“Untung Jangan Ditolak, Malang tak Perlu Diraih”. Pernah dengar pepatah ini? Ini versi improvisasi bebas saya dari pepatah kuno yg aslinya adalah “Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak”. Pepatah aslinya bernuansa negatif tapi dalam kasus saya justru positif.
Lho kok bisa…?!
Begini…
Kemarin adalah happy anniversary perkawinan kami yg ke 21. Bayangkan betapa happynya Anda jika punya istri cantik, menyenangkan, sholihah, disayangi keluarga pula.
Punya istri cantik itu keinginan setiap laki-laki ganteng kayak saya (entah lagi kalau ada laki-laki lain yg punya prinsip ‘gak popo wis duwe bojo elek-elekan pokoke gak ngentutan’). Ada juga istri yg cantik tapi kelakuannya tidak menyenangkan (umpamanya suka belanja pakai kartu kredit orang lain, kalau belanja suka ‘ngenthit’, ketawanya ngakak kayak Dursasana, kalau tidur njebeber di kasur tidak memberi space bagi suaminya, suka minum langsung dari ceret, kencing tidak disiram, dll). Berdasarkan standar masjid Al-Maghfirah di kompleks kami istri saya juga sudah masuk klasifikasi sholihah karena nglakoni syahadat, sholat, dzikir, puasa, sedekah, zakat, qurban, naik haji, umroh juga, sesekali ngaji, dan kalau makan berdoa dulu sebelumnya. Pokoknya komplitlah! Selain itu istri saya juga tidak pernah clubbing, minum alkohol, ngrokok, rasan-rasan sama tetangga, ngeplaki anak tetangga, utang sana-sini, pergi-pergi tanpa pamit, makan trus ngemplang, dlsb. Ndak pernah…
Bayangkan saudara-saudara…!
Lha wong sekarang ini banyak laki-laki yg cari kesenangan cuma sak crit dan berani bayar mahal (saya lantas ingat kembali sama Cak AF yg sekedar mau kenalan sama Jeng Maharani saja berani bayar sepuluh jeti). Banyak laki-laki yg minta ditemani wanita cantik utk mendengarkan suaranya yg ampun-ampun falesnya di Karaoke dengan bayar sampai ratusan ribu. Ditemani caddie yg gak Spiro Agnew aja para pegolf mau mbayar sampai jutaan (jadi ingat AA yg memberi tips 500 USD pada caddie yg kebetulan bernama Rani juga). How generous…!
Lha saya ini ditemani terus sama istri yg cantik, menyenangkan, sholihah selama 21 tahun terus menerus…! Kalau disuruh membayar utk setiap pelayanannya tentulah hamba tidak akan mampu dan terpaksa harus jadi budak utk menebusnya. Hwarakadah…!
Begitulah kira-kira analoginya (walau tentu saja ini analogi yg sak kenanya)
Sebetulnya kemarin kami merencanakan utk mengadakan honey-moon (entah yg keberapa rarus kalinya) utk mengenang momen-momen awal 21 tahun yg lalu. Malam sebelumnya saya mencium kening istri saya sambil bilang, “Yang, malam ini 21 tahun yg lalu Yayang sedang midodareni. Aku sedang menunggu-nunggu dengan harap-harap cemas di rumah depan sendirian memikirkan what will happen tomorrow (pakai bhs Inggris biar agak keren).” Istri saya cuma ketawa mengingat kembali momen-momen mendebarkan 21 tahun yg lalu. Besoknya saya cium lagi keningnya dan ucapkan selamat dan terima kasih atas all the love and services for 21 years long. Tolong jangan sodori hamba bill utk semua pelayanan super prima itu. Cukuplah cintaku utk membayar itu semua. (Cinta thok…! Sopo sing gak isok…?!)
Sebetulnya kami sudah berencana mau ‘have lunch atau dinner’ (maksute andok nang warung) utk merayakannya pada hari itu. Tapi ternyata saya sibuk seharian dan malamnya diundang SBO TV utk ngacapruk soal ultah Hari Guru. Jadi batallah kami utk merayakan anniversary ke 21 kami sambil andok sego sambel tersebut.
Eh…kok ya ndilalah (apa ya bahasa Inggrisnya?) hari ini kami diundang datang ke Bali dg naik pesawat Garuda pp, dijemput pakai Camry di bandara, diinapkan di hotel Westin Nusa Dua, dan pulangnya disangoni…! Uenak atau uenak pol itu namanya…?! Adalah seorang teman yg bernama Pak Dadang Dermawan, eh, Dadang Hermawan, Ketua Stikom Bali, yg mengundang kami tersebut. Tentu saja bukan utk mengundang kami honey-moon tapi utk menghadiri wisuda Stikom Bali, rapat yayasan, dan ke notaris.
Jadi berangkatlah kami ke Bali pagi ini sambil bergandengan tangan persis pengantin baru (baru dua puluh satu tahun!)…
Kami check-in dan menunggu pesawat di lounge sambil cemal-cemil.
Eeeh…! Lha kok ndilalah pesawat kami dibatalkan karena ada kerusakan mesin. Untuk itu mau tidak mau kami terpaksa dipindahkan ke penerbangan berikutnya pada jam 12:30. Jreeeng…!
Ya jelas jreeeeng kencreng lha wong karena keterlambatan lebih dari tiga jam dan dipindahkan pesawat (sama-sama Garuda dan Boeingnya kok) kami masing-masing diberi kompensasi 450 ribu perak jadi hampir satu jeti berdua! Uenak atau uenak pol itu namanya…?! Ini namanya untung jangan ditolak. Lebih untungnya lagi adalah karena utk tiket Surabaya-Denpasar pp itu sebetulnya kami tidak perlu keluar uang karena cukup ditebus dg poin GFF (Garuda Frequent Flyer) yg telah kami kumpulkan selama ini. Tiket gak bayar, eh…! malah dapat kompensasi hampir sejuta pula. Untung atau sangat untung itu namanya…?! Hehehe…!
Semestinya kami harus ke notaris di Denpasar utk tandatangan pada jam 11 pagi itu. Tapi karena perubahan ini maka saya sampaikan bhw kami tidak bisa hadir pada jam itu.
Eeeh…lha kok ndilalah again saya dapat kabar bahwa Notarisnya sakit dan tidak bisa menemui kami hari ini. So I won’t miss anything. Coba hitung how many ‘ndilalahs’ have I got now?
Jadi kami putuskan utk balik dulu ke rumah daripada cuma duduk-duduk saja di lounge Garuda.
Sesampainya di rumah ternyata ada surat yg mengharuskan kami utk datang ke sekolah anak kami paling lambat hari ini. Maka meluncurlah kami ke SAIM utk menyerahkan formulir pendaftaran tsb. Another ndilalah…!
Selain urusan sekolah anak ada urusan perbankan dan titipan yg kami selesaikan juga pagi itu. Semuanya segera kami selesaikan dengan seksama dan dalam jangka waktu sesingkat-singkatnya agar selesai sebelum kembali ke bandara Juanda.
Begitulah…
Ternyata tertundanya penerbangan kami pagi ini justru merupakan berkah yg menguntungkan. Ini namanya untung berlipat-lipat berkat rahmat dan karunia Tuhan utk kami pada ultah perkawinan kami yg kedua puluh satu ini.
Saat ini kami sudah duduk di jok belakang Camry jemputan kami melewati jalan tol baru dari bandara menuju Nusa Dua. Katanya sih lewat jalan tol di atas laut ini cuma butuh sepuluh menit utk sampai Nusa dua. Sebelumnya kami kadang butuh satu jam utk sampai.
Sambil menikmati pemandangan laut Bali yg indah tak henti-hentinya saya mengucapkan syukur sedalam-dalamnya dan setinggi-tingginya pada Tuhan yg memberikan semua nikmat ini kepada kami.
Ya Allah! Masukkanlah kami ke dalam golongan orang-orang yg selalu bersyukur atas nikmatMu. Amiiin…!
Denpasar, 29 Nopember 2013
Salam
Satria Dharma
https://satriadharma.com