Hidup tanpa narasi adalah sekedar pengalaman yg acak. Sebagian berkesan dan sebagian besarnya kita lupakan. Demikian kata Donald Miller dalam bukunya A Million Miles in a Thousand Years. Sebuah buku yang sangat bagus dan menghentakkan kesadaran dan menghantam benak saya. Buku setebal 257 halaman ini membuat saya berpikir ulang apakah hidup yang saya jalani selama ini benar-benar cukup memiliki arti? Apa elemen-elemen pengalaman hidup yang membuat hidup saya memiliki arti? Apa adegan-adegan di dalamnya yang membuatnya indah dan layak dikenang? Apa transformasi yang saya alami ketika menjalankan kehidupan saya sehingga hidup saya tersebut layak menjadi sebuah kisah yang menarik?
Hidup, seperti juga kisah, perlu memiliki elemen konflik agar tidak jatuh membosankan. Para karakter dalam kisah-kisah yg menarik harus menghadapi ketakutan terbesar mereka sehingga terjadi transformasi dalam karakter tersebut. Mengatasi konflik akan memberi makna dan tujuan pada hidup. Ini yg membuat cerita jadi bagus.
Jika maksud hidup sama dengan maksud cerita maka maksud hidup adalah transformasi karakter, karakter yg berubah. Tokoh protagonisnya (dalam kisah hidup kita tentu saja itu adalah kita sendiri) pasti berubah, umpamanya dari menyebalkan menjadi menyenangkan, dari pengecut menjadi pemberani, dari jahat menjadi baik, dan semacamnya.
Hidup dirancang agar kita berevolusi dari satu jenis manusia ke jenis manusia lainnya. Pada intinya manusia hidup dari tujuan perjalanan sejenis struktur cerita tiga babak. Kita diciptakan utk mencari dan menemukan sesuatu. Tubuh juga dirancang utk berubah, juga dalam struktur tiga babak – bayi, dewasa, dan tua. Tapi inti cerita adalah perubahan karakter.
Jika kita bisa mengedit hidup kita (oh ya, the beauty is…kita memang bisa mengedit hidup kita) maka transformasi karakter seperti apa yg kita inginkan dalam kisah hidup kita? Tokoh protagonis seperti apa ia? Pengasih atau kejam? Dermawan atau egois? Kuat atau lemah? Jujur atau pembohong? Pemberani atau pengecut? Setia kawan atau pengkhianat? Bagaimana ia bersikap ketika berada dalam tekanan? Apa yg ia perjuangkan dalam hidupnya?
Apakah hidup saya ini memiliki cukup elemen-elemen konflik (sehingga membuatnya menjadi cerita yang bagus)? Apakah hidup saya memiliki elemen-elemen pengalaman yg dapat menjadi episode transformasi karakter yg dapat membuatnya indah? Atau ia berjalan begitu datar dan membosankannya karena kita selalu menghindari elemen konflik dan pergulatan dalam menghadapinya? What kind of story are we making with our life?
Orang tidak dapat hidup tanpa cerita, tanpa peran untuk dimainkan. Pertanyaannya, konflik seperti apa dan sebesar apa yang hendak kita selesaikan dalam kisah hidup kita. Seberapa hebat kisah hidup yang akan kita tulis
Tentu saja kita haruslah menjadi tokoh utama, tokoh protagonist, dalam kisah hidup kita sendiri. Dalam cerita ada tokoh protagonist, ada perubahan cerita dan dialog, seorang karakter yagn menginginkan ssuatu dan berhasil mengatasi konflik demi mendapatkannya.
Kita perlu menjalani hidup nyata dengan tindakan nyata. Kita perlu menjalani narasi manusia yang nyata, bukan narasa fantasi yang betapapun indahnya tetaplah sekedar fantasi. Bertengkar dengan istri dan kemudian saling berbagi es krim setelahnya jauh lebih indah ketimbang fantasi pangeran menunggang kuda di hutan dan akhirnya bertemu dengan seorang putri cantik yang entah bagaimana bisa disandera oleh seekor naga jahat bersisik keras dan nafasnya berbau busuk.
Tidak semua adegan dalam hidup kita itu indah dan bermakna. Tapi kita bisa membingkainya dalam sebuah narasi- atau kita bisa membuatkan sebuah narasi – agar lebih indah dan memiliki makna, baik bagi diri kita sendiri mau pun bagi orang lain.
Membaca cerita atau menonton film tidak sama dengan benar-benar menjalaninya. Ketika menonton cerita kita bisa menonton seorang karakter berjuang sambil kita menikmatinya. Tapi jika kita yang menjalaninya maka situasinya tidaklah menyenangkan. Para karakter dalam kehidupan nyata tidak ingin berubah. Oleh sebab itu mereka harus dipaksa untuk berubah. Tidak ada orang yang bangun tidur kemudian mengejar penjahat atau menjinakkan bom kecuali sesuatu mendesak mereka untuk melakukannya. Manusia dirancang untuk mencari kenyamanan dan kemapanan. Begitu mendapatkannya mereka akan mengubur dirinya di dalamnya. Bahkan jika seandainya situasi mereka tidaklah senyaman itu.
Saya punya beberapa teman yang tidak pernah mau beranjak dari situasinya yang terpuruk dalam kesulitan ekonomi karena mereka sudah merasa ânyamanâdalam situasi mereka. Mereka tidak ingin beranjak dari situasi yang sudah mereka kenal dan rasakan karena mereka tidak ingin menuju ke situasi baru yang tidak mereka kenal. Seburuk-buruknya situasi mereka sekarang setidaknya mereka tahu apa yang sedang mereka hadapi dan alami. Dan itu adalah Zona Nyaman yang membius.
Mengapa kita tidak ingin memiliki ambisi? Karena kita tahu betapa besar resiko yang harus kita hadapi jika ingin mencapai ambisi kita. Dan itu menakutkan karena begitu banyak variabal yang akan mungkin kita hadapi dan begitu banyak hal yang berada di luar kendali kita. Ketakutan menghadapi resiko membuat kita membeku ketakutan.
Perubahan selalu menyajikan banyak sekali variabel yang sebagian besar berada di luar kendali kita. Dan kita selalu takut pada hal yang tidak kita ketahui dan di luar kendali kita. Itu yang menyebabkan kita tidak mau bergerak untuk menyambut perubahan. Kita terlalu dikuasai oleh rasa takut kita akan ketidaktahuan dan ketidakpastian
Oleh sebab itu, harus ada kejadian yang membuat karakter berubah, bergerak untuk berubah. Cerita hebat mendatangi mereka yang tidak menyerah pada rasa takut. Ambisi menimbulkan ketakutan tapi juga menciptakan cerita. Ada resiko dalam cerita kita juga ada pertanyaan apa kita berhasil melakukannya. Tanpa ambisi berarti tidak ada yang kita inginkan secara pasti.
Sebagai protagonist dalam kehidupan nyata kita hanya mengendalikan tindakan dan perkataan, pilihan yang kita ambil, dan kata-kata yang kita ucapkan. Sisanya bergantung takdir.
Jadi bagaimana kisah hidup kita�! Apakah ada adegan-adegan di mana kita bersedia melakukan sesuatu yang berani dan beresiko? Hidup dapat menjadi spesial jika kita bersedia mengambil resiko. Semakin besar resiko yang kita ambil semakin spesial adegan hidup kita tersebut. Ketika ada masalah besar yang menimpa, kita hanya punya dua pilihan dalam menghadapinya, berkeluh kesah atau mengatasinya. Jika kita memilih untuk mengatasi masalah tersebut dengan bersikap berani mengambil resiko maka kisah hidup kita tentu akan menarik dan tidak jatuh membosankan.
Apakah manusia dapat merencanakan kisah hidupnya seperti menyusun skenario cerita dan kemudian dengan sadar dan sengaja menjalankan skenario tersebut?
Ya, saya rasa itu yg hendak disampaikan oleh Donald Miller dalam bukunya ini. Kita dapat mengedit hidup kita seperti dalam kisah-kisah hebat yg kita baca dan kemudian menjalaninya sesuai dengan skenario yg kita susun.
Membaca buku karya Donald Miller ini membuat saya benar-benar merenung. Saya harus berhenti berkali-kali membacanya karena kata-katanya begitu menohok sekaligus memikat. Saya harus benar-benar meresapi kata-katanya dan memikirkannya.
Donald Miller menyadarkan saya bahwa kisah hidup saya masih bisa dibingkai agar menjadi lebih indah daripada sebelumnya. Saya masih bisa menuliskan dan mengedit hidup saya seperti kisah yang saya inginkan.  Saya masih ada waktu untuk merencanakan hidup yg masih akan saya jalani saat ini dan selanjutnya.
Kita bisa setiap saat mengedit kisah hidup kita. Kita masih bisa menyusun kisah hidup kita saat ini dan masa mendatang seperti kisah yg kita inginkan. Design your life now. Make the story of your life as interesting as you like. You are the editor of your own life. Embrace the greatness of your life story by accepting enough conflicts to solve.
Surabaya, 25 Desember 2015
Salam
Satria Dharma
https://satriadharma.com