Satu agenda yang kami (saya dan istri) lakukan pada Ramadhan kali ini adalah Safari Ramadhan ke masjid-masjid di Surabaya. Kami merencanakan untuk melakukan safari dari masjid ke masjid di Surabaya untuk melakukan sholat Maghrib, Isya , dan sekaligus bertarawih di masjid yang berbeda setiap malam. Ada banyak masjid-masjid yang menarik di Surabaya dan sungguh menyenangkan jika bisa mengunjungi masjid-masjid tersebut sekaligus beribadah di dalamnya pada bulan puasa ini.
HARI PERTAMA : MASJID AL-FALAH, Jalan Raya Darmo
Jum at, 20 Juli 2012

Hari pertama Ramadhan saya dan istri menuju ke masjid Al-Falah. Masjid Al-Falah terletak di jalan Raya Darmo. Ini adalah masjid yang sangat populer di Surabaya. Selain letaknya yang sangat strategis masjid ini juga terkenal karena besar kapasitasnya dan beragamnya kegiatannya. Masjid ini boleh dikata merupakan masjid keluarga kami karena boleh dikata kami dibesarkan di masjid ini. Letaknya yang sangat dekat dengan rumah kami membuat masjid ini menjadi tujuan keluarga kami untuk beribadah setiap hari. Setiap Subuh dulu kami digiring oleh ayah kami untuk sholat di masjid ini. Meski masih terkantuk-kantuk dan kami berjalan ke masjid sambil setengah tertidur menuju masjid ini tapi kami tetap berangkat untuk sholat Subuh ke Al-Falah. Kami sekeluarga adalah jamaah tetap masjid ini dulu.
Masjid ini sangat ramai dikunjungi pada saat Ramadhan karena menyedikan ta jil berupa nasi bungkus kepada para jama ahnya. Jama ah yang berasal dari luar kota atau karyawan yang pulang kantor mampir dulu untuk berbuka puasa dan sholat maghrib di masjid ini. Meski demikian kami tidak ikut mengambil ta jil karena kami tidak ingin mengurangi jatah ta jil jama ah lain. Setelah berbuka teh kotak dan tiga butir korma di rumah kami ikut sholat maghrib yang pada saat itu terisi sebanyak 4 shaf. Selesai sholat maghrib kami menuju Novotel yang berada di seberang sungai Ngagel untuk menikmati jus wortel dicampur jeruk dan makan sebuah donat burger. Itu saja sudah membuat perut kami terasa penuh.
Tarawih di masjid ini hanya 11 raka at, termasuk witirnya yang tiga raka at sekali salam. Dulunya setelah sholat Isya tidak langsung disambung dengan tarawih tapi diisi dengan ceramah lebih dahulu. Tapi sekarang nampaknya diubah lagi menjadi ceramah diberikan di awal sebelum sholat Isya . Setelah selesai ceramah barulah sholat Isya dan tarawih dilaksanakan. Ceramah pertamanya diisi oleh ustad Taufik AB yang merupakan khatib tetap masjid ini. Lama sekali saya tidak bertemu dengan beliau sejak pindah ke Bontang dulu dan sekarang beliau sudah nampak tua meski tetap ganteng dan bersemangat dalam memberikan ceramah.
Sholat di masjid ini selalu menyenangkan bagi saya. Sejak dulu imamnya dipilih yang memiliki bacaan Al-Qur an yang indah. Bacaan dalam sholatnya dilakukan dengan perlahan dan khidmat. Begitu juga rukuk dan sujudnya. Semua dilakukan dengan perlahan dan khidmat sehingga kita bisa merasakan kekhusyukannya.Tarawih di masjid ini membangkitkan kembali kenangan lama saya bertarawih di sini. Saya merasa seperti disergap oleh kenangan yang indah dan menyenangkan. Masjid ini adalah hal yang indah dan menyenangkan dalam kenangan saya. Setiap kali saya punya waktu kosong saya selalu ingin sholat di masjid ini. Dan kini saya kembali beribadah di masjid ini.
HARI KEDUA : MASJID NASIONAL AL-AKBAR SURABAYA, Pagesangan
Sabtu, 21 Juli 2012

Masjid ini terkenal dengan nama Masjid Akbar. Ia terletak di jalan Pagesangan dan nampak dari jalan tol kalau kita menuju ke Gersik atau masuk ke Surabaya via HR Mohammad. Untuk menuju masjid yang luar biasa besar dan indah ini kita bisa lewat jalan A. Yani. Dari bundaran A. Yani kita bisa langsung belok kiri setelah mall City of Tomorrow. Kita juga bisa masuk dari jalan sebelum Carrefour dan lurus saja langsung ke Masjid Akbar. Ini bahkan lebih memudahkan kita untuk mencapainya karena lurus saja dari sini.
Saya tidak tahu mengapa masjid ini harus diberi nama masjid nasional dan baru tahu bahwa ada klasifikasi khusus untuk masjid seperti ini. Sambil bergurau saya katakan bahwa suatu saat mungkin ada Rintisan Masjid Bertaraf Internasional , yaitu masjid nasional yang akan ditingkatkan kualitasnya seperti sekolah-sekolah kita yang SSN (Sekolah Standar Nasional) dan ditingkatkan kualifikasinya menjadi RSBI.
Masjid Al-Akbar ini sangat besar dan terletak di daerah yang sangat luas. Ternyata masjid ini memang terbesar ke dua di Indonesia setelah Masjid Istiqlal di Jakarta. Untuk menyambut Ramadhan ini diadakan semacam toko-toko yang terbuat dari los-los dari tripleks di depan masjid dan disewakan kepada para penjual berbagai pakaian muslim, mukenah, kopiah, sarung, dll. Mulai dari Gajah Duduk, Cap Mangga, dan mereka-merek baru ada dijual di stand-stand tersebut.
Masjid ini jauh lebih besar daripada Masjid Al-Falah dan nampaknya mampu menampung sekitar seratus ribu jama ah sekaligus. Interior dan eksteriornya sangat indah dan modern. Tidak salah jika ratusan orang dari berbagai daerah datang ke masjid ini setiap hari untuk berrekreasi. Saya melihat mobil-mobil dengan plat L, W, mau pun dari luar kota seperti AG, AD, B, M, dan KT di pelataran parkir yang luas tersebut. Padahal nomor plat KT itu dari Kalimantan Timur. Haah ! Dari Kalimantan Timur ?! Ya. Ternyata itu mobil kami yang kami bawa dari Balikpapan.
Begitu adzan maghrib berkumandang maka kami membuka bekal kami berupa teh kotak dingin yang kami beli tadi di salah satu los di depan masjid. Untuk ta jilnya kami menyantap roti bakar yang kami beli di pinggir jalan juga tadi. Sebongkah roti berlapis keju dan coklat besar hanya 8 ribu rupiah dan hanya mampu kami makan separohnya berdua. Sisanya kami bungkus lagi untuk kami bawa pulang.
Sholat maghrib di isi hanya sekitar delapan shaf. Tapi itu pun sudah luar biasa banyaknya karena besarnya masjid ini. Bacaan imam masjid begitu merdu dan khidmat rasanya saya rasakan. Bergetar tubuh saya merasakan rasa syukur bisa menikmati sholat maghrib di masjid yang indah yang megah ini.
Selepas maghrib kami pun keluar untuk mencari makan malam. Di pelataran masjid kami melihat rombongan para jama ah mulai membuka dan menikmati nasi bungkus ta jil yang disediakan oleh panitia masjid. Ayah, ibu, dan anak-anaknya makan sambil bersila di emperan masjid dengan lahapnya. Sungguh sebuh pemandangan yang menyenangkan dan sekaligus mengharukan melihat keluarga-keluarga dari daerah-daerah yang jauh dapat menikmati berbuka puasa bersama di masjid nan indah dan megah ini.
Kami keluar mencari makan malam ke Sentra PKL yang terletak di seberang jalan masjid. Sentra PKL ini menjual berbagai makanan dan segera penuh oleh para pembeli. Rupanya banyak juga orang yang memutuskan untuk makan malam di luar masjid. Pilihan kami kembali pada jus wortel campur jeruk. Kami dihibur oleh live music di Sentra PKL tersebut dengan lagu-lagu dangdut. What else do you expect? J Tak lama kemudian penyanyinya datang ke meja-meja untuk mengumpulkan sumbangan dari para penikmat makan dan musik di tempat tersebut.
Sholat Tarawih di masjid agung ini 23 raka at dengan witirnya. Witirnya 3 raka at dengan dua salam. Khatibnya hanya menyampaikan ceramah singkat. Karena besarnya masjid tersebut maka disediakan tiga layar lebar sekaligus agar para jamaah dapat melihat penceramahnya. Tata suara dan videonya sungguh bagus dan bacaan sholat imamnya sangat merdu terdengar. Mereka yang terbiasa dengan tarawih delapan raka at segera keluar dari barisan shaf begitu imam selesai memimpin sholat tarrawih sebanyak delapan raka at. Imam kemudian meminta jama ah untuk merapatkan kembali shaf yang kosong-kosong.
HARI KETIGA : MASJID AMPEL, Jalan Ampel Denta
Minggu, 22 Juli 2012

Pada hari ketiga kami memutuskan untuk menuju ke Masjid Ampel. Masjid ini adalah masjid tua yang didirikan oleh Sunan Ampel dan merupakan masjid yang sangat populer untuk dijadikan tempat ziarah oleh umat Islam dari berbagai penjuru. Banyak umat Islam dari berbagai penjuru datang untuk berziarah ke makam Sunan Ampel yang terletak di depan Masjid Ampel. Untuk menuju ke masid Ampel kami menyusuri jalan Undaan Kulon terus melewati Pasar Atom yang legendaris tersebut dan tiba di kompleks Masjid Sunan Ampel. Banyak petunjuk yang bisa diikuti sehingga kita tidak mungkin tersesat. Masjid ini terletak di dalam perkampungan daerah Ampel dan untuk mencapainya kita harus masuk melalui gang-gang. Karena banyaknya peziarah yang datang ke masjid ini setiap harinya maka hal tersebut membuat penduduk sekitar menjadikannya sebagai sumber nafkah mereka dengan menjual berbagai macam dagangan. Memasuki gang-gang dekat masjid ini seperti memasuki Pasar Seng di Mekkah dulu laiknya ketika belum digusur. Tumpukan berbagai macam jenis kurma, pakaian, berbagai jenis kopiah, tasbih, mukenah, dan bahkan parfum ala Timur Tengah tersedia di kiri kanan jalanan gang menuju masjid. Aroma parfum Timteng benar-benar mengingatkan kami akan Pasar Seng di Mekkah.
Karena ini masjid tua maka arsiteknya juga kuno dan dipenuhi dengan pilar-pilar besar. Lantainya terbuat dari marmer yang mengkilat seolah baru saja dipoles. Mungkin karena banyaknya pengunjung sehingga marmer tersebut menjadi mengkilat. Saya jadi ingat pada rumah kami dulu di Darmokali yang peninggalan sekolah Cina. Lantainya juga terbuat dari marmer besar-besar seperti masjid ini. Tapi kemudian kami jual satu persatu karena kebutuhan hidup sehari-hari. Kini lantai rumah kami terbuat dari keramik dan tak satu pun marmernya tersisa.
Masjid ini juga sangat besar apalagi untuk ukuran jaman dahulu ketika pertama kali dibangun. Shafnya sangat panjang dan shaf depannya berplafon rendah sehingga nampak lebih panjang lagi. Jama ah yang sholat di masjid ini rata-rata datang dari berbagai daerah. Khususnya daerah tapal kuda. Tapi kami juga menemui jama ah rombongan ibu-ibu yang berasal dari Jakarta yang memang salah satu tujuan ziarahnya adalah Masjid Sunan Ampel. Saya juga menjumpai seorang jama ah yang berasal dari NTT yang duduk di sebelah saya waktu sholat tarawih.
Masjid ini punya ritual yang khas. Sebelum Isya rombongan jamaah berkumpul di depan mimbar untuk melakukan bacaan-bacaan sholawat, doa-doa, dan ayat-ayat bersama-sama. Mereka melakukannya dalam bentuk lingkaran dan dilantunkan dengan kencang dan di beberapa bacaan bahkan seperti setengah berteriak. Saya melihat bahwa ada seorang muda keturunan Arab yang memimpinnya. Di sela-sela doa-doa dan shalawat tersebut mereka mengedarkan minuman dalam cangkir-cangkir ke para jamaah yang kemudian diminum dan diedarkan ke lingkaran yang lebih luas. Saya sendiri diberi secangkir air minum berisi doa tersebut tapi segera saya angsurkan ke belakang saya. I still cannot believe such kind of ritual.
Sholat tarawih di Masjid Ampel dilakukan sebanyak 23 raka at dengan bacaan ayat yang panjang-panjang. Mereka yang terbiasa sholat tarawih delapan raka at dengan bacaan ayat-ayat pendek pasti akan diuji iman dan fisiknya melakukan sholat tarawih di sini. Para jama ahnya rata-rata peziarah yang mengenakan sarung waktu sholat. Sayang sekali bahwa beberapa para jama ah kurang tertib dalam mendirikan shaf dan tidak ada petugas masjid yang mengaturnya sehingga para jamaah seenaknya saja membuat shaf. Shafnya tidak rapat dan bahkan tidak terisi penuh. Para jamaah bisa membuat shaf sendiri di mana pun mereka mau di masjid yang sangat luas tersebut. Mereka juga bisa keluar masuk dari shaf dan jamaah di belakangnya juga tidak tergerak untuk mengisi shaf yang kosong di depannya. Mungkin memang sulit menertibkan pendatang yang bukan jamaah tetap di masjid tersebut.
HARI KEEMPAT : MASJID CHENG HOO, Jalan Gading
Senin, 23 Juli 2012

Tujuan kami pada hari keempat adalah Masjid Cheng Hoo yang berlokasi di Jalan Gading, Ketabang. Untuk menuju ke masjid ini cukup mudah karena letaknya di jalan di depan Hi Tech Mall THR di jalan Kusuma Bangsa. Di depan seberang jalan Hi Tech Mall ada jalan lurus menuju Masjid Cheng Hoo dan hampir semua orang bisa ditanyai dan menjawab di mana letak masjid ini.
Masjid Cheng Hoo ini dikelola oleh Yayasan PITI. Dulu PITI ini singkatan dari Persatuan Islam Tionghoa Indonesia tapi sekarang sudah menjadi Pembina Iman Tauhid Islam. Kantor PITI yang terdiri atas tiga lantai ini berdiri di sebelah masjid. Masjid Cheng Hoo ini sangat unik karena bentuk arsitekturnya mirip klenteng dengan ornamen khas China. Masjidnya kecil saja dan ruang utamanya hanya muat kurang dari 100 orang jamaah saja. Selain ruang utama yang lebih tinggi ada sisi kiri dan kanan yang kira-kira bisa memuat lebih dari 50 orang jamaah masing-masing. Tetapi masjid ini punya lapangan yang cukup luas dan pada Ramadhan ini dipasang tenda agar dapat dipakai untuk para jama ah berbuka, sholat maghrib, isya , dan tarawih. Ketika kami sampai lapangan itu sudah penuh oleh anak-anak yang bermain sambil menunggu adzan maghrib tiba. Sepuluh menit sebelum adzan maghrib berkumandang anak-anak tersebut sudah dibariskan untuk antri mendapat minuman dan kue ta jil. Para jamaah lainnya duduk dengan rapi di tikar-tikar yang digelar menunggu pembagian ta jil.
Ketika adzan maghrib berkumandang anak-anak dan para jamaah langsung menyerbu kudapan dan minuman yang disediakan oleh panitia. Kami sendiri berbuka di mobil dengan teh hangat dan kurma yang kami bawa sendiri dari rumah. Iqomat berkumandang tak lama kemudian dan kami semua bergegas untuk menunaikan sholat maghrib.
Begitu sholat maghrib selesai anak-anak dan para jamaah laki-laki an perempuan langsung berhamburan untuk berbaris lagi untuk mendapat jatah nasi bungkus. Ada sekitar 200-an jama ah yang ikut berbaris antri untuk mendapatkan nasi bungkus untuk berbuka dengan tertib. Sungguh menarik melihat bagaimana mereka antri dengan tertibnya untuk mendapatkan sebungkus nasi dengan lauknya sebagai makan malam pada saat itu.
Sholat Tarawih di masjid ini juga unik. Mesjid ini sholat tarawih sebanyak 23 raka at tapi mereka juga mengakomodir jamaah yang tarawihnya 11 raka at. Jadi setelah sholat isya dan disambung dengan khotbah pendek dan ringkas maka kami pun sholat tarawih. Ayat yang dibacakan juga pendek-pendek dan terasa cepat. Begitu selesai delapan raka at kemudian para jamaah yang ikut delapan raka at diberi kesempatan untuk witir dahulu sebanyak tiga raka at dengan satu salam. Imam yang membimbing witir nampaknya juga berganti orang. Setelah selesai witir maka tarawih yang baru delapan raka at tadi kemudian dilanjutkan dengan imam yang sama untuk menyelesaikan tarawih yang 23 raka at termasuk witir tersebut.
Salah satu keunikan lain dari masjid Cheng Hoo ini adalah jamaahnya yang beberapa di antaranya adalah keturunan China. Kalau di Masjid Ampel banyak jamaah keturunan Arab yang bisa kita lihat di sekitar kompleks tapi di masjid Cheng Hoo ini banyak keturunan China. Ada yang sholat pakai sarung dan ada juga yang pakai baju kerja biasa. Mungkin sebagian dari mereka adalah pebisnis yang langsung mampir ke masjid ini untuk ikut tarawih. Tiba-tiba saya ingat Pito Sujatmiko, seorang anak muda keturunan China muslim yang sering membantu kami di IGI. Ia selalu membuat saya kagum sangat tertib sholatnya dan selalu mencari musholla di mana pun kami berada.
HARI KELIMA : MASJID KEMAYORAN, Jalan Kemayoran
Selasa, 24 Juli 2012.
Hari ini kami memutuskan untuk berbuka puasa di Masjid Kemayoran. Masjid Kemayoran ini sangat mudah untuk dicapai karena letaknya persis di tepi jalan besar Jalan Kemayoran, yaitu jalan menuju ke Perak. Kita tinggal menyusuri jalan Blauran dan terus sampai ke Tugu Pahlawan. Dari situ jalanan akan terbelah dua ke kiri dan ke kanan. Kalau ke kanan dan berputar balik kita akan menuju ke Kantor Gubernur. Kita mesti ambil jalan ke kiri jika ingin ke jalan Kemayoran. Begitu berbelok ke kiri kita akan langsung melihat masjid besar di sebelah kanan jalan. Segera ambil jalan di sebelah kanan dan parkirlah di jalanan di depan masjid. Letaknya persis di depan kantor DPRD Kota Surabaya yang baru. Masjid Kemayoran memang tidak punya halaman parkir untuk mobil dan mobil-mobil para jamaah diparkir di pinggir jalan. Untungnya jalan Kemayoran itu sangat luas sehingga meski mobil diparkir berjajar tiga sekali pun tetap tidak mengganggu arus lalu lintas.
Masjid ini tidak asing bagi saya karena letaknya dekat dengan SMPN 2, bekas sekolah saya dulu dan juga bekas di mana saya pernah mengajar selama empat tahun sebelum pindah ke SMAN 12 Sby. Masjid ini juga dipakai untuk sebuah sekolah namanya sekolah Ta miriyah. Entah ada berapa jenjang sekolah yang didirikan oleh Yayasan Ta miriyah ini. Tapi ketika kami datang ke masjid tersebut ada pengumuman tentang sengketa yang terjadi antara pengurus masjid Kemayoran dan pengurus Yayasan Ta miriyah sehingga pengurus masjid membuat pengumuman bahwa mereka tidak menerima siswa baru lagi. Meski tidak pernah berhubungan dengan kedua belah pihak tapi sengketa dan perpisahan ini membuat saya jadi prihatin dan bersedih. Kemesraan ini sekarang telah berlalu .
Kami agak terlambat tiba di masjid dan adzan maghrib telah berkumandang ketika saya berupaya untuk mencari tempat parkir. Jadi kami putuskan untuk langsung berbuka di mobil dengan segelas air putih dan beberapa butir kurma. Kebetulan istri saya membeli kurma baru yang empuk dan besar buahnya sehingga terasa jauh lebih nikmat daripada kurma kemarin yang agak keras dan lebih kecil. Seteguk dua teguk air putih dan dua tiga butir buah kurma yang empuk dan manis terasa benar-benar maknyus pada sore hari itu. Dan hilanglah semua rasa lapar, haus, dan lelah seharian berpuasa hari itu.
Masjid Kemayoran adalah masjid yang besar dan menurut perkiraan saya bisa menampung lebih dari seribu jamaah. Bentuk aslinya sebenarnya tidak terlalu besar dan berupa ruang tengah yang berisi empat pilar tembok besar dan memiliki dua sayap di kiri dan kanannya. Pada waktu sholat jama ah sisi sayap kanan digunakan untuk jamaah wanita yang hanya beberapa orang saja jumlahnya. Tapi masjid ini kemudian diperlebar dan diperluas ke kiri, kanan dan belakangnya sehingga menjadi sangat besar dan bisa menampung sekitar 1000-an jama ah.
Karena letaknya yang sangat strategis maka banyak para pengendara, khususnya sopir-sopir taksi dan angkutan kota yang memanfaatkannya untuk berhenti dan beristirahat melaksanakan sholat di masjid ini. Oleh sebab itu sholat maghrib di masjid ini banyak diisi oleh para pekerja yang mampir sebelum meneruskan perjalanannya.
Jama ah sholat tarawih di masjid ini pada saat itu saya perkirakan jumlahnya sekitar 300-an orang. Dan jumlah itu tidak cukup untuk memenuhi ruang asli masjid sehingga ruang tambahan sama sekali tidak digunakan. Sholat Tarawih di masjid Kemayoran dilakukan sebanyak 23 raka at dengan bacaan ayat-ayat dari Juz Amma. Rukuk dan sujudnya dilakukan dengan tempo pendek sehingga tarawih juga tidak berlangsung lama. Meski demikian mereka yang hanya tarawih delapan raka at juga keluar dari shaf dan tidak meneruskan tarawih. Imamnya sendiri nampaknya tidak memperdulikan jama ah yang hanya delapan raka at dan langsung berdiri untuk meneruskan sholat tarawihnya. Akibatnya tempat-tempat shaf yang kosong menjadi tidak terisi. Tapi nampaknya memang tidak ada petugas khusus yang mengatur shaf jamaah sehingga shaf-shaf tidak terisi penuh dan rapat.
HARI KEENAM : MASJID MUJAHIDIN, Perak Barat.
Rabu , 25 Juli 2012

Hari ini kami memutuskan untuk safari ke Masjid Mujahidin yang terletak di jalan Perak Barat. Untuk menuju masjid ini juga sangat mudah karena terletak di jalan menuju ke Pelabuhan Perak. Dari jalan Kemayoran di mana kami sholat kemarin kami tinggal meneruskannya menuju ke jalan ke pelabuhan Perak dan masjid Mujahidin terletak di tepi jalan besar Perak Barat.
Masjid Mujahidin cukup besar dan nampaknya mampu untuk menampung lebih dari seribu jama ah. Bentuk masjidnya sangat sederhana dan berupa persegi empat tanpa pilar-pilar besar seperti masjid-masjid lainnya. Tinggi plafonnya juga hanya sekitar sembilan meter saja.
Pada saat berbuka puasa anak-anak dengan tertib diminta untuk duduk dan menerima segelas es sirup dan ta jil kue-kue. Setelah itu sholat maghrib pun dilaksanakan dengan tertib.
Saya perhatikan bahwa masjid ini sangat tertib mengatur anak-anak dan tidak membiarkan mereka berlarian ke sana ke mari. Bahkan untuk sholat maghrib pun mereka diberi shaf tersendiri di belakang orang tua. Jama ah sholat maghribnya cukup banyak dan saya lihat banyak anak mudanya. Ini sungguh menggembirakan.
Sholat tarawih dimulai sedikit agak lambat dan pada mulanya hanya sedikit yang datang. Tapi begitu dimulai jamaahnya berdatangan terus dan bisa mencapai enam shaf ke belakang. Saya perkirakan bahwa ada sekitar 400-an orang yang ikut sholat Tarawih saat itu. Saya juga perhatikan bahwa para jama ah adalah orang-orang yang sudah mengenal satu sama lain dan merupakan komunitas yang akrab satu sama lain. Ada banyak orang Madura dan Sulawesi yang menjadi jama ah di masjid ini.
Masjid Mujahidin ini nampaknya punya kemiripan pengelolaan dengan Masjid Al-Falah. Setelah sholat maghrib dan Isya tidak ada wirid dan doa berjama ah dan para jama ah melakukan wirid dan doa sendiri-sendiri. Selain itu nampaknya masjid ini punya program kerja yang cukup terorganisir sehingga setiap malam di bulan Ramadhan ini ada ceramah yang diisi oleh para penceramah terkenal di Surabaya. Masjid ini nampaknya juga punya hubungan baik dengan beberapa donor besar sehingga untuk nasi bungkus buka puasanya disumbang oleh perusahaan travel besar KAHA Travel.
Sholat Tarawih di masjid ini hanya delapan raka at dan ditambah dengan witir tiga raka at dengan satu salam. Sholat tarawih malam itu ditutup dengan ceramah dari seorang penceramah berpangkat Mayor AL.
HARI KETUJUH : MASJID AL-MUHAJIRIN, Pemkot Surabaya
Kamis , 26 Juli 2012

Masjid ketujuh yang kami datangi adalah Masjid Al-Muhajirin yang terletak di jalan Jimerto dan merupakan kesatuan dengan kantor Pemerintah Kota Surabaya. Masjid ini memang masjid yang dikelola oleh pemerintah kota Surabaya dan terletak di tengah kota. Masjid ini hanya sekitar seratus meter dari kompleks sekolah Wijaya Kusuma yang terdiri atas SMAN 1, 2, 5, dan 9. Bentuk masjid ini sangat sederhana dan tidak terlalu besar. Mungkin kapasitasnya hanya sekitar 500-an jama ah. Atapnya pun rendah sehingga terasa agak sempit dibandingkan dengan masjid-masjid lain yang telah kami kunjungi sebelumnya. Karena masjid ini strukturnya mengikuti jalanan sedangkan jalanan tidak sesuai dengan kiblat maka terpaksa kiblatnya tidak lurus mengikuti bangunan masjid. Arah kiblat menyerong ke kanan sekitar 45 derajat dan para jama ah pun harus sholat dengan posisi tersebut. Mungkin dulunya masjid ini tidak didesain untuk menjadi masjid dan baru belakangan difungsikan sebagai masjid.
Karena ini masjid untuk komunitas pegawai pemerintah kota Surabaya yang bekerja di kantor sebelahnya maka nampaknya banyak karyawan dan kontraktor pemkot yang sholat maghrib dan tarawih di masjid tersebut. Sepuluh menit sebelum adzan maghrib berkumandang para jama ah sudah duduk dengan rapi di serambi belakang masjid menghadapi segelas minuman dan kue ta jil. Begitu adzan maghrib berkumandang mereka segera menyerbu hidangan yang ada. Kami berdua kembali ke mobil untuk menyantap kurma dan air putih bekal kami.
Sholat maghrib diikuti oleh sekitar 150-an jama ah di atas lantai marmer yang tidak memiliki karpet sehelai pun itu. Nampaknya masjid ini memang disengaja untuk tidak diberi karpet. Begitu selesai sholat maghrib para jama ah langsung berbaris untuk mendapatkan nasi bungkus yang disediakan oleh panitia Ramadhan masjid tersebut. Sebelumnya para jama ah sudah mendapatkan kupon untuk mengambil bagian nasi bungkus.
Waktu sholat Isya dan tarawih jama ah bertambah banyak. Hal yang unik adalah mengenai jumlah raka at sholat tarawih di masjid ini. Masjid ini menggunakan pilihan sholat tarawih delapan raka at setiap hari pada Ramadhan kecuali pada malam Jum at mereka memutuskan untuk melakukan sholat tarawih sebanyak dua puluh raka at dan ditambah dengan witir tiga raka at. Jadi malam itu mereka melakukan sholat tarawih sekaligus witir sebanyak 23 raka at. Ceramah diberikan pada akhir sholat. Mungkin karena memilih raka at yang banyak maka sholat dilakukan dengan tempo yang cepat yang bagi saya mengurangi rasa nikmat dan khidmat dalam sholat. Saya terbiasa sholat dengan tempo yang lebih lambat sehingga rasanya sholat dengan tempo seperti itu seperti terburu-buru kejar setoran.
HARI KEDELAPAN : MASJID RAHMAT, Jl. Kembang Kuning
Jum at , 27 Juli 2012
Masjid ke delapan yang saya datangi adalah Masjid Rahmad yang terletak di jl. Kembang Kuning. Masjid ini termasuk masjid tua yang bahkan dalam sejarahnya ternyata lebih tua daripada masjid Sunan Ampel. Bahkan masjid ini juga dibangun oleh Sunan Ampel yang aslinya bernama Raden Rahmad. Sebelum mendirikan Masjid Ampel Surabaya, ternyata Raden Rahmad atau yg akrab disebut dgn Sunan Ampel mendirikan sebuah musala yang terbuat dari bambu dan beratapkan jerami di Kawasan Kembang Kuning. Tentu saja mushola awal tersebut sudah hilang digantikan oleh masjid baru di atasnya yang dibangun pada tahun 1963.
Untuk mencapai masjid ini sangat mudah. Kalau dari luar kota kita tinggal menyusuri jalan Diponegoro di mana Kebun Binatang Surabaya berada. Kita terus saja sampai jalan Khairil Anwar yang juga mudah ditemukan karena berada di sebelah kiri jalan Diponegoro dengan tanda patung Diponegoro naik kuda. Patung ini tidak terlalu besar sehingga tidak nampak dari jauh tapi merupakan satu-satunya patung yang ada di jalan Diponegoro.
Masjid Rahmat ini tidak terlalu besar dan mungkin hanya memiliki kapasitas sekitar 400-500 jama ah. Mesjid ini memiliki empat pilar berwarna hijau yang juga tidak terlalu besar. Lanta masjid ini terbuat dari marmer besar berukuran 1,5 X 3 m, lebih besar daripada marmer di Masjid Ampel sendiri. Tapi nampaknya marmernya sudah waktunya dipoles lagi. Tidak ada karpet di masjid ini.
Salah satu keunikan masjid Rahmat adalah sholat maghrib langsung dilakukan begitu adzan maghrib selesai dikumandangkan. Tidak ada jeda waktu bagi para jama ah untuk sholat sunnah atau wiridan. Begitu selesai adzan langsung iqamah dan sholat maghrib segera ditunaikan. Jadi jama ah harus segera menghabiskan minuman dan kue ta jilnya segera agar bisa mengikuti sholat maghrib. Wirid, dzikir dan sholawat baru dilakukan setelah sholat yang dikomandoi oleh imam.
Sholat tarawih dilakukan setelah sholat Isya dan diselingi dengan ceramah. Yang unik adalah bahwa ceramah diberikan dalam bahasa Jawa oleh khatib yang ada waktu itu dengan berdiri di luar mihrab. Jama ahnya nampaknya berasal dari lingkungan sekitar saja dan sangat jarang saya lihat dari jauh. Kebanyakan jama ahnya memakai sarung dan hanya anak-anak muda yang pakai celana panjang.
Sholat tarawih dilakukan sebanyak 21 rakaat dan dilakukan dengan kecepatan tinggi. J Al-Fatihah dibaca dengan bersambung dan selesai hanya dalam dua helaan nafas. Kemudian disambung dengan ayat pendek. Rukuk dan sujud juga dilakukan dengan cepat dan saya harus meningkatkan speed bacaan saya agar bisa mengikuti kecepatan imam. Raka at kedua lebih pendek karena imam selalu membaca surat Al-Ikhlas.
Meski demikian jama ah tidak keluar dari barisan shaf ketika selesai delapan raka at seperti di masjid lain. Saya lihat hanya ada satu jama ah yang keluar dan segera ditutup oleh jama ah lain. Mereka juga tidak langsung keluar dari masjid begitu selesai sholat witir yang dilakukan dengan dua salam. Mereka melanjutkan dengan melakukan dzikir, wirid, dan sholawat yang juga dikomandoi oleh imam. Barulah setelah doa selesai dipanjatkan dan ditutup dengan shalawat nabi mereka keluar dari masjid. Shaf terdekat dengan imam langsung melakukan salam dan berjabat tangan kepada imam dan sesama jama ah.
HARI KESEMBILAN : MASJID AL-WAHYU, Rungkut Menanggal Harapan
Sabtu , 28 Juli 2012

Hari ke sembilan ini saya memutuskan untuk bersafari ke masjid dekat rumah di Rungkut. Ada beberapa masjid di sekitar kompleks perumahan Rungkut dan saya memilih masjid Al-Wahyu. Masjid ini terletak di jalan Rungkut Menanggal Harapan dan selalu kami lewati jika kami menuju ke bandara. Jalan rungkut Menanggal Harapan sendiri adalah jalan yang ramai dan penuh dengan pertokoan dan usaha macam-macam. Di depan masjid bahkan ada usaha cuci mobil dan air isi ulang Ozone. Nampaknya masjid ini cukup makmur karena jama ahnya banyak dan banyak kegiatan keagamaan yang dilakukan di masjid tersebut. Secara rutin masjid ini mengadakan pengajian baik itu tentang Al-Qur an, hadist, atau pun topiki-topik umum. Bahkan kini masjid tersebut telah membuka sebuah Play Group dan TK dan bahkan bisa membuka kelasnya di luar masjid yang terletak sekitar 200 merer dari masjid tersebut. Saya lihat para da i yang mengisi acara di masjid ini juga para penceramah terkenal dari berbagai institusi. Bahkan saya dengar katanya Agus Mustofa, penulis buku terkenal itu, juga sering mengisi di masjid ini dulu.
Masjid ini menjadi lebih ramai ketika Ramadhan tiba karena pelataran parkir depannya dipakai untuk pasar Ramadhan di mana penduduk sekitar bisa berjualan segala macam penganan baik itu ta jil mau pun penganan untuk berbuka dan sahur. Satu jam sebelum maghrib tiba pasar Ramadhan kagetan itu telah ramai dikunjungi oleh para pembeli. Bahkan penjual kembang api pun tak mau ketinggalan berjualan di lapangan tersebut.
Sebetulnya masjid ini kecil saja dan sama dengan masjid-masjid di kompleks perumahan lainnya tapi karena letaknya yang strategis dan aktifnya pengurusnya dalam mengelola masjid maka masjid ini nampak selalu meriah dan hidup. Di mana-mana memang masjid itu bergantung pada pengurusnya. Kalau pengurusnya aktif maka masjid juga akan ramai dan kalau pasif ya akan kehilangan jama ah.
Sholat maghrib langsung dikerjakan setelah adzan maghrib selesai dikumandangkan. Jadi tidak ada jeda setelah adzan bagi yang ingin melakukan sholat sunnah. Mereka yang berbuka hanya minum segelas sirup atau air kelapa muda yang disediakan oleh panitia dan ditambah dengan sepotong dua potong kue. Begitu selesai mereka langsung berdiri di belakang imam dan iqamah dikumandangkan. Sholat dilaksanakan dengan bacaan yang khidmat dan tanpa tergesa-gesa. Setelah sholat ima kemudian melakukan wirid, dzikir dan doa yang diikuti oleh para jama ah. Seorang petugas kemudian membagi-bagikan kupon pengambilan nasi bungkus pada para jama ah.
Sholat tarawih dilakukan hanya 11 raka at termasuk witir. Antara sholat Isya dan tarawih ada jeda untuk ceramah yang diisi oleh para penceramah yang sudah disusun sebelumnya. Malam itu topiknya adalah tentang Menjaga Lisan dan dilakukan dengan campuran antara bahasa Jawa dan bahasa Indonesia. Karena hanya 11 raka at maka tarawih dilakukan dengan tempo yang perlahan dengan bacaan ayat-ayat yang tidak terlalu panjang. Saya merasa nyaman dengan tempo sholat yang berlangsung meski saya harus pindah tempat sholat dari ruang utama ke selasar. Kipas angin yang digenjot kencang membuat tubuh saya merasa mau masuk angin saja rasanya. Daripada saya kehilangan kekhusyukan karena dihajar oleh angin akhirnya saya putuskan pindah ke selasar kanan yang terpisahkan oleh pintu kaca besar. Saya tetap bisa melihat imam tapi angin tidak bisa mengejar saya di sini. Lebih nyaman lagi karena saya pas di pojok sehingga saya bisa bersandar sambil mendengarkan ceramah.
HARI KESEPULUH : MASJID AR-ROYYAN, Perumahan Galaxy Bumi Permai
Minggu , 29 Juli 2012
Safari hari ke sepuluh saya kali ini ke Masjid Ar-Royyan yang terletak di dalam kompleks perumahan Galaxy Bumi Permai, Semolowaru, Sukolilo. Tidak mudah untuk mencari masjid ini karena terletak di dalam kompleks perumahan dan terletak di ujung. Untuk mencapainya saya memulai dari jalan Raya Kertajaya Indah yang menuju ke kampus ITS. Sebelum mencapai kompleks ITS kita baru belok ke kanan dan masuk ke kompleks perumahan Galaxy Bumi Permai. Dari situ ternyata masih masuk lagi cukup jauh karena masjid ini berada di perumahan tahap II.
Masjid ini berada di dalam kompleks perumahan mewah yang harga rumahnya mungkin minimal 3 M perbijinya. Tapi kompleks ini – sebagaimana kompleks perumahan mewah lainnya- nampak sepi karena para penghuninya tidak pernah nampak dan yang nampak hanyalah para pembantunya. Banyak rumah-rumah yang nampaknya kosong. Saya selalu bertanya dalam hati apakah rumah-rumah ini benar-benar dihuni dan bukan sekedar dibeli tapi kemudian tidak ditempati. Rumah-rumah besar seperti ini tentunya penghuninya minimal lima orang dalam satu keluarga. Kalau tidak banyak penghuninya lantas untuk apa bikin rumah bertingkat sebesar itu? Tapi kalau penghuninya banyak mengapa mereka tidak pernah nampak dan perumahan seperti ini selalu nampak sepi dan yang berkeliaran cuma satpam dan para pembantu rumah.
Setelah mencari-cari akhirnya ketemu masjid Ar-Royyan yang berada di belakang pada jajaran rumah yang lebih kecil tipenya. Kami harus berkali-kali bertanya agar bisa sampai ke masjid ini.
Masjid Ar-Royyan sendiri sebenarnya indah dan unik disain interiornya karena dindingnya dihiasi dengan tulisan Asmaul Husna atau 99 Nama Tuhan yang berupa ukiran timbul berwarna putih. Lantai untuk imamnya diberi mozaik dan ber-AC dan terasa sampai ke saf belakangnya. Terasa modern dan berbeda dengan masjid-masjid berdesain tradisional. Masjid ini kecil dan mungkin hanya muat sekitar 200-an jama ah. Sore itu juga tidak banyak jama ah yang ikut sholat maghrib dan berbuka bersama. Meski demikian uniknya kebanyakan yang ikut berjamaah saat itu adalah para remaja usia sekolah atau kuliah yang membawa motor untuk menuju masjid. Mungkin mereka para mahasiswa yang kost di sekitar perumahan ini. Ada beberapa perguruan tinggi yang tersebar tidak jauh dari perumahan ini.
Saya tidak sempat menikmati sholat tarawih di masjid ini karena harus menjemput anak yang berada di Darmokali. Saya putuskan untuk menikmati sholat tarawih di Masjid Al-Falah, Raya Darmo, masjid favorit saya tersebut.
Salam
Satria Dharma
https://satriadharma.com
Ditunggu tulisan berikutnya ya pak Satria 🙂
Sunggguh sangat berbahadia Pak Satria dapat safari Ramadhan seperti itu. Allahu akbar. Selamat Pak. Salam.
Luar biasa! Itulah komentar saya. Terus terang, saya iri dibuatnya. Salam.