Pernah dimintai bantuan utk mengerjakan PR anak…?! Berikut ini komentar salah satu ortu ttg PR anaknya.
Ceritanya si bapak ini pulang kantor dimintai tolong utk mengerjakan PR anaknya yg SD klas. Meski capek ia terpaksa harus membantu anaknya yg dapat PR dari sekolah karena anaknya tidak bisa mengerjakannya. Lha kepada siapa lagi si anak minta bantuan kalau bukan pada ortunya?
Setelah membaca soal dan mencoba membantu mencari jawaban dr soal PR tsb si ortu pusing karena tidak menemukan jawaban dari soal PR tsb.
Whaaaat…?!
Dan ini komentarnya :
Muga di paringi sabar (semoga diberi kesabaran)
Kon moco buku sd … (Diminta utk membaca buku SD)
Padahal aku wis tuwek (padahal saya sdh tua)
Tak pikir pelajaran sd kok gemblung kabeh (kupikir pelajaran SD kok bodoh semua)
Mentri ne ketone yo gemblung podo karo sby super gemblung (translate it yourself)
Pelajaran sd kok koyok koran (pelajaran SD kok spt koran)
Hmmmmm
Marak no esmosi . Ngono yo sik di kon moco di wolak walik nggoleki jawaban
Padahal jawabane ngambang ora ana nang buku. (Membuatku emosi. Begitu itu msh diminta membaca dibolak-balik pdhl jawabannya tdk ada di buku)
Omelannya lebih lanjut tidak saya tulis.
Saya hendak menyampaikan satu hal. Ini adalah praktek yg BANYAK sekali dilakukan oleh sekolah dan orang tua. Guru memberi PR yg TIDAK bisa dikerjakan oleh siswa (atau bahkan tidak bisa dikerjakan oleh gurunya sendiri) dan orang tualah akhirnya yg MENGERJAKAN PR anaknya. Apa boleh buat…!
Ini adalah praktek yg bertentangan dg prinsip belajar anak. Tujuan dari pemberian PR tersebut akhirnya tidak tercapai. Tahukah para guru apa tujuan dari pemberian PR pada anak di rumah…?! Jangan-jangan mereka tidak tahu dan asal beri PR saja.
PR itu fungsinya adalah utk retensi (retention) alias utk menguatkan pemahaman anak atas apa yg dipelajarinya di kelas. Jadi PR yg diberikan harus merupakan kelanjutan dari apa materi yg diberikan di kelas. Dan itu harus bisa dikerjakan siswa secara mandiri. Jadi tujuannya adalah utk meningkatkan kemampuan akademik siswa melalui penguatan latihan di rumah.
Sebuah tugas sekolah yg jika harus dikerjakan siswa di rumah HARUSLAH berada dalam jangkauan kemampuan siswa utk mengerjakannya. Tugas tersebut haruslah menarik dan menantang siswa utk mengerahkan semua kemampuannya utk mengerjakannya sendiri dan bukan membuat orang tua atau siapa pun di rumahnya terpaksa turun tangan membantu mengerjakannya. Tugas ortu di rumah hanyalah sebatas MENEMANI dan bukan membantu mencarikan jawabannya.
Saya melihat ada gejala yg buruk di mana guru tidak lagi mengajar tapi sekedar memberi soal-soal pada siswanya dalam bentuk LKS. Guru menyuruh siswa agar mencari jawabnya tanpa bimbingan dan ajaran dari guru. Bahkan si guru tidak paham dan tidak mengerti apa isi LKS yg diberikannya. Dan ini katanya CBSA…!
Menurut saya ini CBGM (Cara Belajar Guru Malas) atau CBGTB (Cara Belajar Guru Tak Bertanggungjawab).
Sekedar informasi, banyak PR yg TIDAK meningkatkan kemampuan akademik siswa (dan bahkan sangat membebani) dan banyak guru yg memberi PR pada siswanya sekedar agar dianggap telah melaksanakan tugasnya sbg guru. Banyak guru yg bahkan tidak pernah melihat hasil pekerjaan rumah yg dikerjakan siswanya dan sekedar menumpuknya saja.
Orangtua BERHAK utk memprotes guru yg malas dan tidak bertanggungjawab seperti ini. Mereka bisa menemui gurunya langsung atau lewat Komite Sekolah. Orang tua perlu membentuk Komite Sekolah yg bisa membantu mereka berkomunikasi dg sekolah.
Ayo kita perbaiki praktik pendidikan kita di sekolah…!
Jambi, 5 Juni 2014
Salam
Satria Dharma
https://satriadharma.com