
Pagi ini saya berada di Kendari utk memberi materi presentasi tentang “Pembelajaran Abad 21” pada acara Hari Ulang Tahun ke 1 IGI Sultra. Saya datang atas undangan Mas Jasmin Suryadi, Ketua IGI Sultra, yg masih muda dan ganteng tersebut. Saya kagum setelah mengetahui bahwa Mas Jasmin yang rendah hati ini guru SD. Biasanya yg menjadi pimpinan dalam organisasi guru IGI adalah guru di level lebih tinggi dan bahkan dosen. Ketua IGI Jabar, Dr Syamsul Bahri, adalah dosen ITB. Tapi di Sultra ketua IGI adalah guru SD. Jika Mas Jasmin bisa memperoleh kepercayaan dari teman-teman guru di Sultra utk memimpin IGI tingkat propinsi maka itu jelas menunjukkan bahwa beliau ini punya kapasitas kepemimpinan yg menonjol. Saya lebih salut lagi karena usia beliau masih sangat muda. Dalam perhitungan saya jika ia terus memimpin maka dalam lima atau sepuluh tahun mendatang Mas Jasmin ini akan menjadi salah satu pemimpin komunitas yg disegani di Sultra. Pemuda yg cerdas dan memiliki jiwa kepemimpinan sangat dibutuhkan oleh setiap daerah di Indonesia.
Ketika menjemput sy di bandara Haluoleo kemarin beliau bercerita banyak tentang kiprah yg dilakukannya bersama teman-teman guru di Sultra. Diam-diam beliau ini terus bergerak dan mengorkestrasikan kegiatan pendidikan di Sultra sehingga IGI mulai dianggap sebagai organisasi guru yg berpengaruh dan selalu diajak utk menggerakkan kegiatan pendidikan di Sultra. Tentu saja fasilitas dan kapasitas pendidikan di Sultra masih kalah dengan propinsi-propinsi di Jawa, atau bahkan dengan Sulsel tetangganya, tapi apa yg dilakukan oleh Mas Jasmin ini memang patut utk diacungi dua jempol. Saya berharap suatu saat Mas Jasmin bersedia menjelaskan dan MENULISKAN semua kiprahnya dalam menggerakkan IGI Sultra. Itu akan menjadi buku yg menarik bagi para pemuda yg ingin belajar menjadi pemimpin dalam menggerakkan potensi bangsa.
Acara IGI Sultra ini sebenarnya bakal dihadiri oleh beberapa petinggi propinsi seperti Kadis Pendidikan dan DPRD. Tapi ternyata pada saat yg bersamaan ada acara mendadak yg membuat mereka harus melakukan tugas ke daerah lain. Akhirnya seminar hanya diisi oleh LPMP dan saya sendiri.
Saya sebenarnya agak ragu-ragu utk memberikan materi “Pembelajaran Abad 21” dan ingin fokus pada bagaimana menjadi guru yg inspiratif dan mampu menjadikan siswa-siswanya kreatif, ekspresif, dan produktif. Beberapa materi yg akan saya sampaikan agak ‘advanced’ dan sy kuatir mereka tidak tertarik karena tidak berpijak pada kondisi mereka sehari-hari. Itu bisa jadi ‘iming-iming’ belaka dan tidak menginspirasi mereka utk melakukan sesuatu berdasar kondisi nyata mereka. Presentasi yg tidak menginspirasi audiens adalah presentasi yg gagal dan tiada guna. Saya ingin sekali menyampaikan materi yg disampaikan oleh Bu Amelia yg sangat inspiratif tersebut. Tapi materi ttg pembelajaran bervisi masa depan mungkin nantinya bisa saya selipkan dengan bagaimana praktek guru yg inspiratif seperti Bu Amelia dan pendidikan alternatif Kang Baharudin.
Saya tidak bisa langsung balik ke Makassar setelah presentasi karena jadwal pesawat ke Makassar mepet sekali. Akhirnya sy putuskan utk menginap semalam lagi di hotel Horison yg nyaman tersebut agar paginya bisa ke Makassar dan terus ke Surabaya. Karena sorenya saya nganggur maka sy usulkan agar sorenya saya bisa memberi presentasi lagi kepada para guru, mahasiswa, atau umum tentang pentingnya budaya literasi baik bagi pendidikan itu sendiri maupun bagi kemajuan bangsa secara umum. Saya ingin mengobarkan semangat masyarakat Sultra utk mulai membudayakan literasi membaca dan menulis. Saya ingin menjadi bagian, meski yg terkecil, dari sebuah gerakan pembudayaan budaya literasi bangsa, khususnya di Sultra hari ini. Ini adalah momen kebahagiaan saya sebagai seorang guru.
Saya ucapkan Selamat Ulang Tahun IGI Sultra! Semoga Tuhan memberkati semua upaya Anda utk mengembangkan pendidikan di Sultra. Amin!
Kendari, 2 Juni 2012
Salam
Satria Dharma
https://satriadharma.com