Ya, apa pun upaya kita, kita tetap bisa terjangkit di mana aja.
Pertama, kita tidak mungkin tinggal di rumah terus. Kita harus melanjutkan kehidupan kita. Kita tidak mungkin mengurung diri terus tanpa berhubungan langsung dengan siapa pun. Meski pun saya sudah pensiun, tidak bekerja ngantor lagi, dan menolak untuk bepergian jika tidak sangat perlu tapi saya masih mungkin terpapar di jalanan, di toko, di pasar, di resto, di masjid, di mana saja saya pernah berada. Saya juga masih harus tetap bertemu dengan orang-orang lain. Dan salah satu dari mereka mungkin OTG yang bisa menularkan virus kepada saya.
Kalau pun kita mengurung diri total dengan tidak keluar rumah sama sekali, anggota keluarga kita tentu tidak bisa melakukan hal yang sama. Meski saya berusaha untuk tidak bertemu teman-teman saya, umpamanya, tapi anak-anak dan istri saya tentu tidak bisa. Mereka punya kehidupan sosial yang harus mereka jalankan. Saya bahkan tidak mampu menahan mereka untuk tidak keluyuran atau nongkrong di café bersama teman-temannya. Saya juga tidak bisa menolak teman-teman mereka datang dan bahkan tidur di kamar mereka. Salah satu dari anggota keluarga saya atau teman-temannya yang berkunjung mungkin sudah jadi OTG dan bisa menularkan virus kepada anggota keluarga yang lain. Bahkan saya bisa tertular di mobil atau di rumah saya sendiri.
Kedua, sedisiplin apa pun kita menggunakan masker, menjaga jarak dengan orang lain, menjaga kesehatan tubuh, membaca banyak petunjuk dan panduan untuk tidak tertular virus, berdoa dalam setiap salat kita, tetap tidak ada jaminan bahwa kita tidak akan tertular.
Yang bisa kita lakukan hanyalah IKHTIAR. Soal apakah kita akan tertular atau tidak suatu saat itu adalah MISTERI. Para dokter dan tenaga kesehatan yang sudah demikian disiplin dan pahamnya akan virus ini saja masih juga jadi korban. Kita bukanlah perkecualian. Tidak peduli seberapa ketatnya kita menjaga jarak, seberapa sehatnya tubuh kita, seberapa mudanya usia kita, seberapa cerdasnya kita memahami virus ini dan penyebarannya, seberapa merasa dekatnya kita berhubungan dengan Tuhan, we are still no exception. Kalau Tuhan inginkan kita tertular ya kena juga.
Jadi bagaimana dong…?!
Ya tetaplah pakai masker. Tetaplah menjaga jarak dengan orang di lingkungan mana pun Anda berada. Tetaplah berolahraga meski hanya jalan kaki di kompleks. Tetaplah menjaga kebugaran dan stamina tubuh Anda. Tetaplah membatasi diri dari kegiatan bertemu dan berkumpul dengan banyak orang. Tetaplah menghindar berada dalam ruangan ber-AC bersama banyak orang. Tetaplah hindari nongkrong-nongkrong ngopi bareng teman sambil ketawa cekakakan. Tetaplah berdoa agar dihindari dari penyakit Covid 19 dan sejenisnya. Tetaplah tertawa dan bergembira dengan keluarga. Tetaplah mencintai istri Anda dengan sepenuh hati dan gembirakan hatinya. (Ini pesan sponsor). Tetaplah lakukan IKHTIAR TERBAIK yang bisa kita lakukan.
Lalu bagaimana kalau setelah kita melakukan semua IKHTIAR yang bisa kita lakukan dan ternyata kita masih terkena juga?
Kalau menggunakan istilah medis itu artinya kita TERINFEKSI.
Kalau menggunakan nuansa agama itu artinya TAKDIR ALLAH.
Kalau katanya orang Madigondo KOK YO NDILALAH
Kalau menggunakan istilahnya arek-arek Suroboyo itu artinya AWAKMU APES, BRO.
Tapi mau menggunakan istilah apa pun ya kita harus menerimanya dengan ikhlas. Mari kita menerima takdir kita dengan ikhlas dan tawakkal saja. Kita mungkin kena ringan saja. Sudah ketularan tapi meteges saja. Namanya juga OTG. Ya ini yang dibilang sama Sifu Terawan, “Gak usah kuatir. Nanti juga sembuh-sembuh sendiri.” Tapi bisa juga akibatnya parah dan bahkan MUNGKIN membawa ajal kita. Mungkin lho yo… Saya tidak menakut-nakuti. Yok opo maneh, Bro? Lha wis wayahe… Mosok kita mau ngajak gelut Malaikat Izroil. Ya gak mungkin menanglah kita.
Maksud saya gini lho…!
Kita harus selalu siap mental jika ternyata ada tetangga, keluarga, anak dan istri, atau bahkan DIRI KITA SENDIRI terjangkit virus Corona ini. Kita memang akan melakukan IKHTIAR TERBAIK yang bisa kita lakukan. Tapi takdir Tuhan tetaplah bukan keputusan kita. Kalau kita dan keluarga luput dari virus ini ya ALHAMDULILLAH. Kalau terkena ya INNA LILLAHI WA INNA ILAIHI ROJIUN. Segeralah berobat sebisa-bisanya dan mintalah pada Tuhan agar disembuhkan. Semoga saja bisa cepat sembuh seperti 70% penderita lainnya. Tapi jika Tuhan menakdirkan kita masuk dalam golongan yang 30% ya kita terima saja. Terima saja ketentuan dari Tuhan ini dengan tetap berpikir positif dan ikhlas. Saya akan berpikir positif bahwa apa pun ketentuan Tuhan pada saya adalah SEBUAH KEBAIKAN bagi saya. Kalau pun Tuhan telah menetapkan habisnya riwayat hidup saya di dunia maka saya yakin bahwa Tuhan akan menyediakan kehidupan yang LEBIH BAIK di akhirat kelak.
Kita akan tetap melawan Covid 19 ini sekuat tenaga dan pikiran kita dan berharap memenangkan pertempuran. Tapi jika kita kalah maka mungkin kita perlu menghibur diri dengan mengutip kata-kata Nyai Ontosoroh pada Minke, “Kita telah melawan Nak, Nyo. Sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya.”
Surabaya, 17 September 2020
Salam
Satria Dharma
Salam
Satria Dharma
https://satriadharma.com