
Beberapa waktu yang lalu saya dapat kiriman cuitan twitter seorang dokter perempuan yang katanya lulusan UGM dan UI. Ia mengomentari dengan sinis upaya Presiden Jokowi menggandeng negara China untuk berinvestasi di Indonesia. Jelas sekali bahwa dokter ini tidak pernah diajari atau pun belajar soal investasi dan tenaga kerja selama kuliah dan di dunia kerjanya. Dia mengritik Presiden Jokowi karena mengundang TKA untuk membangun di Indonesia padahal katanya kualitas tenaga kerja lokal tak berbeda jauh dengan China. Entah dari mana dokter ini memperoleh informasi soal mutu tenaga kerja kita yang katanya tidak beda jauh dengan TK China. Mungkin dia agak jarang keluar rumah dan dapat info soal TK kita dari ngrumpi. Lha wong kalau kita mau menggugel dengan kata kunci ‘kualitas tenaga kerja Indonesia’ maka kita akan langsung disodori oleh fakta bahwa
– Daya saing dan produktivitas tenaga kerja di Indonesia menjadi relatif rendah. Salah satu penyebab utamanya adalah tingkat pendidikan tenaga kerja yang masih rendah. Ini membuat tenaga kerja Indonesia masih berpenghasilan rendah dan tak mampu bersaing dengan negara tetangga.’ (Kemenperin).
– Tingkat kualitas dan produktivitas angkatan kerja di Indonesia masih rendah. Di antara pemicunya adalah mayoritas angkatan kerja masih lulusan SMP ke bawah.’ (Menaker)
– Kualitas tenaga kerja di Indonesia dianggap masih rendah, sehingga belum mampu merespons perkembangan kebutuhan industri. Hal itulah yang kemudian menyebabkan produktivitas dan daya saing Indonesia masih tertinggal dari negara lain. (B20 Future of Work & Education Task Force (FOWE TF))
Jadi darimana si dokter ini mendapat kesimpulan bahwa TK kita sudah bisa bersaing dengan TK China? Nglindur pol…! 😁 Jangankan dengan TKA China, lha wong di dalam negeri bersaing dengan sesama WNI keturunan China aja yang lain pasti angkat tangan. Kalau kita bisa bersaing maka tentu perekonomian bangsa ini sudah berada di tangan orang Madura dan Minang (mohon maaf keturunan lain yang tidak saya sebut. Soalnya yang dua ini memang fenomenal). 😁
Dokter T ini juga heran mengapa Presiden Jokowi lagi-lagi mengajak negara China untuk berinvestasi di Indonesia (kenapa bukan negara Afghanistan atau Bangladesh ya?). 😎 Saya malah heran mengapa dia heran. Sudah jelas kalau kita hendak mengajak sebuah negara untuk berinvestasi ke negara kita maka negara tersebut haruslah negara kaya, memiliki teknologi industri yang tinggi dan maju, mau diajak kerjasama yang saling menguntungkan, mau mengeluarkan dana yang besar, tidak mencampuri urusan politik dalam negeri, dan lain-lain yang cukup banyak persyaratannya. Dan negara yang paling masuk akal dengan banyaknya persyaratan kita itu memang hanya negara China. Negara AS tidak usah diharap. Ini negara yang paling resek dengan urusan semua negara di dunia ini dan tidak segan-segan untuk menggunakan segala cara untuk menekan partnernya. Lha wong Henry Kissinger aja bilang “To be an enemy of America can be dangerous, but to be a friend is fatal”. Yang jelas Henry Kissinger itu bukan orang Jombang. 😁
Negara-negara Eropa lainnya saat ini boleh dikata sedang bokek semua. Kondisi ekonomi global sedang mengalami kontraksi. Ekonomi dunia masih dibayangi oleh tekanan ketidakpastian meski tidak sebesar masa pandemi lalu. Ekonomi global masih dihantui pelemahan. Ini tergambar dari Purchasing Manager’s Index (PMI) Manufaktur pada mayoritas negara G20 dan ASEAN-6 mengalami kontraksi. Dari data PMI tersebut, Sri Mulyani, Menkeu kita, mengatakan kontraksi terjadi umumnya di negara maju. Dia menuturkan sebanyak 61,9% negara-negara di dunia mengalami kontraksi PMI. Negara tersebut a.l. AS, Eropa, Jerman, Inggris, Jepang, Perancis, Italia, Afrika Selatan, Brasil, Singapura dan Malaysia. “Artinya PMI-nya di bawah 50 dan ini negara-negara yang memiliki peran besar terhadap ekonomi dunia, yaitu Amerika, Eropa, Jerman, Prancis, Jerman, Jepang, Korea,” katanya. Padahal, dia menuturkan negara-negara ini adalah negara yang memiliki pengaruh besar pada perdagangan dunia.
Jadi kalau di saat perekonomian dunia sedang gonjang-ganjing dan Presiden Jokowi malah bisa menggandeng negara China untuk berinvestasi di Indonesia maka itu jelas merupakan prestasi yang luar biasa.
Tapi mana mungkin hal semacam ini bisa dipahami oleh seorang dokter lulusan UGM dan UI macam dokter T ini. 😎 Yang dia pelajari di kampusnya kan bukan hal-hal sederhana macam ini. Tapi mbok ya mikir sedikit. Coba lihat kampusmu. Apakah pernah mereka mau kerjasama internasional dengan perguruan tinggi Timor Leste atau Burundi untuk meningkatkan mutu pendidikannya? Kan gak mungkin toh. Jadi sebenarnya cara berpikirmu itu dapatnya dari mana sih? Ngisin-ngisini UGM dan UI aja. 😁
Media kita itu juga aneh bin ajaib. Orang dengan kualitas berpikir seperti ini kok ya dijadikan sumber berita. Ngisin-ngisini medianya saja. 😎
Surabaya, 3 Agustus 2023
Satria Dharma