dilihat dari kacamata apa pun kita jelas kalah modal kapasitas pendidikan dibandingkan Malaysia. Dalam uji TIMSS pada tahun 2003 nilai Matematika kita adalah 411 sedangkan Malaysia 508 dan di Sains kita berada di angka 420 dan Malaysia di angka 510. Bedanya hampir seratus angka. Tak usah bicara soal kemampuan berbahasa Inggris para guru. Lagipula hasil evaluasi Balitbang Kemdikbud juga sudah menegaskannya.
Bayangkan…! Jika ada satu sekolah yg 1300 siswanya setelah dididik selama 5 tahun dan ternyata tak satu pun yg lulus maka bayangkan apa yg mungkin terjadi pada sekolah tersebut…?! Pasti akan kita likuidasi dan para guru dan pengelolanya akan kita periksa secara mendalam.
Jadi jika MK kemudian menghentikan program RSBI ini maka Kemdikbud sebenarnya ditolong dengan diselamatkan mukanya. Mereka tidak perlu lagi mencari-cari alasan untuk kegagalan mereka. Kemdikbud tidak perlu bersikap medioker lagi. Kemdikbud semestinya bersyukur bahwa program ini akhirnya dihentikan dan mereka semestinya berterima kasih pada MK karena telah menyelamatkan muka Kemdikbud.
Kemdikbud mestinya berkaca baik-baik pada kasus ini dan mulai menggunakan nalar dan nuraninya dalam mengelola pendidikan. Janganlah sekedar menggunakan refleks ‘defense mechanism’ dalam merespon kritik setajam apa pun.
Surabaya, 15 Januari 2013
Salam
Satria Dharma
https://satriadharma.com
Assalamulaikum,wr.wb
maaf pak boleh minta no hp dan imeilnya pak satria..
karena Kami akan mengadakan diskusi publik masalah pendidikan,
kami mau mengundang bapak sebagai pembicara..
by
Delvi Staf Fraksi PKS DPRD Kota Balikpapan
Sepengetahuan saya, Malaysia lebih sungguhan dibandingkan dengan Indonesia. Indonesesia ecek-ecek, kata orang Jatim. Coba lihat Sekolah Bestari di Malaysia yang megah itu. Saya menilai Malaysia lebih maju ketimbang Indonesaia. Kemajuan Malaysia karena telah melibatkan DUDI untuk secara sinergis membangun pendidikan bersama-sama. Coba kita buat perbandingan yang lebih mendalam tentang pendidikan di dua negara yang sama-sama sebagai puak Melayu ini. Salam. Bagaimana komen terhadap rencana Kurikulum 2013? Heeee.
mungkin lebih tepatnya, demi kesinambungan pembelajaran yang sudah berjalan di sekolah eks RSBI hingga Juni 2013 . Toh yang menjalani masa transisi sekolah eks RSBI adalah peserta didik, jadi masuk akal kepentingan peserta didik menjadi pertimbangan utama.
ya saya sangat mendukung?