Apakah sekolah top dan favorit benar-benar mampu memberikan bekal prestasi akademis (dan masa depan yang lebih cerah) bagi siswanya ketimbang sekolah-sekolah lain yang tidak favorit?
Mari kita lihat…
Stuyvesant High School adalah sebuah sekolah negeri di New York City yang paling favorit dan merupakan dambaan bagi hampir semua anak-anak paling cerdas di New York. Sekolah di gedung berlantai sepuluh yang terletak beberapa blok dari World Trade Centre ini sangat selektif dan hanya anak-anak yang sangat cemerlang saja yang bisa masuk. Saking ketatnya sehingga hanya sejumlah kecil siswa kulit hitam yang bisa masuk ke sekolah ini. Di Stuyvesant High School, dari 27.000 siswa yang ikut tes masuk hanya 895 siswa baru yang diterima. Dan dari jumlah ini hanya tujuh siswa kulit hitam yang bisa tembus. Jumlah ini menyusut dibandingkan tahun sebelumnya. Tahun lalu ada 10 siswa kulit hitam diterima di Stuyvesant dan 13 siswa tahun sebelumnya lagi.
Sekolah khusus selektif lainnya, yang sedikit di bawah Stuy, Bronx High School of Science, juga hanya memberikan 12 kursi kepada siswa kulit hitam tahun ini, turun dari 25 siswa tahun lalu. Pokoknya sangat sulit deh masuk ke sekolah top dan favorit ini. Seperempat lulusan Stuy diterima di universitas-universitas Ivy League atau perti bergengsi serupa. Banyak orang top yang lulusan sekolah ini. 😯
Pertanyaannya apakah sekolah top dan favorit ini benar-benar mampu memberikan bekal prestasi akademis dan masa depan yang lebih cerah kepada siswa-siswa cemerlang tersebut dibandingkan dengan sekolah-sekolah yang kurang top dan favorit?
Ternyata tidak…
Sebuah studi baru oleh para ekonom di Massachusetts Institute of Technology (MIT) dan Duke University menunjukkan bahwa siswa yang tembus sekolah yang paling selektif tidak memiliki prestasi akademis yang lebih baik daripada anak-anak yang tidak lulus ujian masuk. Joshua D. Angrist dan Parag A. Pathak dari MIT dan Atila Abdulkadiroglu dari Duke menulis makalah “The Elite Illusion: Achievement Effects at Boston and New York Exam Schools” yang diterbitkan bulan lalu oleh National Bureau of Economic Research. Mereka membandingkan siswa yang lolos tes pada sekolah-sekolah top di Boston dan New York ini dengan yang tidak lolos. Mereka memeriksa skor rata-rata kedua sampel pada tes selanjutnya yang mungkin mencerminkan seberapa banyak yang mereka pelajari di sekolah menengah. Ini termasuk tes PSAT, SAT dan Advanced Placement. Hasil penelitian mereka menunjukkan ‘little effect of exam school offers on most students’ achievement’, nilai tes masuk mereka tidak memberikan efek yang signifikan pada kesuksesan mereka.
Tentu saja siswa yang bersekolah di Stuy (dan sekolah-sekolah top lainnya) meraih nilai jauh lebih tinggi dalam ujian standar dan berhasil diterima di universitas-universitas yang sangat bermutu. Tapi itu bukan karena pengaruh yang diberikan oleh sekolahnya melainkan karena kemampuan siswanya sendiri. Sekolah Stuy sejak awal memang menerima anak-anak yang paling cerdas dan berambisi sehingga mereka memang bisa memenangkan persaingan di tingkat mana pun berikutnya. Tapi ini bukan karena faktor sekolahnya. Korelasi yang ada tidak menunjukkan sebab akibat : karena bersekolah di Stuy maka siswanya menjadi lebih mudah masuk ke perti paling top. Tidak demikian keadaannya
Tim ekonom MIT dan Duke di atas menunjukkan bahwa berdasarkan hasil penelitian pengaruh bersekolah di sekolah top dan selektif seperti Stuy tidak ada alias nol, nihil. . Ini mungkin perlu dipahami oleh sekolah-sekolah top dan favorit di kota-kota besar di Indonesia. Pengaruh sistem pembelajaran mereka ternyata tidak terlalu signifikan pada prestasi siswa mereka.
Para peneliti menyimpulkan bahwa alasan sepenuhnya siswa Stuy lebih berprestasi dalam hidup dibandingkan siswa bukan Stuy adalah karena sejak awal anak-anak yang berhasil masuk Stuy memang memiliki kualitas diri yang lebih baik. Mereka memang adalah anak-anak yang paling cemerlang dengan semangat belajar dan berkompetisi yang paling tinggi. Persaingan sengit dalam tes masuk tidak dirancang untuk perbaikan pembelajaran bagi sebagian besar siswa. Masuk sekolah top dan favorit tidak menyebabkan siswa berperforma lebih baik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lulus ujian masuk tidak banyak berpengaruh pada skor mereka nanti. Jadi perlu kita pahami bahwa banyaknya yang dipelajari oleh siswa di sekolah mana pun bergantung pada bakat dan upaya pribadi masing-masing anak dan bukan karena topnya sekolahnya dan berapa banyak anak hebat di dalam sekolah tersebut.
Masih belum paham…?! Begini lho…
Seandainya ada dua siswa dari latar belakang yang serupa dan sama-sama diterima di Harvard tapi salah satunya memilih masuk ke Penn State yang rankingnya jauh di bawah Harvard, apa yang terjadi? Kedua siswa tersebut belakangan mendapat kesuksesan dan penghasilan yang kurang lebih sama dalam karier mereka. Seandainya gaji di masa depan dijadikan ukuran, siswa-siswa serupa yang diterima di sekolah yang sama-sama bergengsi tapi memilih masuk ke sekolah lain pada akhirnya berada di tingkat kesuksesan yang kurang lebih sama.
Penjelasan ini saya dapat dari buku “Everybody Lies”nya Seth Stephens-Davidowitz. Mneurut buku ini orang berbohong kepada teman, survey, dan bahkan diri sendiri agar kita merasa dan terlihat lebih baik dari kenyataannya. Akan tetap dunia juga berbohong kepada kita dengan menyajikan data-data yang keliru dan menyesatkan. Ketika kita melihat bahwa sejumlah besar lulusan ITB atau UI yang sukses dan lebih sedikit lulusan UNESA yang sukses kita lalu berasumsi ada keuntungan besar bersekolah di UI atau ITB.
Menurut penelitian di atas ini tidak benar. Siapa pun yang memiliki bakat besar dan tekad untuk sukses pasti akan menemukan jalannya untuk sukses meski pun ia hanya kuliah di UNTUMU, umpamanya. 😀
Jadi kalau anak Anda tidak bisa masuk ke sekolah top dan favorit yang ia atau Anda inginkan, santai sajalah dan terima saja itu sebagai kenyataan hidup. Toh kesuksesan anak kita tidak bergantung pada lulusan mana dia tapi seberapa besar bakat, tekad sukses, dan ketangguhannya dalam mengejar impian yang dimilikinya. 🙏
Surabaya, 14 Januari 2020
Tapi, bukankah bakat, tekad untuk sukses dan ketangguhan untuk mewujudkan impian akan lebih tumbuh subur dilingkungan sekolah yang baik?