Mengatakan ‘Keluarlah dari zona nyaman’ itu mudah. Tapi untuk melakukannya tidaklah mudah. Kita butuh komitmen untuk melakukannya. Untuk memiliki komitmen maka kita harus paham benar apa alasan bagi kita untuk untuk keluar dari zona nyaman. Alasan tersebutlah yang akan memotivasi kita keluar dari zona nyaman.
Keluar dari zona nyaman itu sebenarnya bertentangan dengan naluri kita yang selalu mengajak kita untuk selalu berada di zona nyaman. Sudah naluri kita untuk selalu berada di zona nyaman dan menghindari suasana dan situasi yang tidak nyaman. Semua upaya kita dalam hidup sebenarnya adalah untuk mendapatkan zona nyaman itu. Bahkan katanya balasan untuk semua kebaikan di dunia ini adalah zona atau tempat paling nyaman yang bisa kita bayangkan yang kita sebut sebagai sorga itu. 😎
Saya sendiri selalu berada di zona nyaman. Rumah saya besar dan nyaman. Istri saya telah membuatnya begitu nyaman dan menyenangkan. Apalagi kamar saya. Ada kasur empuk di atas ranjang besar ukuran 2 X 2 m beralaskan sprei bersih yang selalu diganti secara rutin. Kamar saya ber-AC dan juga ada kipas anginnya. Tinggal pilih mau pakai yang mana. Meja dan kursi kerja saya juga nyaman dengan barisan buku yang siap baca. Lemari pakaian kami berisi puluhan baju siap pakai. Ada kulkas berisi minuman dan makanan yang siap santap. Pokoknya segala bentuk kenyamanan hidup kami siapkan di kamar kami agar kami selalu rindu untuk kembali ke kamar kami tersebut. Jadi keluar dari kamar saja sebenarnya sudah merupakan perjuangan bagi saya untuk ‘keluar dari zona nyaman’. 😁
Tapi betapa pun nyamannya kamar kita, kita harus tetap keluar dari sana karena kita punya kehidupan lain yang harus kita jalani. Dunia kita tidaklah sesempit kamar kita betapa pun nyamannya. Dunia tidaklah sesempit rumah kita betapa pun nyaman dan leganya. Dunia tidaklah sekecil kota kita tinggal betapa pun senangnya kita tinggal di sana. Ada banyak hal-hal dan tempat yang juga sama menyenangkan dan sekaligus menantang untuk kita alami dan jelajahi. Paling tidak itu alasan saya untuk keluar dari zona nyaman kamar, rumah, dan kota di mana saya tinggal.
Selain itu ada juga alasan mengapa saya harus berusaha untuk selalu keluar dari zona nyaman menuju ke ‘zona penderitaan’. Kadang-kadang kita memang harus berada di ‘zona perjuangan’ yang kadang membuat kita ‘menderita’ tapi tujuannya sebenarnya adalah agar kita bisa tetap memiliki ‘zona nyaman’.
Untuk memiliki rumah dan kamar yang nyaman seperti yang saya miliki sekarang jelas saya telah melalui berbagai perjuangan hidup agar dapat mewujudkannya. Saya bekerja keras melalui berbagai tantangan hidup sehingga saya bisa mencapai ‘zona nyaman’ saya saat ini. Kalau saya tidak pernah keluar dari zona nyaman saya dulu maka mungkin saya tidak akan pernah memperoleh zona nyaman saya saat ini. Dulu saya keluar dari zona nyaman dan melalui berbagai tantangan dan kesulitan untuk memperoleh zona yang lebih nyaman saat ini.
Sekarang ini saya masih tetap berusaha untuk keluar dari zona nyaman saya dengan melakukan berbagai hal yang sebenarnya bertujuan untuk mempertahankan atau untuk memperoleh zona nyaman baru. Jika kita ingin sehat maka kita harus berolahraga. Berolahraga sebenarnya adalah aktifitas yang melelahkan dan juga bisa menyakitkan. Olahraga sebenarnya adalah zona menyakitkan tubuh. Kita melakukannya dengan keluar dari zona nyaman kita tidur-tiduran di kasur untuk melakukan kegiatan fisik yang melelahkan dan menyakitkan otot-otot tubuh kita. Membaca dan belajar jelas melelahkan otak kita. Tapi kita tetap harus keluar dari zona nyaman ‘markir’ alias malas berpikir.
Jadi inilah yang saya lakukan setiap hari untuk keluar dari zona nyaman saya. Setiap pagi jam 02:30 saya dibangunkan oleh alarm HP saya dan saya mulai keluar dari zona nyaman tempat tidur saya untuk melakukan ritual-ritual harian. Ritual awal saya adalah menghadapkan tubuh dan pikiran saya pada Tuhan untuk menyatakan rasa syukur saya atas kehidupan yang begitu indah dan nyaman yang diberikannya pada saya. Bersyukur adalah ritual awal saya setiap pagi. Setelah itu saya membaca Alqur’an dan berbagai buku yang telah saya beli sebelumnya. Saya juga mulai membuka HP dan membaca WA yang masuk sebelum Subuh tiba. Setelah Subuh jika ada ilham tiba saya lalu membuka PC dan mulai menulis apa saja yang terlintas. Sekitar pukul 6 pagi atau lebih saya mulai memakai sepatu olahraga saya dan melangkahkan kaki melakukan olahraga jalan kaki di sekitar kompleks. Jalan kaki pagi ini biasanya berlangsung selama satu jam atau sejauh 6.000 s/d 8.000 langkah. Biasanya sekitar jam 8 pagi ritual saya selesai. Jam 9 pagi biasanya saya sudah selesai mandi pagi dan siapa menghadapi hari itu dengan perasaan lega dan penuh rasa syukur. Kalau tidak ada pekerjaan atau tugas apa pun hari itu (dan biasanya memang tidak ada karena praktis saya adalah seorang pensiunan) maka saya kembali memasuki ‘zona nyaman’ saya di kamar sampai berjam-jam. Back to my comfort zone. 🙏😁
Surabaya, 2 Maret 2024
Satria Dharma