Saya hendak mencuci mobil yang barusan saya pakai dari Madiun ke Surabaya. Sambil menunggu tentu lebih baik dengan membaca. Lalu saya sambarlah buku kiriman dari Najelaa Shihab ini. Semula saya pikir ini sebuah novel yang berbicara tentang cinta. Mungkin romantisme, pikir saya. Tapi ternyata saya salah….
Buku ini ternyata bercerita tentang upaya Najelaa Shihab yang seorang psikolog sekaligus seorang pendidik pemilik sekolah Cikal itu untuk menggambarkan kompleksitas keperempuanan dan segala perannya. Meski dirinya adalah seorang perempuan yang memiliki gelar Master dalam psikologi dari UI dan telah bergaul dengan begitu banyak wanita dengan berbagai profesi dan permasalahan tapi Mbak Ela ini tetap merasa sulit untuk mengerti dan memahami betapa kompleksnya permasalahan wanita. Buku ini ia tulis dalam upayanya membuat sesuatu hal yang sulit diraba menjadi lebih nyata, begitu katanya. Meski demikian ia mengaku bahwa buku ini tidak ditulisnya berdasarkan teori ahli psikologi tapi semata-mata berdasarkan hasil observasi dan refleksi pribadi. Ada banyak hal dan permasalahan yang disampaikan dalam buku ini umpamanya bagaimana wanita menghadapi kekerasan, baik secara fisik, verbal mau pun non-verbal, bahkan oleh sesama wanita (Najelaa lebih suka menggunakan kata ‘perempuan’ketimbang ‘wanita’). Wanita itu tidak pernah dianggap atau merasa sempurna dan selalu menghadapi berbagai bentuk perundungan, sekuat apa pun mereka berusaha untuk tidak menjadi korban.
Dalam kehidupan modern ini peran wanita semakin meningkat, kesempatan untuk berkarir dan berprestasi juga semakin terbuka, tapi tekanan hidup dan tuntutan lingkungan juga meningkat. Tuntutan tertinggi di masa kini justru dirasakan oleh perempuan yang hidup dengan berkecukupan . uaitu tuntutan untuk sempurna. Akibatnya seorang ibu yang tampak sempurna dan bergengsi ternyata juga cenderung menderita depresi.
Apakah kepintaran akan dengan mudah menyelesaikan persoalan kehidupan atau dalam hubungan dalam keluarga? Ternyata kepintaran kognisi bukan jaminan karena kepintaran itu multi dimensi. Ukuran utamanya dalam hubungan lebih terkait dengan emosi dan bukan banyaknya informasi yang dimiliki, demikian simpul Najelaa.
Di sini saya tiba-tiba juga mau berefleksi…
Apakah Anda sebagai seorang suami lebih menginginkan istri Anda lebih inferior dibandingkan Anda, ingin yang setara dengan status dan kemampuan Anda, atau Anda mungkin tidak keberatan jika istri Anda lebih pintar, lebih banyak penghasilannya, lebih luas pergaulannya, dlsb daripada Anda? Budaya patriarchal memang masih kuat di masyarakat kita dan sangat jarang ada laki-laki yang mau menerima fakta bahwa dirinya kalah pintar, kalau cerdas, kalah populer, kalah trampil, dibandingkan dengan istrinya. Akibatnya seringkali istri harus berupaya keras menurunkan kapasitas dan kemampuan dirinya agar suaminya tidak mati terbakar oleh cemburu dan iri.
Saya termasuk beruntung karena beristrikan mantan murid saya yang jelas menganggap saya jauh lebih superior darinya. Selama ini saya juga memenuhi kebutuhannya tanpa ia perlu bekerja membantu menambal kekurangan uang belanja. Ia hanya bekerja (dan mendapat penghasilan) karena ia menginginkan kegiatan yang bermanfaat dan membuat dirinya merasa lengkap. Bagaimana pun, saya masih menjadi gantungannya dalam segala hal.
Tapi saya perlu mengaku bahwa belakangan ini situasinya sudah mulai berbalik. Sejak pensiun ini rasanya istri saya mengejar saya dalam berbagai hal dan dalam banyak hal saya justru terengah-engah mengejar di belakangnya. Istri saya semakin pintar dan cerdas sementara saya semakin pikun aja rasanya. Berbagai topik pembicaraan yang dulunya saya kuasai dan istri saya jadi sekedar pendengar kini malah terbalik. Istri saya sekarang menguasai semua topik dan informasi sementara saya cuma bisa bengong kuper digrojog info oleh istri saya. Otak saya berhenti bekerja sedangkan istri saya sedang lajunya masuk gigi lima mengumpulkan berbagai pengetahuan dan info. Semua masalah pengelolaan keuangan benar-benar ditanganinya dengan baik. Semua masalah rumah baik itu renovasi, perawatan, penambahan, perubahan, pembiayaan, diambil alihnya dengan sigap tanpa menyisakan sedikit pun peran bagi saya (kecuali bagian provider). Saya benar-benar terheran-heran dengan bakatnya yang muncul tersebut. Kok bisa ya dia mengurusi tukang dengan segala tetek bengeknya dan tahu dengan rinci spesifikasi bahan bangunan. Saya ini kok nul puthul ya?
Urusan anak-anak? Tentu saja dia nakhodanya. Saya cuma juru bayar. Lha semua anak-anak kami selalu terbuka dan mengkonsultasikan semua masalah mereka dengan emaknya. Sedangkan dengan bapaknya ini anak-anak cuma datang kalau butuh uang dan emaknya memerintahkan mereka datang ke saya.
Saat ini istri saya sedang sibuk-sibuknya mempersiapkan bisnis baru di Madiun, mau buka koperasi, dan sudah bertemu beberapa kali dengan Walikota Madiun. Buka koperasi…?! Darimana istri saya memperoleh pengetahuan tentang itu dan berani ambil resiko? Saya…?! Otak saya sudah mogok. Bahkan diminta untuk mengisi seminar online saja otak saya sudah menolak. Alhamdulillah saat ini saya masih dipercaya jadi sopirnya istri karena anak-anak pada kerja semua. Itu pun kalau saya terlalu ngebut di jalan tol selalu diingatkan, “Ojo banter-banter. Satus rong puluh ae.” Tentu saja saya segera mengurangi kecepatan sambil berkata, “Siap, Ndan!””.
Intinya, wanita itu luar biasa. Diam-diam mereka itu menyimpan sangat banyak potensi untuk berkarya dengan kapasitas yang besar. Jika kita beri mereka kesempatan maka mereka akan menunjukkan betapa hebatnya mereka. Mereka bahkan akan dengan mudah melibas kita di tikungan. Sementara kita, terutama yang sudah pensiunan seperti saya, bakal terengah-engah dan melongo melihat istri kita melejit ke depan. Wow…! Is it you, my Dear…?!
Tapi justru di saat seperti itulah saya bersyukur pada Tuhan bahwa semua yang bisa diraih oleh istri saya itu ia peroleh berkat CINTA yang terus menerus saya pompakan padanya. Perempuan memang tidak sempurna. Apalagi laki-laki kayak kita, Bro. Tapi cinta akan melengkapi semua ketidaksempurnaan kita sehingga akan menjadikannya begitu indah. Eh, udah puitis belum kata-kata saya.
Buku ini penuh dengan ungkapan-ungkapan tentang cinta yang membuat saya terheran-heran. Darimana ya Najelaa memperoleh kata-kata indah dan puitis tersebut? Kata-kata dan ungkapannya dalam dan penuh nuansa yang cerdas, indah, puitis, dan kadang misterius. Baca sendiri saja agar paham dengan yang saya maksud.
Surabaya, 21 April 2021
Satria Dharma
Salam
Satria Dharma
https://satriadharma.com/