Saya mendapat dua paket buku sepulang saya dari Bali kemarin. Satu dari Penerbit Bentang Pustaka dan satunya dari MUHI Press. Yang dari Bentang Pustaka isinya dua buah buku, “Room to Read” dan “Einstein”nya Walter Isaacson. Meski tidak ada nama pengirimnya tapi saya bisa menduga bahwa yg mengirim adalah Mas Iqbal Dawami yg bekerja di sana. Kami ada hubungan karena buku saya akan diterbitkan oleh Bentang Pustaka (entah kapan). Setelah saya tanyakan ke Mas Iqbal ternyata benar. Buku itu utk koleksi saya katanya. Wow…! Thanks banget.
Saya memang berkali-kali melirik buku “Einstein”nya Isaacson setiap kali ke Gramedia tapi gak yakin akan bisa membacanya karena masih ada beberapa buku yg perlu saya baca. Apalagi tebalnya tanpa melihat saya tahu pasti lebih dari 500 halaman. Tapi kalau dapat gratis begini kayaknya mesti akan saya baca suatu kali nanti. It’s so tempting. “Room to Read”nya John Wood adalah buku lama tentang pengalamannya meninggalkan Microsoft utk menuruti hatinya membangun perpustakaan bagi anak-anak di pelosok-pelosok dunia. Ada ribuan perpustakaan yg telah dibangunnya bagi anak-anak yg tidak beruntung di seluruh dunia (sementara satu pun saya belum bisa). Saya sangat terkesan dengan buku ini dan pernah menulis ttg kisah hidup Wood ini di milis. Ia adalah ‘orang gila’ yg ditakdirkan utk melakukan hal besar di dunia, khususnya bagi pendidikan anak-anak yg kurang beruntung, melalui literasi. Ia jelas menginspirasi saya dalam hal literasi bagi anak-anak.
Paket kedua datang dari Gresik. Meski tidak jelas siapa pengirimnya tapi isi paket ini adalah buku-buku “Gerakan Pelajar Menulis” terbitan MUHI Press SMA Muhammadiyah 1 Gresik. Ketika saya buka ternyata ada delapan buah buku saku dengan ketebalan lebih kurang 100 halaman masing-masing. Ketika saya memeriksanya saya langsung terbelalak karena kagum. Ternyata buku-buku mungil ini adalah buku kumpulan karya siswa SMP dari beberapa sekolah di Gersik, yaitu : SMP Muhammadiyah 1, SMPM 4, SMP 12, SMP Negeri 1 Sidayu, SMPN 2, 3, dan 4 Gresik! Buku-buku ini adalah hasil karya “Gerakan Pelajar Menulis” yg dipelopori oleh SMA Muhammadiyah 1 Gresik melalui MUHI Press. Sekali lagi saya dibuat kagum oleh upaya teman-teman di Gresik utk menggerakan budaya menulis di kalangan siswa. Dalam sekali gebrakan ada 8 (delapan) sekolah SMP yg ikut dalam gerakan ini dan sungguh ini merupakan sebuah awal yg luar biasa. Utk menghasilkan karya seperti ini jelas SMAM 1 Gersik dan MUHI Press harus memberikan pelatihan dan pendampingan yg cukup intens dan konsisten sehingga setiap sekolah dapat mengumpulkan karya siswa-siswanya.
Sulitkah mengajak siswa SMP menulis? Kalau melihat apa yg dilakukan oleh MUHI Press rasanya tidak. Karena seperti yg saya lihat pada buku “Kupeluk Bintang Demi Masa Depan” yg merupakan kumpulan tulisan siswa SMP Muhammadiyah 4 Gresik karya siswa yg ditampilkan cukup sederhana. Sebagai contoh, karya tulis seorang siswa bernama Agung Prasetyawan yg berjudul “Cita-citaku” dan diletakkan di halaman 1 hanyalah 1 (satu) paragraf sbb : “Cita-cita saya adalah ingin menjadi polisi seperti Pak Zaelani dan saya ingin menertibkan rambu lalu lintas supaya tidak terjadi kecelakaan dan menertibkan orang yg tidak menaati peraturan, seperti tidak memakai helm pada saat perjalanan jauh, tidak memakai spion, tidak membawa STNK dan tidak punya SIM.” Bukan hanya satu paragraf bahkan tulisan Agung Prasetyawan ini hanya 1 (satu) kalimat! 🙂 Tapi para gurunya telah berhasil mendorong Agung utk menghasilkan karya tulis pertamanya yg original dalam bentuk publikasi yg akan dinikmati oleh banyak orang. Ini kalimat pertama yg akan membuat Agung merasa percaya pada kemampuan dirinya dalam menulis. Satu kalimatnya tersebut mendapat penghargaan yg luar biasa utk masuk dalam buku kumpulan karya siswa di sekolahnya. Bukankah ini luar biasa? Bukankah memang ini yg seharusnya dilakukan oleh guru dalam mendidik, yaitu memunculkan setiap bakat yg ada pada siswa yg dalam hal ini adalah kemampuan menulis? Yang lebih membesarkan hati saya adalah bahwa buku mungil ini akan membangkitkan rasa percaya diri siswa bahwa mereka adalah anak-anak yg bukan hanya berbakat tapi juga berharga di mata sekolah. What is more beautiful than that…?! Saya sampai mbrebes mili membayangkan betapa saya sangat ingin melakukan hal-hal semacam ini dalam hidup saya. Menurut saya inilah sebenarnya inti peran dan tugas guru dalam pendidikan, yaitu memunculkan semua potensi siswa dan membangkitkan kepercayaan diri siswa akan kemampuannya tersebut. Dan tugas mulia inilah yg dilakukan oleh MUHI Press dan SMAM 1 Gresik, yaitu menemukan intan dalam setiap diri siswa dan menggosoknya menjadi berlian yg indah berkilau. Inilah inti dari pendidikan itu sebenarnya (dan bukan menjejali mereka dg soal-soal UN).
Saya sungguh gembira melihat apa yg telah dilakukan oleh MUHI Press dan SMAM 1 Gresik ini. Ini adalah pekerjaan kebudayaan yg bersejarah dan sungguh pantas utk dihargai dan didukung. Saya sungguh berharap Kemdikbud dan Disdik mau memahami pentingnya apa yg dilakukan oleh mereka dan mau membantu mereka menyebarkan semangat berkarya siswa ini dan tidak ngotot dengan memaksakan UN yg destruktif itu. Semoga…!
Surabaya, 9 Mei 2013
Salam
Satria Dharma
https://satriadharma.com