Guilin (diucapkan ‘Kuilin’) ternyata memang kota yg sangat terkenal utk pariwisata. Konon ada 50 juta turis datang ke Guilin (dan kota-kota sekitarnya) setiap tahunnya. Artinya kota ini benar-benar bisa hidup hanya dengan turisme saja. Itu sebabnya pariwisata dikelola dengan sangat profesional. Saya sdh membuktikan dengan mencoba mengirim beberapa pertanyaan via email pada alamat yg tertera pada situs turisme Guilin di internet dan ternyata mereka memang menjawab dengan sangat responsif dan memuaskan. Biasanya alamat email di internet utk turisme seperti ini tidak ada yg menjaga dan kita akan sia-sia mencoba bertanya.
Guilin sendiri memang seperti kota yang berada dalam pemandangan alam atau pemandangan alam di dalam kota. Kota ini dikelilingi panorama pegunungan yang indah, serta ditumbuhi pohon-pohon yang membuatnya semakin asri. Ada pepatah China kuno yg mengatakan bahwa pemandangan yang indah di bawah langit adalah di Guilin. Sudah ratusan tahun keindahan Guilin dikagumi sepanjang sejarah China melalui lukisan-lukisan indah, puisi, kisah, dan lagu-lagu. Keindahan ratusan bukit, aliran sungai Lijiang, dan gua-gua bawah tanah yang begitu indah sangat mempesona setiap wisatawan yang pernah ke sana. Keindahannya seolah mimpi dan khayalan yg menjadi nyata.
Untuk menjaga agar pemandangan tidak tertelan oleh pembangunan kota maka tingginya bangunan dibatasi. Dengan demikian pemandangan gunung-gunung yg bak lukisan tersebut tidak terhalang oleh pembangunan gedung-gedung yg melaju tanpa henti. Mesti demikian pembatasannya tidak seekstrim di Bali yg hanya membatasi ketinggilan bangunan maksimum 15 meter sehingga hotel hanya maksimum 4 lantai tingginya. Di Guilin bisa lebih tinggi tapi tidak ada gedung pencakar langit.
Salah satu tujuan wisata adalah Guilin Liu San Jie Landscape Park yg terletak di Peach River yg dikembangkan utk melindungi dan melestarikan budaya suku lokal dengan luas area 100 mu. Untuk mengembangkan tujuan wisata ini pemerintah kota Guilin menggelontorkan dana sampai 5 M yuan. Taman ini dibangun dengan suasana ‘leisure and entertainment’ dengan tema kisah Liusanjie Culture dengan tari-tarian etnik budayanya. Ada empat suku lokal minoritas yg dilestarikan budayanya di taman tsb yaitu suku Zhuang, Miao, Tong, and Yao.
Salah satu atraksi yg dipertunjukan dan meminta partisipasi turis adalah upacara lamaran Suku Zhuang. Beberapa turis laki-laki diminta utk melamar gadis Zhuang yg sudah berdiri berjajar menanti lelaki yg melamar. Tentu saja saya tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Kapan lagi saya bisa melamar seorang gadis dengan restu istri saya? Bahkan istri saya dengan gembira mengikuti upacara lamaran tsb dan mengabadikannya dengan kamera kecilnya. Upacara minum teh alhamdulillah dengan sukses saya lalui meski saya tidak tahu si gadis ngomong apa pada saya. Pokoknya kalau dituangi teh di gelas kecil ya saya minum sambil bilang ‘xie xie’. Saya menunggu-nunggu kata ‘Wo aini’ darinya dengan sia-sia. Mungkin mereka menyatakan cinta dengan kata lain.
Pada upacara menggendong calon istri di punggung ternyata saya kurang sukses. Mungkin karena faktor ‘U’. Mestinya saya harus menggendong ‘calon istri’ saya yg nampak imut itu di punggung sekitar sepuluh meteran. Tapi ternyata baru beberapa meter saja saya sdh tidak kuat melangkah. Dengkul tua saya berkhianat di saat penting seperti itu. Terpaksa gadis imut itu saya lepaskan daripada saya yg terjungkal. Mungkin juga diam-diam istri saya tidak rela kalau saya menggendong wanita lain dan diam-diam dia melepaskan lwekang dan sinkangnya ke arah saya. Wuzzz…! Lha wong dia aja gak pernah kugendong kok sekarang malah mengendong gadis Chungkuok…!
Untuk upacara lamaran ini saya mesti bayar 25 Yuan kepada panitia dan beri tips pada gadis yg saya lamar 20 Yuan. Tapi tentu saja dengan uang mahar semurah itu saya tidak bisa membawa pulang gadis tersebut (meski pun produk ‘made in China’). Tapi saya pikir pintar juga mereka cari uang. Toh setelah ini mereka akan cari laki-laki lain utk mereka nikahi secara ‘siri’ lagi. Sungguh sebuah praktek ‘poliandri’ yg menguntungkan…!
Jika malam pepohonan di kota Guilin diterangi oleh lampu warna-warni sehingga seperti dalam negeri dongeng saja laiknya. Sepanjang sungai Li dibuat jalan-jalan dengan taman-taman yg indah baik bagi pejalan kaki mau pun utk turis yg ikut perjalanan via perahu menyusuri sungai Li. Sepanjang sungai ada beberapa pertunjukan musik dan tari-tarian tradisional yg digelar khusus utk turis yg ikut wisata menyusuri sungai.
Salah satu atraksi hebat yg mereka banggakan adalah Mirage Guilin yg merupakan pertunjukan teater legenda Lui Sanjie dari rakyat suku Zhuang.
Pertunjukan berupa tari, musik, akrobat yg dipadu dengan permainan lampu dan latar belakang film ttg panorama Guilin sungguh menawan. Kisahnya tentang seorang gadis bernama Liu Sanjie, yg artinya ‘Saudara Perempuan Ketiga’ yg memiliki suara yg sangat indah.
Pada akhir pertunjukan mereka memberikan pertunjukan spesial seperti pertunjukan ‘tong setan’ dengan bola besi yg diisi dengan sepeda motor yg berputar-putar di dalamnya. Biasanya ada dua sepeda motor yg berputar-putar di dalamnya dan itu sudah cukup menegangkan karena sangat berbahaya mengendarai dua sepeda motor berjungkir balik di dalam lingkaran bola besi yg kecil tersebut. Tapi utk atraksi di Mirage Guilin ini jumlah motor ditambah menjadi 3,,,lalu menjadi … 4 motor sekaligus! Mereka berputar-putar jungkir balik tanpa bersenggolan. Ketika kami sudah menahan napas krn tegang melihat empat motor dikendarai dengan kencang dalam bulatan sekecil itu tiba-tiba muncul motor kelima dan ikut masuk…!
Sungguh sulit sy bayangkan bahwa dalam bulatan besi sekecil itu bisa menampung 5 pengendara sepeda motor mengendarai kendaraannya berputar-putar berjungkir balik sekaligus dengan kencang tanpa bersenggolan. Ini sungguh berbahaya. Jika ada yg bersenggolan tentu semuanya akan jatuh ke bawah dan menimpa satu sama lain. Saya membayangkan bagaimana mereka berlatih dahulu. Tidak mungkin mereka langsung ahli seperti itu tanpa mengalami kesalahan berkali-kali sebelumnya. Padahal kalau salah sekali saja tentu akibatnya akan fatal karena mereka akan jatuh bertumpukan ditimpa motor mereka sendiri. Yang lebih mengagumkan adalah ketika mereka keluar dan melepas helm mereka. Ternyata pengendara motor terakhir adalah seorang gadis yg masih sangat muda usianya…!
Salah satu tujuan wisata kami adalah Yushan Park yg merupakan komplek pertamanan yg sangat indah. Di dalamnya ada goa-goa yg diukir seperti lukisan.
Kami juga mengunjungi Merryland Theme Park yg merupakan taman luas utk permainan seperti di Universal Studio Singapura. Bedanya Merryland memiliki danau buatan yg sangat luas dengan pemandangan yg sangat indah. Kalau jenis permainan dan atraksinya mungkin masih kalah dengan Universal Studio. Enaknya di Merryland yg terletak di kota Xing An ini sepi dan tidak berjubel seperti di Singapura.
Kami menginap di hotel Merryland Resort yg memiliki pemandangan indah, tenang, dan sangat sejuk hawanya. Hotel ini jauh lebih enak fasilitasnya ketimbang hotel kami di Nanning dan Guilin. Restonya juga menyajikan sarapan yg lebih lengkap menunya.
Sekian dulu laporan kali ini. Tunggu kisah berikutnya ya…
Xing An, 29 Oktober 2013
Salam
Satria Dharma
https://satriadharma.com
wah…dasar….gak mau rugi ikut2an melamar gadis chungkuok…
tapi seru banget ya aktraksi sepeda motor nya…jadi pengen cepet2 jalan2 ke Guillin…
semoga nanti kalo ke sana bisa sama keluarga besar Bani Hasyim hehehe…, aamiin.
ditunggu cerita selanjutnya…
salam…
Muliek
Saya jadi tertarik Mirage Guilin, membuat penasaran, bagaimana teater sedang diperformansikan. Kalau teater Jepang saya sudah pernah melihatnya di Washington DC theater: “Wharf”.
Mudah2an kapan2 bisa menghadiri acara tersebut.
salam,
emcho