Apakah ada media yang partisan dan bahkan menyebarkan berita bohong? Tentu saja ada dan bahkan banyak media massa yang partisan yang beritanya disetir oleh pemiliknya. Kalau pemiliknya adalah politisi maka jelas sekali berita-beritanya akan diarahkan untuk kepentingan politiknya.
Media terkadang memang sangat dilematis kalau menghadapi antara idealisme pemberitaan dan kelangsungan hidup karyawannya. Mereka bisa pragmatis dan sangat oportunis terhadap penguasa dan pemerintahan. Semangat kritisme bisa hilang menjadi semangat transaksionalisme sehingga kode etik jurnalistik pun akan dipermainkan. Media punya kepentingan rating dan profit. Kalau mereka rugi ya gulung tikar. Dan tidak ada orang yang ingin tempat makannya gulung tikar.
Apakah ada media yang selalu pro pemerintah? Ya jelas ada, yaitu media yang berada di bawah pengelolaan pemerintah seperti Antara. Tapi hampir semua yang lain adalah milik pemilik modal yang juga pemilik partai tertentu. Jadi janganlah terlalu naif dengan mengatakan bahwa media itu pasti netral. Media bisa sangat partisan sesuai dengan keinginan pemiliknya.
Media partisan adalah pembunuh demokrasi karena bisa digunakan sebagai alat politik untuk memenuhi keinginan pemiliknya dari kalangan politisi yang punya kuasa atas kepentingannya. Media itu bisa melakukan framing untuk menjatuhkan dan membunuh karakter tokoh, aktivis, organisasi, kelompok dan golongan bahkan pemerintah di alam demokrasi partisan. Media partisan tidak segan untuk memutarbalikkan fakta dan data, menutupi fakta dan realita, memberitakan sesuai kepentingannya, membangun narasi kontroversial dan tidak peduli jika itu merugikan pihak lain.
Salah satu media yang dimiliki oleh tokoh politik adalah Metro TV. Kemarin media ini melakukan kebohongan yang nyata ketika mewawancarai Dr. Martadi dari UNESA. Jelas sekali media ini ingin mendiskreditkan presiden Jokowi dengan pemberitaannya. Ketika yang diwawancarai tidak kunjung mengeluarkan pernyataan yang keras atau kontra terhadap Presiden Jokowi maka dibikinnya sendiri judul “Keberpihakan Presiden Dinilai Memecah Belah Bangsa” padahal sama sekali tidak ada disebut hal tersebut. Sama sekali tidak ada disebut atau ditulis soal presiden memecah belah bangsa. Itu sepenuhnya karangan Metro TV. Metro TV membuat judul bohong alias HOAX untuk menguatkan sentimen negatif dukungan presiden ke salah satu Paslon. Toh orang hanya lihat judul saja dan tidak peduli dengan isi wawancara.
Karena kenal baik dengan Dr. Martadi saya lalu bertanya pada beliau kenapa tidak protes dan dijawab, “Insyalloh sampun mas, teman2 humas sdh menyampaikan ke Metro TV🙏” Tapi apa pun jawaban dari Metro TV nantinya tidaklah penting. Tujuan mereka untuk mendiskreditkan presiden sudah tercapai.
Sebagai warga berpendidikan kita tidak boleh terlalu naif dan mengira bahwa media akan selalu obyektif, mengutamakan idealisme, selalu mengutarakan kebenaran, dan tidak akan berbohong. Justru media itulah yang akan dipakai untuk berbohong untuk kepentingan pemiliknya yang sebagian adalah politisi. Dan itu bukan hanya berlaku di Indonesia. Di seluruh dunia ya begitu yang terjadi. Coba perhatikan pemberitaan tentang perang Israel dan Palestina dan bagaimana keberpihakan pers yang begitu nyata terhadap Israel.
Balikpapan, 7 Februari 2024
Satria Dharma