Subuh ini, tak seperti biasanya, saya membawa sajadah kecil. Padahal biasanya saya tidak pernah bawa sajadah.. Karpet masjid kompleks saya sungguh empuk dan diberi kain putih bersih pas di tempat sujud. Sesekali kain ini disemprot dengan parfum sehingga membuat sujud terasa berada di sorga, minimal di taman bungalah. 😀 Masjid kami ini sejuk ber-AC dan selalu ada makan gratis di hari Senin, Kamis, dan sesudah salat Jum’at. Kadang hari lain juga sering ada jama’ah yang berbagai rejeki dengan menyediakan sarapan bagi jamaah salat Subuh. Jadi tidak heran kalau jamaah di masjid kami ini selalu hampir penuh shafnya meski pada salat Dhuhur dan Ashar. Masjid kompleks kami ini memang nyaman.
Tapi subuh kali ini memang tidak seperti biasanya. Wabah virus Corona akhirnya merangsek Indonesia dan kami juga harus mulai waspada. Sudah berhari-hari saya diterjang oleh informasi tentang pentingnya social distancing, termasuk di masjid. Imbauan untuk salat di rumah saja juga sudah berkali-kali saya baca. Tujuh kasus virus Corona di Betlehem membuat otoritas Palestina menutup gereja dan masjid selama dua pekan. Pemerintah Palestina juga membatalkan salat Jumat di 27 masjid di wilayah Bethlehem. Iran memutuskan membatalkan salat Jumat di puluhan kota, termasuk ibu kota Teheran. Selain Teheran, ada 21 kota lainnya yang membatalkan salat Jumat, misal di Qom dan Mashhad. Otoritas Singapura menutup sementara 70 masjid selama lima hari, sehingga bisa dibersihkan untuk mencegah penyebaran wabah virus ini. Ibadah salat Jumat juga ditiadakan pada Jumat kemarin. Pemerintah Arab Saudi dan Malaysia membatasi durasi sholat Jumat, termasuk khotbah, tak lebih dari 15 menit. Para jamaah diminta untuk memakai masker dan yang sakit diminta untuk tidak datang ke masjid. MUI bahkan telah merilis fatwa bahwa setiap umat Islam yang berada di daerah yang berpotensi tinggi terjangkit Covid-19 diperbolehkan untuk meninggalkan salat Jumat dan menggantinya dengan salat Zuhur. Umat Islam juga dibolehkan untuk meninggalkan jemaah salat lima waktu atau rawatib, tarawih dan Ied di masjid atau tempat umum lainnya.
Tapi saya tidak melihat adanya imbauan atau kebijakan dari masjid kami ini. Atau mungkin karena saya tidak pernah ikut rapat pengurus masjid. Saya hanya pengurus namanya saja. Pengurus masjid kami ini sudah banyak dan lengkap sehingga tidak membutuhkan pengurus tambahan seperti saya. 😀
Subuh pagi ini saya menggamit beberapa pengurus masjid setelah salat Subuh usai dan saya minta untuk berdiskusi sebentar. Ada empat orang pengurus yang bisa ikut sedang yang lainnya sudah ada acara lain.
Jadi saya sampaikan bahwa kita, sebagai jamaah masjid, harus peduli pada bahaya wabah ini. Tentu saja kita adalah umat yang beriman dan percaya pada takdir jika memang maut datang menjemput. Tapi kita harus mengikuti sunah Rasul untuk menghindarkan diri dari ketularan. Dan apalagi menulari orang lain, jika ada wabah melanda sebuah daerah. Untuk itu saya mohon agar pengurus masjid melakukan tindakan pencegahan. Alhamdulillah para pengurus tidak ada yang sok jago atau sok berani menantang virus dan tidak peduli pada merebaknya wabah ini. Mereka sadar bahwa umat Islam harus melakukan upaya untuk menghindarkan dirinya dari tertular. Mereka bahkan sudah menghubungi petugas untuk melakukan penyemprotan karpet, lantai, dan semua ruangan di masjid. Insya Allah minggu ini penyemprotan akan dilakukan. Mereka juga sudah menyampaikan pentingnya jamaah untuk menjaga kesehatannya pada beberapa kesempatan.
Meski demikian saya tetap menyampaikan pentingnya beberapa hal sbb:
– Jamaah perlu diingatkan pentingnya untuk selalu mencuci tangan dengan sabun dan bukan sekedar berwudhu seperti biasa. Kita menghadapi situasi yang tidak biasa sehingga perlu tindakan tambahan selain berwudhu. Oleh sebab itu masjid harus menyediakan sabun di semua tempat berwudhu dan cuci kaki dan tangan. Masjid juga kalau bisa menyediakan desinfektan berupa hand sanitizer di beberapa sudut masjid. Masjid harus berupaya mengedukasi jamaahnya agar TIDAK TERTULAR dengan tindakan-tindakan pencegahan yang diperlukan.
– Jamaah perlu diimbau agar menjaga kesehatannya dengan tambahan suplemen vitamin C untuk menjaga imunitas tubuh mereka. Dalam satu atau dua bulan ke depan kesehatan tubuh harus benar-benar dijaga agar para jamaah tidak mudah terserang penyakit.
– Kalau dirasakan perlu, dan situasinya semakin buruk, para jamaah diimbau untuk menggunakan masker selama berada di masjid. Ada baiknya masjid mempunyai stok persedian masker bagi jamaah yang membutuhkan. Mereka juga perlu diimbau untuk membawa sajadah kecil, atau kain alas untuk sujud, demi menghindari penularan dari karpet masjid.
– Mereka yang mulai merasa sakit karena batuk, pilek, demam, menggigil, sesak napas sebaiknya tidak usah datang ke masjid dulu sampai mereka benar-benar sembuh. Jangan sampai mereka menulari jamaah lain yang masih sehat. Ini harus benar-benar ditekankan karena seringkali kita meremehkan potensi kita tertular atau pun menulari orang lain dengan penyakit yang sedang kita derita. Salat berjamaah memang penting tapi menjaga kesehatan diri mau pun orang lain di saat adanya wabah seperti ini LEBIH PENTING. Sikap egois dalam beribadah yang bisa membahayakan kesehatan dan keselamatan jiwa jamaah lain adalah sikap yang tidak dibenarkan dan justru mendatangkan dosa.
– Ikut tanggap dan saling mengawasi jika ada warga yang dicurigai terdampak virus corona, khususnya di sekitar masjid atau kompleks perumahan.
Demikianlah yang bisa saya sampaikan pada pengurus masjid demi keselamatan dan kesehatan para jamaah lain agar terhindar dari kemungkinan tertular dan menulari jamaah lain dari wabah COVID 19 ini. Mungkin aga gunanya untuk Anda lakukan juga pada lingkungan masjid dan kompleks perumahan Anda. 🙏😊
Surabaya, 17 Maret 2020