Hidup itu menyediakan kejutan yang berlimpah. Kadang kita menemukan kisah tentang kehidupan yang tidak masuk akal, sulit dimengerti, too good to be true but it’s true. 😄 Saya punya beberapa teman yang kisah hidupnya sangat dramatis dan sangat menarik untuk diamati.
Coba lihat kisah hidup Anies Baswedan, umpamanya. Dari seorang rektor perguruan tinggi swasta yang tidak begitu menonjol lalu tiba-tiba berbelok dan menanjak menjadi seorang mentri pendidikan, dihentikan tiba-tiba begitu saja, didorong untuk jadi kandidat gubernur DKI melawan Ahok, Sang Petahana yang begitu perkasa, dan tada…. kini Anies Baswedan jadi Gubernur DKI. 😄 Padahal ia bukanlah orang politik (maksudnya bukan anggota parpol), tidak punya dana untuk mencalonkan diri jadi gubernur (tahu nggak berapa biaya yang perlu Anda keluarkan kalau mau jadi gubernur? Sandiaga Uno katanya menghabiskan dana 108 M padahal dia hanya jadi wagub), dan tidak punya basis massa samasekali. Meski demikian Anies berhasil menumbangkan Ahok dengan drama pilgub yang sangat hingar bingar dan polarisasi masyarakat yang sangat tajam. Dampak dari pertarungan politik yang sangat berdarah-darah tersebut sampai sekarang masih membuat masyarakat menjadi terbelah dan sulit untuk disembuhkan. Banyak orang yang dulunya sangat mencintai dan memuji Anies berbalik dan membencinya. Sebaliknya ada banyak juga yang semula membencinya dan bahkan tega memfitnahnya sebagai penganut Syiah (dituduh Syiah itu berat. Coba tanya Dilan kalau tidak percaya) tapi kini menjadi pendukung fanatiknya.
Begitulah hidup ini. Ia menjanjikan kejutan-kejutan yang dramatis bagi orang-orang tertentu. Anies bahkan sudah digadang-gadang untuk menjadi calon presiden suatu saat kelak (sebenarnya ketika ia menjabat sebagai Mendikbud sudah ada kasak-kusuk untuk mendorongnya terus naik agar bisa jadi presiden suatu kali).
Tentu saja pengalaman Anies ini luar biasa. Tapi selain Anies Baswedan saya punya seorang teman lagi yang punya kehidupan yang tidak kalah menariknya.
Bagaimana seandainya saya sampaikan bahwa ada seseorang teman saya yang dulunya seorang guru bahasa Indonesia dan kini ia bisa menjadi seorang gubernur tanpa harus melalui segala drama, perjuangan berdarah-darah, tidak mengeluarkan dana serupiah pun, tidak perlu dukungan partai politik mana pun, tidak punya basis massa, tidak pernah kampanye, tidak pernah ada fotonya di banner mana pun, tidak terkenal, dan lain sebagainya? Too good to be true…?! 😄
Kawan saya ini tidak melakukan apa pun yang dibutuhkan orang lain tapi kini ia bisa menjabat sebagai gubernur dengan sangat mulus. Unbelievable…! 😄
Teman saya ini dulunya seorang guru bahasa Indonesia lulusan IKIP Surabaya setahun di bawah saya. Ia pernah mengajar di bimbingan belajar Airlangga Student Group (ASG) yang saya dirikan pada tahun 1984. Ia kemudian berhenti jadi guru dan masuk militer dan langsung jadi perwira. Sebagai perwira AU ia berdinas di Kemenhan dan terakhir ia memiliki pangkat Kolonel dan ditugaskan ke Kemendagri. Di Kemendagri di bawah Tjahjo Kumolo ia menjabat sebagai Staf Ahli Mentri Bidang Hukum dan Kesatuan Bangsa. Oh, ya, teman saya ini melanjutkan kuliahnya dan berhasil meraih gelar Magister Manajemen dan Doktor. Baru-baru ini ia berhasil mendapatkan jabatan eselon 1 di Kemendagri yang sudah lama ia tunggu. Terakhir kali kami bertemu di Kemendikbud setahun lalu ia bercerita bahwa ia sebenarnya sudah saatnya naik ke eselon 1 tapi ada proses politik yang berlangsung sehingga ia tidak bisa naik. Syukurlah ia kemudian bisa naik ke eselon 1 saat ini.
Tapi itu belumlah kejutan yang dramatis. Baru-baru ini ia dipanggil oleh bosnya, yaitu Mendagri Tjahjo Kumolo, dan diminta untuk menjabat sebagai gubernur. Haah…! Ditunjuk jadi gubernur…?! Tentu saja sebagai bawahan ia tidak bisa menolak (menolak jabatan gubernur? Edian po? 😄)
Jadi begitulah…
Akhirnya teman saya yang bernama Dr. Didik Suprayitno MM. dilantik sebagai Penjabat Sementara (Pjs) Gubernur Lampung. Dia dipilih sebagai Pjs. Gubernur Lampung tentu saja karena dinilai mampu menjalankan tugas sebagai Pjs. Gubernur Lampung, berpengalaman dalam menjalankan roda pemerintahan serta cakap dan tegas untuk memimpin sebuah pemerintahan daerah.
Mengapa ia ditunjuk untuk menjadi Gubernur Lampung? Didik diangkat menjadi pejabat sementara menggantikan Gubernur Lampung Muhammad Ridho Ficardo yang cuti untuk kampaye Pilkada 2018. Ridho Ficardo harus cuti dulu untuk itu dan jabatannya harus diisi. Didik Suprayitno akan menjabat sebagai Pjs Lampung terhitung 15 Febuari-23 Juli 2018. Lumayanlah bisa jadi Gubernur Lampung selama hampir setengah tahun. 😄
Tugasnya sebagai Pjs Gubernur Lampung adalah melakukan konsolidasi di jajaran pejabat daerah untuk melaksanakan Pilkada serentak 2018. Lumayan sibuk dan berat tugasnya. 😊
Saya lihat kemarin Mas Didik bahkan sudah melantik juga di Lampung sana. Ia melantik Zainal Abidin sebagai Penjabat (Pj) Bupati Tanggumus, di Balai Keratun Lantai 3, Komplek Kantor Gubernur Lampung, Jumat (23/2/2018). Sebelumnya Zainal Abidin adalah Kepala Biro Administrasi Pembangunan Setda Provinsi Lampung. Ia dilantik untuk mengisi kekosongan jabatan Bupati yang masa jabatannya telah berakhir. Jadi Pjs melantik Pjs. Keren kan…! 😄
Sebagai seorang teman tentu saja saya sangat gembira dan bangga bahwa saya punya teman gubernur (lagi). Ini saya tulis juga untuk mengingatkan teman-teman saya yang lain untuk tidak berputus asa berharap mendapatkan kejutan yang menyenangkan dari Tuhan semacam ini. Tuhan seringkali memberikan anugrah kehidupan yang luar biasa bagi siapa yang ia kehendaki. Minta saja agar Anda menjadi salah satu di antaranya. 🙏😊
Surabaya, 24 Pebruari 2018