
Pada tahun 2015 Putri Perdana Menteri Mahathir Mohamad, Datin Paduka Marina Mahathir menyampaikan kegeramannya dengan meningkatnyanya gejala “Arabisasi” Islam di Malaysia. Sama dengan di Indonesia, konservatisme agama juga meningkat di negara itu. Dan eksesnya adalah tergerusnya budaya dan tradisi lokal. Aktivis gerakan wanita di Malaysia ini kemudian angkat bicara untuk melawan gejala āArabisasiātersebut.
Sebagai bukti Arabisasi Islam di Malaysia, Marina mencatat bahwa sekarang lebih umum untuk melihat wanita mengenakan pakaian Arab, seperti gamis, daripada “baju Melayu” selama Hari Raya Aidilfitri. Menurutnya apa yang terjadi sekarang di Malaysia adalah kolonialisme Arab. (Saya sendiri sampai terbelalak ketika melihat Kapitra Ampera muncul di Kompas TV memakai gamis kaftan biru lengkap dengan surban. Gak salah kostum tah arek ikiā¦?!) 😳😂
“Itu adalah Arabisasi … Ini adalah kolonialisme, kolonialisme Arab,” katanya. “Gamis memang lebih mudah dipakai. Tapi apa yang terjadi dengan tradisi, budaya, semuanya? Hilangā¦!” Wanita berusia di bawah 50 tahun di Malaysia kini sudah tidak bisa lagi menggunakan tali pada baju kurung mereka. Tradisi ini sudah hilang. Sekarang ada upaya untuk menggiring opini bahwa semakin mirip Arab Anda maka semakin muslim Anda. Itu adalah tanda penghancuran budaya.ā 🙁
Hal yang lebih membuatnya prihatin adalah hilangnya budaya intelektual Islam digantikan oleh budaya ritual belaka. Masyarakat muslim di Malaysia sekedar rajin beribadah ritual tapi kehilangan semangat dan budaya intelektual Islam yang dulu pernah jaya. Ini yang ia sebut sebagai āArabisasiā atau ākolonialisme Arabā, yaitu ketika justru budaya Arab yang mendominasi dan bukan semangat kemajuan berpikir ajaran Islam.
“Islam memiliki sejarah intelektual yang sangat kuat, tetapi tidak ada kecerdasan sama sekali dalam cara Islam diajarkan di sini. Kita hanya diajarkan ritual belaka dan bukan kemampuan berpikir secara intelektual. Kita tidak diajarkan untuk mengikuti jejak para pemikir besar Islam dan perbedaan pendapat dan penemuan di antara mereka,”.
Marina Mahathir menyampaikan bahwa masalah terbesar umat Islam di Malaysia adalah justru ketakutan akan berkembangnya ilmu pengetahuan dalam Islam itu sendiri. 🙄
Anak tertua Tun Dr Mahathir ini juga menuduh pihak berwenang “menciptakan musuh baru sepanjang waktu”. Mazhab Sunni adalah ideologi mayoritas yang berlaku di Malaysia tapi aliran pemikiran Islam lainnya, termasuk Syiah, dianggap sesat. Di Indonesia banyak ulama yang justru menentang ide Islam Nusantara yang merupakan penerapan ajaran agama yang menggunakan kearifan alam Nusantara itu sendiri. Mereka bahkan dengan keras menerapkan ajaran Wahabi yang bahkan di Arab Saudi sendiri kini bakal dihapus. 😳
Marina, yang merupakan seorang aktivis hak-hak perempuan, juga mengkritik seruan pemerintah kepada Muslim untuk bersatu dalam barisan Islam dan menyesuaikan diri dengan pemahaman norma-norma komunitas umum (konformitas) . Menurutnya hal ini menghambat umat dalam mengekspresikan diri sebagai individu. Ia memberi contoh kasus seorang perempuan muslimah yang dibanting hanya karena mempertanyakan hudud atau karena menyentuh anjing.
Lebih jauh Marina juga menyatakan akan bermigrasi jika hudud – hukum pidana Islam yang memungkinkan, antara lain, cambuk dan potong tangan sebagai bentuk hukuman – diterapkan di Malaysia, dalam wawancara baru-baru ini dengan situs berita Malay Mail Online.
“Saya tidak bisa hidup di negara di mana orang ingin memotong tangan, atau melempari orang dengan batu sampai mati. Saya tidak ingin tinggal di negara di mana ini adalah kebijakan resmi,” katanya. Hal ini ia sampaikan dalam tanggapannya akan diajukannya UU imlementasi hudud ke parlemen.
Datuk Seri Abdul Hadi Awang, pemimpin oposisi Parti Islam SeMalaysia (PAS), telah mengajukan RUU ke Parlemen untuk menghapus hambatan hukum terhadap implementasi hudud di negara bagian Kelantan, yang diperintah oleh PAS. Inilah yang ditentang oleh Marina Mahathir.
Jika konservatisme agama menguat maka wanitalah yang selalu ditindas, demikian katanya. Ditanya tentang aktivisme, dia berkata: “Ini adalah bentuk ibadah. Ini adalah bagaimana saya bertindak dalam hidup saya sebagai seorang Muslim.”
Bagaimana dengan di Indonesia�!
Sumber:
https://www.asiaone.com/malaysia/mahathirs-daughter-speaks-out-against-arab-colonialism
https://www.malaymail.com/news/malaysia/2015/05/23/marina-mahathir-malaysia-undergoing-arab-colonialism/902417
https://www.vice.com/en_asia/article/evbk8m/marina-mahathir-is-on-the-front-lines-of-malaysias-culture-wars
Mhon maaf, kalau baju melayu itu memang sesuai dgn kaidah islam, tdk menunjukkan lekuk tubuh, kemolekan paha dan maaf (pantat) seorang wanita, dipersilahkan
Boleh mempertahankan budaya, jika tdk bertentangan dgn islam.Jika budaya itu menyembah patung, apakah harus kita pertahankan , dgn dalih melestarikan.
Maka perlu dipertanyakan keislaman org tersebut.
Salam NU jatim
mana sih budaya yg menunjukkan menyembah patung ? gak paham saja anda.
malu ah kalau ngaku2 nu. haha