Hari ini istri saya, Ika Padmasari, berulang tahun ke… Ah, tak usah saya sebutkan usianya. Yang jelas ia masih tampak secantik, semuda, semenggemaskan seperti masih berusia 30 tahun. Istri saya hanya semakin pintar, semakin bijak, semakin peduli, semakin dermawan dengan bertambahnya usianya. Saya tak habis-habisnya bersyukur pada Tuhan bahwa saya diberi istri sepertinya sehingga membuat hidup saya begitu indah, lengkap, dan berbahagia seperti ini. It’s a nonstop happiness with her. Tidak rugi saya njomblo selama 35 tahun sebelum menikah dengannya karena dengan demikian saya bisa memperoleh istri sepertinya. Seandainya saya ngotot untuk menikah pada usia 25 atau 30 tahun mungkin saja saya dapat istri Luna Maya atau Raisha. Tapi kan belum tentu saya akan bahagia seperti ini. Belum tentu juga saya bisa kenalan sama mereka. Lha wong sampai sekarang saja saya belum pernah bertemu dengan mereka. 😁
Apa hadiah ultah yang bisa saya berikan bagi istri saya? Sebenarnya saya ingin menuliskan cek sejumlah satu milyar dan saya berikan padanya agar ia bisa memilih sendiri apa yang ia inginkan pada hari ultahnya ini. Mau dihabiskan untuk beli apa saja silakan. Pokoknya seminggu harus habis. 😎 Tapi saya sadar bahwa sudah sangat lama saya tidak memegang cek. Kalau pun masih ada sisa-sisa buku cek ketika saya masih menjabat dulu tentu juga tidak ada gunanya karena sudah tidak ada dananya dan saya juga tidak punya uang sebanyak itu. Selintas terbersit di benak saya untuk membisikkan kata-kata mesra saja di telinganya, “Yang, aku memang tidak punya uang satu M untuk kuberikan padamu pada hari ultahmu ini. Tapi aku memiliki cinta yang tak terbatas untukmu.” Sambil mengelus-elus rambutnya. Tapi saya kuatir ia akan menjawab dengan lebih mesra, “Cinta thok…?! Gak onok duite…?! Kecut, Yang…!” sambil mengelus-elus jenggot saya yang sudah memutih itu. Blaen…! 🤪
Jadi apa dong hadiah ultah yang bisa saya berikan padanya? Sebetulnya dia sudah bilang bahwa dia butuh uang lumayan banyak karena dia sedang memulai sebuah usaha yang memang butuh modal besar. Sebetulnya saya mau ngomong, “Salahmu dewe… Udah tahu gak punya duit kok ya malah buka usaha yang butuh modal besar.” Tapi tentu saja itu tidak akan saya ucapkan. Seorang suami yang baik macam saya ini pantang menjeglekkan semangat istri yang menggebu-gebu. Kalau pun saya tidak bisa memberi uang minimal kalau memberi semangat saja saya masih bisalah…! Opo angele…! Tapi kan bukan semangat yang diminta oleh istri saya. Kali ini ia minta uang untuk keperluan dirinya sebagai hadiah ultah. Karena itu permintaan hadiah ultah yang sangat jarang ia minta (dan sangat saya syukuri) maka ya saya harus berupaya untuk memenuhinya. Bukankah gunung tinggi kan kuseberangi, lautan kan kudaki demi cintaku padamu. Jadi saya kemudian menjanjikan akan memberikan SEMUA bonus lebaran yang akan saya terima, berapa pun yang saya terima pada tahun ini. Biasanya sih uang THR memang saya berikan sebagian padanya untuk memenuhi kebutuhan aweh sana sini tapi kan tidak semua. Mundhak glegeken…
Biasanya saya memang mendapat hadiah THR dari PT dan yayasan yang saya ikut di dalamnya. Tapi sampai hari ini THR yang kami harap-harapkan ini belum tampak hilalnya. Biasanya sih sudah ada pemberitahuan bahwa THR akan diberikan tanggal sekian tapi saat ini belum ada kabar-kabar tersebut. Masih benar-benar gelap. Segelap Laut Bali di mana Nenggala tenggelam. Saya sudah pasang radar dan sonar tapi belum juga ada kabar. Yang ada hanya bunyi ‘Tut…tut…tut…siapa hendak turut…!’ Saya berharap agar THR kami tidak subsunk atau ikut-ikutan terkena imbas larangan mudik. Kalau sampai THR tahun ini tidak keluar maka itu berarti saya harus menyampaikan “Mayday…mayday…!” pada tabungan saya. Saya harus sampaikan berita buruk pada tabungan saya bahwa kita harus berpisah. Saya harus mecah celengan. We have a situation. “Of course I love you my deposit but I love my wife more. Tak perlu sedu sedan itu…” Bukankah harta tidak akan dibawa mati? (Bojo yo gak digowo mati, bro). Lagipula kan sudah saya tegaskan pada diri saya bahwa jangankan rumah, mobil, dan semua harta saya, bahkan diri saya sudah saya serahkan sama istri. Diri saya sudah saya wakafkan sama istri saya. Iki ngono melok-melok orang yang bilang sudah mewakafkan dirinya untuk agama, negara dan bangsa, bersedia menggantikan Pak Habib di penjara, dan ungkapan-ungkapan heroik semacamnya. Berhubung negara tidak membutuhkan saya dan juga negara tidak seberapa mencintai saya ya saya mewakafkan diri saya pada istri saya saja. 😍 Artinya sekarang saya posisi ngenger sama istri saya. Toh saya diopeni dengan ciamik soro oleh istri saya.
Jadi hari ini saya akan menyerahkan sebagian dari dana yang saya simpan sebagai pengiring ucapan Selamat Ulang Tahun bagi istri saya. Urusan kue ultah dan terompet biar anak-anak yang menyediakan. Kami mungkin akan menyanyikan Happy Birthday to You meski yang ada hanya Tara dan Ais. Soalnya kakak-kakaknya, Yubi dan Yufi, sedang bekerja di Bali dan tidak jelas apakah bisa pulang atau tidak pada hari istimewa ibunya ini. Janjinya sih mau pulang.
Tapi yang jelas pada hari ini saya akan bersimpuh di depan sajadah saya untuk mengucapkan terima kasih dan rasa syukur saya pada Tuhan yang telah menganugerahkan Ika Padmasari, mahluknya yang istimewa tersebut, pada saya yang telah terus menerus tanpa henti berupaya untuk membahagiakan saya day by day with all effort. Saya akan bersyukur pada Tuhan dan juga akan memohon agar istri saya ini selalu dilimpahi dengan rejeki, berkah, dan rahmat yang berlimpah dalam hidupnya. Saya juga akan berdoa agar ia dijauhkan dari malapetaka, marabahaya, musibah, dan penyakit yang berat (dan juga laki-laki yang coba-coba merayunya). Biarkanlah ia tetap muda dan cantik seperti sekarang ini, ya Allah. Usianya boleh tua, ya Allah. Tapi bodi dan wajahnya biar sampai di situ saja, ya Allah. Dengan demikian toh saya juga yang akan menerima limpahan nikmat, berkah, dan karunia Tuhan tersebut. 😍
Selamat berulangtahun, istriku. Semoga Allah akan selalu menjagamu dari segala hal yang buruk dan akan selalu melimpahimu dengan kebaikan. Amin!
Surabaya, 29 April 2021
Satria Dharma