Tahu di mana Guluk-guluk? Kalau Anda cari di internet maka Anda akan tahu bahwa Guluk-Guluk adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Sumenep, ProvinsiJawa Timur, Indonesia. Daerah ini terletak di Pulau Madura. Selain nama kecamatan, Guluk-Guluk juga dipakai sebagai nama desa yang menjadi pusat kegiatan kecamatan. Guluk-guluk itu berjarak sekitar 25 kilometer dari pusat kota Sumenep. Di desa Guluk-Guluk terdapat sebuah pesantren yang cukup maju dan berwibawa yaitu Pondok Pesantren An-Nuqayah.
Pondok Pesantren Guluk-Guluk karena merupakan pondok pesantren terbesar dan tertua di sana. Pondok ini didirikan oleh seorang tokoh asal Kudus bernama Kiyai Haji Muhammad Syarqawi pada tahun 1887 M. Saat ini, Pondok Pesantren Annuqayah menampung sedikitnya 6000 orang santri dari 14 lembaga pendidikan dari berbagai jenjang pendidikan, dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi.
Pondok Pesantren Annuqayah dikenal karena usahanya dalam pengembangan masyarakat yang secara khusus diselenggarakan oleh Biro Pengabdian Masyarakat Pondok Pesantren Annuqayah (BPM-PPA). Biasa juga disebut sebagai pondok pesantren berwawasan lingkungan karena kepeduliannya terhadap lingkungan sekitar. Atas usaha-usahanya ini, Pondok Pesantren Annuqayah pernah mendapatkan penghargaan Kalpataru pada masa Presiden Soeharto. http://id.wikipedia.org/wiki/Pondok_Pesantren_An-Nuqayah
Hari ini saya diundang oleh Kepala SMA 3 Annuqayah, M. Mushthafa, S.Fil., M.A. untuk mengisi sebuah acara Seminar Hari Pendidikan Nasional 2014 dengan tema
“Memajukan Kehidupan Bangsa dengan Jejaring Gerakan Literasi di Sekolah”. Perhatikan bahwabukan hanya gerakan literasi di sekolah yang hendak dilakukan tapi mereka juga ingin membentuk jaringan dengan sekolah-sekolah lain. Jadi ini adalah sebuah upaya yang sudah lebih tinggi tingkatannya daripada sekedar ingin menggerakkan kesadaran literasi siswa di sekolah tersebut. Bagi yang sudah kenal Gus Mush tentu tidak akan heran karena beliau adalah Pendekar Literasi di Pulau Madura. Upayanya untuk memajukan budaya literasi di lingkungannya sangat luar biasa. Baca ini https://satriadharma.com2013/12/29/urusan-membaca-lagi-dan-lagi/ dan https://satriadharma.com2012/11/25/membangun-pendidikan-melalui-membaca/
Di antara visi strategis SMA 3 Annuqayah adalah berupa penguatan literasi (membaca dan menulis) di sekolah. SMA 3 Annuqayah memiliki kepedulian untuk mengarusutamakan pembudayaan membaca dan menulis (literasi) di sekolah karena bagaimanapun dua kemampuan mendasar itu adalah jantung pendidikan. SMA 3 Annuqayah meyakini bahwa penguatan literasi akan dapat membantu bagi peningkatan mutu kehidupan masyarakat yang berlandaskan pada keluasan dan kedalaman ilmu. Adapun tujuan atau target selain pengembangan budaya literasi di SMAN 3 Guluk-guluk, khususnya, dan Kabupaten Sumenep, umumnya, adalah untuk merintis jejaring lembaga untuk penguatan literasi di wilayah Kabupaten Sumenep.
Kegiatan seminar ini akan dilaksanakan di SMA 3 Annuqayah Guluk-Guluk Sumenep pada hari Kamis, 24 April 2014. Selain saya sebagai pembicara juga akan diundang Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Sumenep, dan A. Dardiri Zubairi, Kepala MA Nasy’atul Muta’allimin, Gapura, Sumenep. Hebatnya adalah kegiatan ini mendapatkan dukungan dari Penerbit Diva Press, Yogyakarta, dalam bentuk bantuan buku 120 eks untuk 100 lembaga yang diundang dan hadir pada acara ini. Jadi kegiatan ini akan diikuti oleh utusan 100 lembaga pendidikan setingkat SMA/MA dan SMP/MTs di Kabupaten Sumenep dan utusan beberapa pesantren yang masing-masing dari lembaga tersebut akan mendaptkan sumbangan buku masing-masing 120 eks. Itu artinya pada selain seminar juga akan dibagikan lebih dari 1200 buah buku bagi sekolah-sekolah tersebut! Kapan terakhir kali Anda pernah mendengar ada acara sehebat ini?
Dari mana ide hebat ini muncul?
Ternyata ada seorang ‘pendekar’ lain yang turun tangan. Namanya Muhammad Faizi. Sosok ‘Pendekar Literasi Madura’ ini bisa dilihat di http://sabajarin.wordpress.com/
Entah bagaimana cerita awalnya beberapa bulan yang lalu Mas Faizi mendapat 5 kardus buku dari Penerbit Diva Press. Sebahagian besar buku-buku tersebut adalah buku-buku pop, selain buku ‘how to’ dan novel. Meski demikian 90% adalah buku baru. Oleh Mas Faizi kelima kardus buku itu tidak diambil sendiri, melainkan ia bagikan juga ke beberapa temannya yang punya taman baca dan perpustakaan sekolah. Tentu saja itu sebuah kgembiraan yang besar bagi sekolah-sekolah dan taman baca yang mendapat buku gratis tersebut. Sebuah kegembiraan yang dibagi-bagikan yang kemudian menjadi kegembiraan yang berlipat-lipat.
Mengetahui ada taman baca dan perpustakaan sekolah yang mendapat buku gratis maka irilah yang lain dan ingin mendapatkan buku gratis juga. Mereka minta jugalah pada Mas Faizi. Mas Faizi lalu menyampaikan hal ini ke Diva Press. Apa respon Diva Press mengetahui banyaknya perpustakaan yang ingin mendapatkan buku gratis?
“Sori jek…! Ojok njaluk ae. Tukuo rek…!” Begitu…?! Oooo… tidak! Mereka bahkan menantang Mas Faizi untuk membagi-bagikan satu truk buku untuk sekolah-sekolah…! Whaaat…?! Satu truk…?! Tentu saja ini tawaran yang menggiurkan. Ini tawaran yang sangat langka dan hanya orang Eskimo yang bakal menolaknya. Tapi bagaimana mendistribusikan buku 1 truk itu agar merata…?!
Maka, dibuatlah kerjasama dengan SMA 3 Annuqayah yang dikepalai Gus Mushthafa. Gus Mushtafa kemudian mengatur agar ada seminar tentang literasi yang ditepatkan waktunya dengan acara Hardiknas 2014 dengan mengundang para kepala sekolah untuk mendapatkan buku-buku gratis dari Diva Press. Dengan adanya acara tersebut maka diterima pulalah buku satu truk itu yang kemudian dijadikan 120 kardus dengan per kardus berisi 130-an eksemplar buku. Sungguh luar biasa…!
Seandainya saja semua penerbit di Indonesia mau ‘berzakat’ dan ‘bersedekah’ buku hasil produksinya seperti Diva Press ini maka tentulah dunia literasi negara kita akan menjadi lebih cemerlang.
Guluk-guluk 24 April 2014