
Seorang teman yang selalu ingin ‘nyunnah’ dengan bangga bercerita bahwa dulu waktu ia menikah dia memisahkan antara tamu laki-laki dan wanita. Baginya itulah Sunnah Nabi. Tamu laki-laki dan perempuan harus dipisah. Waktu itu para tamunya heran dengan sikapnya tersebut karena tidak biasanya resepsi pernikahan seperti itu. Tapi katanya sekarang orang-orang di kampungnya sudah mulai terbiasa dengan resepsi semacam itu. Dia senang bahwa sunnah Rasul, yang ia pelopori di kampungnya ini, semakin diikuti oleh banyak orang. 😎
Tentu saja resepsi model begini bukan hal baru. Hampir semua teman-teman keturunan Arab saya juga demikian. Mereka memisahkan antara tamu pria dan wanita. Jadi saya masuk ruangan laki-laki dan istri saya masuk ruangan perempuan. Ya karena memang demikian budaya mereka. Di Arab sana tamu pria dan wanita memang dipisahkan. Istri saya selalu ngomel kalau saya ajak ke resepsi model begini karena kami pasti akan saling mencari kalau mau pulang. “Ngapain sih pakai dipisah lha wong sebelum masuk dan setelah keluar dari tempat resepsi ya campur lagi pria dan wanita…?!” keluhnya. Baginya it doesn’t make sense. Tapi ya begitulah adat dan kebiasaan orang Arab dari dulu sampai sekarang. Dari dulu ya mereka pakai gamis ke mana-mana dan bukan karena mau salat dan juga bukan karena itu ciri muslim. Di Arab sana umat Kristen atau pun ateis juga pakai gamis dan biasa saja menyebut “Alhamdulillah…! Syafakallah…! Subhanallah…! dsbnya karena ya memang itu bahasa sehari-hari mereka. Kalau yang ngomong ‘Ente bahlul…!’ itu biasanya anak Ngampel di Surabaya Utara sana. 😁
Pertanyaannya adalah: Apakah itu sunnah Nabi? Maksudnya, apakah itu ajaran agama Islam yang harus diikuti oleh umat Islam?
Banyak umat Islam yang tidak bisa membedakan antara AJARAN dan BUDAYA atau TRADISI. Itu sebabnya sekarang ini banyak orang yang mengubah ucapan selamat ulang tahun menjadi ‘barokallah fi umrik’. Mungkin dipikirnya itu lebih ‘nyunnah’ atau lebih berpahala. 😁 Padahal ucapan selamat ulang tahun itu tidak pernah ada di zaman nabi dan para sahabat dan itu adanya baru-baru saja. Zaman dulu itu boro-boro mau saling ucapkan selamat ulang tahun, lha wong kalau ditanya kapan lahirnya aja mungkin mereka tidak tahu atau tidak peduli. 😁
Kita ini juga kadang tidak bisa membedakan mana yang ajaran dan mana yang budaya atau tradisi. Berbahasa Arab itu bukan ajaran Islam. Jadi meski pun selama hidupnya Nabi itu selalu berbahasa Arab tapi tidak ada ajaran Islam agar kita berkomunikasi dalam bahasa Arab. Artinya berbahasa Arab sehari-hari itu bukan tuntunan agama dan juga tidak ada pahalanya. 😁 Sama dengan makan kurma. Nabi itu makanan sehari-harinya ya kurma dan bukan pada saat buka puasa saja. Jadi kalau kita ikut-ikutan berbuka puasa dengan makan kurma maka itu kita sekedar mengikuti tradisi atau kebiasaan hidup di zaman dulu.
Dulu Nabi dan para sahabat kalau cebok ya cukup pakai batu saja karena air terlalu berharga untuk dipakai cebok. Kalau wudhu pun airnya sangat minimalis dan yang penting basah. Jadi gak ada Nabi dan sahabat yang mandi pakai shower atau pakai gayung jebar-jebur dengan air di kolam yang berlimpah. Jadi tidak usah tanya atau mencari-cari Nabi dulu sabun dan shampoonya merk apa.
Kalau kita pakai kayu siwak untuk sikat gigi maka itu tidak lebih ‘nyunnah’ dan juga tidak dapat pahala. 😁
Itulah sebabnya sekarang orang naik haji tidak lagi jalan kaki atau naik onta, meski pun jalan kaki atau naik onta jelas-jelas disebutkan dalam Alquran dan begitulah yang dilakukan oleh Nabi dan para sahabat dulu. Mengapa? Karena naik haji memang ibadah wajib tapi cara dan transportasinya bukan termasuk sunnah yang diwajibkan atau bahkan diutamakan. Tidak ada ulama yang bilang bahwa berhaji sebagai mana Nabi dan para sahabat dulu berhaji, yaitu jalan kaki atau naik onta lebih utama daripada naik singa (Lion) atau burung (Garuda Airways). 😁
Dulu saya pernah bilang sama teman bahwa tidak semua hal yang dilakukan oleh Nabi itu adalah sunnah yang perlu kita lakukan atau ada pahalanya. Bahkan ada hal yang dilakukan oleh Nabi tapi haram atau terlarang bagi kita untuk mengikutinya. Dia penasaran kok ada hal yang beliau lakukan dan contohkan tapi umatnya DILARANG mengikutinya atau berdosa jika diikuti oleh umatnya.
Begitu saya beritahu dia langsung ketawa. “Iya ya…! Itu haram kita lakukan.” katanya sambil nyengir. 😁
Kalian penasaran kan apa hal yang dicontohkan oleh Nabi tapi umatnya DILARANG mengikutinya? 😎
Madigondo, 30 Desember 2022
Satria Dharma