Ini sekedar untuk menyaingi tulisan sute saya, Nang Te, yang dengan jumawanya menulis di kompas.com dengan judul sungguh sangar “Jika saya Nadiem Makarim, …” 😎
Saya harus mengakui bahwa tulisannya sungguh ciamik dan patut dibaca dan dijadikan pertimbangan oleh Mas Mentri. Yo gak salah lha wong Nang Te ini pernah malang melintang jadi staf khusus di Kemendikbud (dan saya juga sempat ikut melintang sebentar terus diluruskan). Tulisannya sila baca di https://edukasi.kompas.com/…/0700…/jika-saya-nadiem-makarim…
Nah, mumpung teman kita, Anies Baswedan, sedang kebanjiran hujat dan caci-maki maka saya yang dhoif ini (sambil lirak lirik bergaya sok alim) mencoba untuk menulis dengan judul “Jika saya Anies Baswedan…” Saya berharap minimal bisa menggedor lweekang saya 5/11 walau jelas gak bisa mengejar ginkang Nang Te.
Seandainya saya Anies Baswedan maka pertama-tama saya akan beristigfar dengan khusyuk dan lama. Saya akan mohon ampun pada Allah SWT atas cobaan ini (oke, teguran deh…!). 🙏 Saya yakin bahwa apa yang terjadi pada diri saya pastilah merupakan sebuah kebaikan bagi saya dan juga bagi bangsa ini. Tuhan jelas hendak memberi pelajaran kepada saya dan semua orang dengan adanya kasus penganggaran dummy yang menghebohkan ini. Terbongkarnya kasus lem Aibon dll itu jelas merupakan cara Tuhan untuk membuat kita semua belajar dari sana. Saya harus minta ampun atas kecerobohan saya dalam bekerja sebagai gubernur dan sekaligus berterima kasih bahwa Allah hendak memberi saya pelajaran. Saya tidak bisa membayangkan seandainya kasus ini tidak terkuak dan terjadi korupsi dan penyelewengan anggaran di bawah kepemerintahan saya. Jelas saya yang harus mempertanggungjawabkannya secara hukum. Allah benar-benar masih sayang pada saya sehingga kasus ini terkuak dan tidak berkelanjutan. 🙏😞
Kedua, saya akan minta maaf pada semua rakyat Indonesia, khususnya rakyat DKI Jakarta, atas terjadinya penganggaran dummy yang menghebohkan tersebut. Meski ini belumlah bisa disebut sebagai tindakan korupsi tapi penganggaran yang asal-asalan itu jelas tidak professional dan dengan mudah akan mengarah ke tindakan korupsi. Akan mudah terjadi deal-deal dan transaksi koruptif antara eksekutif dan legislatif jika pola penganggaran dummy seperti ini berlangsung. Saya akan berjanji untuk tidak membiarkan kecerobohan semacam ini terjadi lagi dan akan bersikap keras pada setiap upaya penyelewengan akan uang rakyat. Ini amanah yang saya terima dan akan saya laksanakan dengan sebaik-baiknya. 🙏😊
Ketiga, saya akan datangi anggota Fraksi Partai Solidaritas Indonesia (PSI) William Aditya Sarana yang mengunggah rencana anggaran lem Aibon Rp 82,8 miliar, dan saya akan mengucapkan terima kasih telah mengungkapkannya ke media. 🙏 😊
Apa yang telah dilakukannya sungguh telah membuka mata kita semua bahwa kita tidak lagi bisa bekerja asal-asalan, khususnya dalam membuat RAPBD berdasarkan e-budgetting, seperti semula. Now everybody is watching dan itu baik bagi semua orang. Dengan demikian staf saya di pemerintahan DKI tidak bisa lagi asal-asalan bikin anggaran dummy seperti itu, para anggota legislatif tidak lagi boleh menerima begitu saja RAPBD dami-damian seperti itu, dan juga semua daerah di seluruh Indonesia sekarang akan dihardik jika melakukan hal yang sama dengan yang dilakukan oleh staf saya. William, dengan tindakannya itu, telah menetapkan sebuah standar baru dalam bersikap, berpikir, dan bertindak sebagai anggota dewan. William telah menetapkan sebuah standar kualitas baru dalam penyusunan RAPBD. Setelah ini pola penyusunan anggaran dami-damian tidak boleh lagi digunakan. Memang harus begitu anggota dewan itu. Dia adalah pengawas anggaran dan kalau anggaran dami-damian seperti DKI ini dibiarkan terus sebagai tradisi maka apa gunanya ada anggota dewan? 🙄
Selain itu, saya juga akan datangi BK DPRD DKI yang berniat untuk mengadili William untuk menyampaikan bahwa saya justru TERBANTU oleh tindakan William itu. William telah melakukan tugasnya dengan baik dan justru saya dan staf saya di Pemprov DKI yang ceroboh dengan bertindak tidak professional sehingga muncul anggaran dummy tersebut.
William justru patut diberi penghargaan atas keberaniannya mempertanyakan pola penganggaran yang tidak professional tersebut. 👍😊
Cukup sekian dulu. Mbok menawa Anda punya ide yang lebih baik sila ditambahkan. Tapi kalau bisa janganlah berupa caci maki, penghinaan, dan sumpah serapah karena meski saya berkhayal sebagai Anies Baswedan jelas sekali bahwa saya tidak sekuat Anies Baswedan dalam menerima tumpahan rasa marah dan kebencian tersebut. Saya ini kalau dihina dan dicaci maki bawaannya langsung pingin marah dan bongkar-bongkar lemari…😎