
“Bagaimana hubungan sains modern dengan agama? Tampaknya orang sudah mengatakan sejuta kali hal yang bisa dikatakan tentang pertanyaan itu. Namun dalam prakteknya sains dan agama itu seperti suami dan istri yang setelah 500 tahun penyuluhan pernikahan masih belum saling mengenal. Suami masih mengimpikan Cinderela dan istri terus merindukan Pangeran Tampan, sementara mereka masih terus bertengkar soal giliran siapa yang harus membuang sampah” (Homo Deus, p 207)
Cak Ahmad Rizali, Harari iki ilmuwan sing ngocol. Caranya menjelaskan sesuatu dengan ilustrasi yang konyol tapi canggih membuatku ngakak berkali-kali. 😄
Arek iki rodok sempel, Cak. 😄
Nek ngenyek dietrek-etrek tapi gak ketoro.
Dia ini mengejek kitab suci dengan canggih dan mbanyol. Katanya kita itu bersumpah meletakkan tangan di atas kitab suci untuk berjanji menyampaikan kebenaran, seluruh kebenaran, dan tidak ada lain selain kebenaran. Ironisnya, bahwa sumpah untuk menyampaikan kebenaran ini diletakkan di atas sebuah buku yang penuh dengan begitu banyak fiksi, mitos, dan kesalahan. NYATANYA ITU BERHASIL…! demikian katanya. 😯😄
Tapi untunge kitab suci sing dimaksut iku Bibel, Cak. 😏 Areke gak wani nyandhak-nyandhak Alquran. Rupane arek iki yo jerih ‘dihalalkan darahnya’ karo konco-konco efpei. 😄
“Sejarah bukanlah narasi tunggal, melainkan ribuan alternatif narasi. Kapan pun kita memilih salah satu, kita juga memilih untuk membungkam yang lain.”
“Penyebab perang adalah fiksional, tetapi penderitaan adalah 100% riil. Inilah sesungguhnya kenapa kita harus berjuang untuk membedakan fiksi dari realitas.”
(Yuval Noah Harari)
Anjrit…! Harari iki cek pintere nek ngomong, Cak Ahmad Rizali. 😄 Aku sampek ketenggengen… 😯
Ojok-ojok Harari iki keturunan Yahudi. Soale biasane wong keturunan Yahudi iku pinter-pinter. Saingan karo wong mBanjar. Bujur kalok…?! 😄