Saya juga pernah melihat orang yang naik Mercedes membuang kantong plastik berisi sampah dari McDonalds. Dibuang di depan kaki saya, dekat rumah. Hampir saja saya ambil dan taruh di atas kap mesin (mobil lagi tunggu di lampu merah). Tapi saya tahu pemilik mobil pasti marah sekali, jadi saya abaikan saja.
Gene Netto
+ My story, Gene.
Dua minggu yang lalu saya dan istri naik kereta dari Surabaya ke Madiun. Di ruang tunggu saya melihat dua anak muda yang merokok dengan asyiknya di depan saya. Kebal-kebul :-D! How intolerant! Perkiraan saya mereka adalah mahasiswa yang akan balik ke Jogya. Ketika selesai, salah seorang dari mereka membuang puntungnya di tempat sampah. Saya bersyukur dalam hati bahwa anak muda tersebut memiliki kesadaran akan pentingnya kebersihan lingkungan, however. I wish all students did the same.
Tapi ketika anak muda satunya menghabiskan rokoknya ia justru membuang puntungnya di lantai! “What the @#5! is he doing!!” Saya ternganga. Saya sungguh tidak bisa menolerir hal ini. This is my city, man! Something should be done to stop this!
Menimbang bahwa wajah anak muda tersebut tidak terlalu sangar (kan mahasiswa!) dan besarnya juga tidak terlalu jauh terpaut dari tubuh saya yang beratnya sixty something, maka saya putuskan untuk menegurnya. Que sera sera!
Saya tepuk tangannya dari belakang dan saya bilang padanya,:”Mas! Ada tempat sampah disitu.” Sambil menunjuk ke tempat sampah dimana temannya membuang puntungnya. I tried to smile but I failed.
Entah karena gengsi atau karena memang tidak perduli, ia hanya menyatakan,:”Ya!” tapi tidak beranjak untuk memungut puntungnya. Saya menunggu beberapa saat. Ia tetap tidak beranjak.
Beberapa saat kemudian saya tepuk lagi bahunya dari belakang dan saya ingatkan lagi tentang puntungnya tapi ia hanya mendengus dan memutuskan untuk cuek bebek.
Gila!! Ia rupanya memilih untuk bikin “setori” dengan saya. Apakah ia tidak tahu bahwa waktu muda dulu saya … Ah! Ia tidak perlu tahu (neither do you) tapi ia perlu diberi ‘pelajaran’! Ya! Sebuah ‘pelajaran’ yang akan membuatnya ingat selama hidupnya. Saya mengertakkan gigi. “Ojok nggarai arek Suroboyo kon yo!” kata saya dalam hati. You know what I do…? Guess!
Oh…no! Saya tidak akan memarahinya atau membentaknya. Bisa-bisa terjadi insiden di setasiun Gubeng dan saya masuk berita esok paginya. Jadi selebriti memang asyik tapi kalau masuk berita di koran kuning karena ada orang tua ribut perkara puntung rokok benar-benar “No waylah, Man!?” Disamping buang energi itu juga akan memberinya alasan untuk tidak merasa bersalah.
Saya mendekatinya dan kemudian katakan padanya,:”Saya bantu ya, Mas!” Saya pungut puntung rokoknya tersebut dengan demonstratif dan buang ke tempat sampah! :-). Ingat ini di ruang tunggu stasiun yang penuh penumpang. I guess everybody there was watching us.
Ya! Meski anak muda ini seolah acuh tak acuh dengan perbuatan saya ia tentu merasa malu dalam hatinya dan peristiwa ini akan berbekas dalam hatinya seumur hidupnya. Kali lain jika ia akan membuang puntung rokoknya secara sembarangan peristiwa tersebut akan muncul kembali di benaknya dan saya yakin ia tidak ingin itu terulang lagi padanya. Siapa tahu saya ada di belakangnya lagi. He’ll never be sure!
🙂
Salam
Satria
Balikpapan, 12 Agustus 2008
Yeah, I often trapped to the such situation, too. It’s too bad to witness how ignorant our society is! setiap ada crowd tidak pernah sekalipun saya melihat tempat yg bersih tanpa sampah setelah acara selesai. Tidak heran kalau western people sering men’judge’ bahwa orang Indonesia itu commonly so dirty. Padahal kita mayoritas muslim ya, tapi kok sussssssah buangets menerapkan nilai-nilai islami gettto! kira-kira apanya yg salah ya?
Salam kenal Pak Satria…keep on spirit…all the best lah