Kalau ada telpon masuk dan tidak saya kenal, biasanya saya minta istri saya yang menerima. Itu strategi untuk menghindari telpon tidak jelas, tidak penting, dan utamanya sales yang cantik-cantik itu. 😍 Entah berapa banyak bank yang menawari saya Kredit Tanpa Agunan dan katanya uang ratusan juta akan langsung masuk ke rekening saya. Edhian…! Berkali-kali ada yang merayu ingin ketemu. Gadis-gadis muda dan cantik pingin ketemu saya dan mau memberi uang ratusan juta…! Ya, Allah! Sungguh besar godaan bank keparat ini. 😢 Ingin rasanya saya terjatuh dan bergelimang dalam godaan yang nikmat tersebut. 😛
Kalau dengar suaranya yang kemayu rasanya sih pingin mengiyakan.😄 Saya membayangkan si Mbak Cecile, Lidya, Indira, Ayu, Syahnaz, ini tentunya secantik namanya. Lha wong saya pernah kenalan dengan staf bank namanya Munawaroh saja ternyata muda dan cantik. 😄 Tapi untunglah saya masih ingat sebuah pepatah dari bahasa Jawi kuno “Men sana in corpore sano” yang artinya kira-kira “Barangsiapa yang berani ambil kredit bank, apalagi yang tanpa agunan, maka ia harus menerima resiko membayar bunganya yang tinggi.” Ojo sembrono kowe, Le! Jadi tawaran menggiurkan tersebut selalu saya tolak dengan sedikit menyesal.
Kalau telpon saya serahkan pada istri maka ia akan menanyai siapa yang menelpon, mengucapkannya dengan keras agar saya dengar siapa yang menelpon. Kalau saya tidak bersedia menerimanya, dengan menggelengkan kepala, maka istri saya akan mengatakan bahwa saya ada kesibukan lain dan minta si penelpon menyampaikan pesan. Biasanya si penelpon tidak akan menyampaikan pesan apa pun dan akan mencoba menelpon lagi kali lain. Mereka akan mencoba dan mencoba lagi dengan gigih. Sungguh edhian dunia ini. Seorang pria berumur hampir kepala enam (tapi masih keren) kok diuber-uber oleh gadis-gadis cantik mau diberi uang ratusan juta. Kok bukan dari dulu-dulu… 😭
Kadang terlintas pikiran iseng untuk menanyai Cecile, Lidya, Indira, Ayu, Syahnaz ini apakah kalau saya mau mengambil KTA tersebut mereka mau menemani saya berfoya-foya menghabiskan uang tersebut? 😄
Tapi untunglah saya masih ingat bahwa dunia tidak selebar daun kelor. Guru kencing berdiri, murid kencing di sebelahnya. Siapa menanam belum tentu dapat panenan, dlsbnya. Jadi tawaran mereka saya tolak sehalus-halusnya dan nomor HP mereka saya catat dalam memori HP saya. Siapa tahu….😍
Kemarin ada telpon bernomor tak dikenal masuk dan telpon saya sodorkan ke istri. Istri saya menerima dan berbicara dengan si penelpon tanpa bertanya lagi. Itu sudah seperti otomatis. Tidak seperti biasanya, kali ini istri saya menerima telpon berlama-lama dan senyum-senyum. Saya penasaran. Orang ini nelpon ke HP saya, diterima oleh istri saya, tapi kok tidak menanyakan saya. Saya bertanya siapa tanpa mengeluarkan suara. Istri saya berbisik, ” Penipu…!” dan menyerahkan HP ke saya.
HP saya terima dan ternyata seorang penipu sedang berupaya meyakinkan bahwa saya sedang beruntung mendapatkan hadiah sejumlah besar uang. Kampreet…! 😄 Kenapa sih orang-orang ini suka sekali menawari saya uang? Dari mana mereka tahu kalau saya suka sama uang? Is it so obvious? 😮
Yang menarik adalah cara si penipu berbicara yang menirukan cara seorang operator telpon dengan fasih. Jelas bahwa ia telah berlatih dan terlatih berbicara dengan gaya bicara operator telpon dan telemarketer yang khas tersebut. Saya jadi geli…😀
Saya lalu bertanya dengan nada geli “Eh, berapa lama kamu berlatih untuk berbicara seperti itu?”
Ia menjawab, “Maksud Bapak…?” dengan nada sungguh cool. 😄
Saya lalu mengulangi pertanyaan saya, “Itu loh….! Cara berbicaramu seperti itu latihannya berapa lama? Kok sudah fasih betul.” sambil menahan geli.
Tiba-tiba… tut…tut…tut… Telpon diputus. 😄
Si penipu langsung sadar bahwa kedoknya terbongkar….! 😂
Istri saya protes. “Kok buru-buru diskakmat sih…! Mainin aja dulu sampai habis pulsanya.” 😄
Surabaya, 15 Oktober 2017