
Sebetulnya kami tidak merencanakan perjalanan ke Flores ini. Tapi ketika kami tiba di Bima dari tur kami di Sumbawa, tiba-tiba timbul pemikiran, “Nyebrang sekalian yok, ke Labuan Bajo, lihat komodo.” Kebetulan saya sendiri belum pernah sampai ke Pulau Komodo meski waktu saya jadi guru international school di Bontang 30 tahun yang lalu saya punya kesempatan untuk itu. Sebagai guru sekolah internasional saya punya jatah untuk minta jalan-jalan ke mana pun saya mau setiap tahun. Itu ada budgetnya dan tentu sayang sekali kalau tidak digunakan. Itu bagian dari pengembangan kompetensi dan wawasan para guru bahasa Indonesianya. Waktu itu saya minta biaya untuk traveling ke Pulau Komodo. Tapi saya hanya sampai Bima dan kembali ke Jawa dan ke Bontang karena faktor sulitnya transportasi ke pulau Komodo. Itu tahun 90-an. Tentu saja transportasi zaman itu masih sangat terbatas.
Tapi kini, lebih dari tiga puluh tahun kemudian, saya sudah sampai ke Bima lagi. Labuan Bajo sudah di depan mata. Apalagi kini saya ditemani oleh seorang wanita cantik, yaitu bojoku dewe. ATM ya lumayan banyak isinya. Kurang apa lagi coba? 😁 Jadi marilah kita putuskan untuk menyeberang dari Sape ke Labuan Bajo dan lanjut ke Pulau Komodo. Anggap saja bayar utang komitmen datang ke sana 30-an tahun yang lalu.
Kami menyeberang dari Pelabuhan Sape ke Labuan Bajo pakai kapal Ferry Cakalang. Berangkat sekitar jam 9 malam dan tiba di Labuan Bajo sekitar jam 4 pagi. Kami langsung meluncur ke hotel Kalton yang sudah kami booking. Karena datang terlalu awal ya mesti bayar tambahan satu hari. No problem. 😁
LABUAN BAJO
Labuan Bajo ternyata jauh lebih baik dan lebih besar daripada yang saya perkirakan. Saya pikir Labuan Bajo lebih tertinggal ketimbang Bima atau Sumbawa. Ternyata perkiraan saya meleset banget dan ternyata Labuan Bajo jauh lebih maju dan berkembang ketimbang kota mana pun di Sumbawa. Bahkan saya perkirakan dalam jangka waktu tidak lama lagi kota-kota di Lombok juga akan ketinggalan dengan perkembangan Labuan Bajo. Labuan Bajo sekarang seolah sedang mengejar Denpasar untuk menjadi kota pariwisata yang kelas premium. Hotel-hotel baru berkelas internasional bermunculan. Marriott Hotel sedang dibangun. Ada satu hotel bintang lima yang megah, yaitu Hotel Meruorah. Meruorah Komodo Labuan Bajo Hotel merupakan luxury brand dengan standarisasi hotel bintang 5.
DAY 1
Kami tidak sempat tidur pagi ini karena sayang sekali kalau kami lewatkan hari hanya untuk tidur. Toh di atas ferry kami juga tidur meski tidak lelap.
Untuk tur hari pertama ini kami tidak menggunakan travel agent tapi menyewa mobil sendiri sehari 500 ribu dengan sopir dan bensin. Ini jelas lebih murah dan fleksibel ketimbang pakai agent yang dihitung per pax itu. Kebetulan dapat sopir yang sangat ramah dan helpful.
Berikut ini tempat wisata yang kami kunjungi dalam sehari.
WATERFRONT CITY
Hari pertama ini kami mengunjungi Waterfront Labuan Bajo. Waterfront City atau Kota Tepian Air diresmikan Presiden Joko Widodo pada Juli 2022. Kawasan wisata ini menjadi ikon baru pariwisata Labuan Bajo yang dibangun di tepi pantai Kota Labuan Bajo.
Di waterfront ini dibangun tribun tangga, yang menjadi spot foto yang menarik dengan panorama laut yang indah. Terdapat pula amphitheater atau gelanggang terbuka, tempat wisatawan menikmati berbagai hiburan dan pertunjukan. Kabarnya band legendaris GIGI mengadakan konser malam tahun baru di Labuan Bajo pada 31 Desember 2022.
BUKIT CINTA
Hanya 10 menit dari pusat kota, ada sebuah tempat wisata di Labuan Bajo yang sering didatangi oleh wisatawan. Bukit Cinta adalah salah satu puncak tertinggi di pesisir Labuan Bajo dan memiliki pemandangan yang luar biasa. Bukit ini juga kerap disebut dengan nama Bukit Silvia.
Pemandangan alam Labuan Bajo yang berada di kepulauan, dengan daratan yang berbukit-bukit terlihat sangat indah. Sungguh lokasi ini tidak boleh dilewatkan jika Anda datang ke sini.
Dari sini kita bisa melihat kesibukan pelabuhan dan kota dari ketinggian. Pemandangan pun semakin mempesona ketika matahari semakin condong ke barat dengan rona keemasan.
GUA BATU CERMIN
Tempat wisata Gua Batu Cermin ini adalah bukti evolusi bumi yang terjadi jutaan tahun lalu. Gua Batu Cermin diyakini merupakan gua bawah laut yang terangkat ke permukaan.
Sesuai namanya, dinding gua ini memantulkan cahaya matahari, terutama di pagi hari. Selain melihat fenomena alam tersebut, pengunjung juga bisa melihat beberapa fosil hewan laut yang terjebak di permukaan dinding gua. Tempat ini baru saja direnovasi dan diresmikan oleh Presiden Jokowi dan juga sangat layak untuk dikunjungi. Untuk masuk ke Goa ini kita akan ditawari pakai pemandu atau tidak. Kalau pakai pemandu ya beri tips seikhlasnya. Waktu saya tanya harga seikhlasnya itu berapa dijawab 50 ribu. 😎
Sebaiknya Anda pakai pemandu daripada nanti tersesat di dalam apalagi di dalam goa itu gelap dan harus bawa senter. Jangan sayang beri tips pada pemandu. 😁
RUMAH TENUN BAKU PEDULI
Tempat selanjutnya yang kami datangi adalah Rumah Tenun Baku Peduli yang kadang disebut museum juga. Museum ini letaknya di Jl. Trans Flores KM 10 Watu Langkas Nggorang, Komodo, Labuan Bajo. Museum atau galery tenun ikat ini diprakarsai oleh Sunspirit for justice and peace sebuah lembaga gerakan yang berkedudukan di Labuan Bajo. Galery ini mengoleksi berbagai motif kain tenun yang ada di wilayah NTT.
Di sini wisatawan tidak hanya datang untuk membeli tenun, tetapi juga bisa menyaksikan dan mendapat cerita bagaimana proses pembuatan sebuah tenun, narasi budaya, kisah-kisah sejarah dan filosofi tenun dijelaskan secara terperinci kepada wisatawan. Cobalah untuk membeli produk mereka jika mampir ke sini.
DAY 2
Hari kedua ini kami menggunakan jasa travel karena tujuan kunjungan kami adalah ke Pulau Komodo. Kami menggunakan jasa travel East Cruise untuk menjelajahi enam lokasi terbaik di Labuan Bajo hanya dalam satu hari seperti Pulau Padar, Pantai Pink, Pulau Komodo, Taka Makasar, Manta Point, dan Pulau Kanawa. Karena ini open trip dan bukan private maka kami bersama dengan 35 pengunjung lain yang sekitar separohnya adalah turis asing.
Tempat pertama yang kami tuju adalah Pulau Padar yang jaraknya 38,5 km dari Labuan Bajo.. Dengan fastboat kami bisa sampai sekitar satu jam lebih.
PULAU PADAR
Pulau Padar adalah pulau ketiga terbesar di kawasan Taman Nasional Komodo, setelah Pulau Komodo dan Pulau Rinca. Pulau ini relatif lebih dekat ke Pulau Rinca daripada ke Pulau Komodo, yang dipisahkan oleh Selat Lintah. Pulau Padar tidak dihuni oleh ora (biawak komodo). Di sekitar pulau ini terdapat pula tiga atau empat pulau kecil.
Pulau Padar juga diterima sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO, karena berada dalam wilayah Taman Nasional Komodo, bersama dengan Pulau Komodo,Pulau Rinca dan Gili Motang.
Untuk sampai ke puncak, wisatawan harus trekking melalui jalur setapak yang sudah dibangun oleh Balai Taman Nasional Komodo. Trekking sebaiknya dilakukan pada jam 07.00-09.00 pagi, karena jalur trekking yang panjang sekaligus menantang.
Untuk mencapai puncak, kita harus trekking menaiki tangga batu selama kurang lebih 45 menit. Trekking ke puncak pulau Padar membutuhkan stamina yang memadai karena ada sebanyak 817 anak tangga yang harus kita naiki untuk bisa tiba di puncak Pulau Padar. Tapi begitu sampai di puncak semua kelelahan kita akan terbayarkan oleh indahnya pemandangan dari atas.
PINK BEACH
Dari Pulau Padar kami naik speed boat sekitar 15 menit menuju pantai yang indah ini. Warna pink pada pasirnya konon berasal dari hewan berukuran mikroskopis (Foraminifera) yang memberikan warna merah pada terumbu karang. Serpihan terumbu karang yang terkena ombak ini kemudian larut bersama air laut dan menyatu dengan pasir putih sehingga memberi warna merah muda pada pasir pantai. Para pengunjung melakukan snorkeling di sini. Tapi kami hanya jalan-jalan dan menikmati pemandangan pantai yang indah. Kami juga sempat menikmati segarnya kelapa muda yang ditawarkan warung-warung yang ada di sana.
PULAU KOMODO.
Ini adalah tujuan utama orang datang ke Labuan Bajo, yaitu ingin melihat langsung binatang purba yang bernama Ora atau Komodo. Tentu saja kita bisa melihat foto atau videonya. Tapi bertemu langsung dan uluk salam sama Yai Komodo yang bisa mendatangkan berkah bagi begitu banyak penduduk di Flores dan sekitarnya jelas mendatangkan sensasi yang sangat berbeda. Bayangkan toh… Orang seluruh dunia mau repot-repot datang sekedar menyapa Wak Yai Komodo sehingga Labuan Bajo jadi begitu makmur sekarang. Sila bandingkan dengan wisata Wali Songo yang hanya didatangi warga Indonesia saja. Jelas wisata Wali Songo mendatangkan berkah bagi warga di sekitarnya dengan adanya pengunjung yang datang. Tapi berkahnya mahluk Tuhan yang bernama Komodo Ini sangat jarang dipahami oleh kita. Makanya ketika saya bertemu dengan Komodo di pulau ini saya langsung uluk salam dan waktu pulang saya doakan agar mereka tetap bisa eksis dan hidup bahagia di pulau ini selamanya. Lha kalau mereka punah apa gak sepi Labuan Bajo dan sekitarnya. Biar pun binatangnya diganti dengan kucing, anjing, kelinci, harimau, buaya, gajah jadi satu tetap saja pengunjung gak mau datang. Sudi men…
Pulau Komodo, salah satu destinasi wisata alam di Indonesia masuk dalam tujuh keajaiban alam terbaru di dunia. Karenanya, pulau yang menjadi habitat asli hewan endemik komodo itu diperkenalkan dalam kegiatan Paviliun Indonesia di Nations with Wonders at Expo 2020 yang digelar di Expo 2020 Dubai. Selain menjadi habitat asli spesies reptil purba tertua di dunia, Pulau Komodo memiliki kawasan yang masih terjaga alamnya.
Hal itulah yang membuat Taman Nasional Komodo terpilih menjadi New 7 Wonders of Nature setelah divoting oleh sebanyak 500 juta orang dari seluruh dunia. “Dari ratusan juta suara, orang-orang dari seluruh dunia telah memilih dan mendorong kami untuk meresmikan tujuh Keajaiban Baru. Dengan melakukan itu, seluruh peserta juga telah menciptakan apa yang saya sebut dengan Memori Global, yaitu tujuh hal yang dapat dan akan diingat oleh setiap orang di masa depan,” kata Founder-President dari New 7 Wonders Foundation Bernard Weber.
Nah, bagaimana saya tidak hormat sama Den Mas Komodo ini… 🙏😁
TAKA MAKASSAR
Tujuan berikutnya adalah Taka Makassar. Taka Makkasar adalah salah satu pulau kecil seukuran lapangan sepak bola di kawasan Taman Nasional Komodo. Pulau tak berpenghuni ini mempunyai pemandangan alam yang begitu indah dan sangat disukai untuk diving dan snorkeling.
Taka artinya adalah dangkal dan Makassar merupakan sebutan nama untuk pelaut dari Bugis yang menemukan tempat ini. Jadi lokasi ini akhirnya diberi nama Taka Makassar. Seandainya yang menemukan orang Lamongan ya akan diberi nama Taka Lamongan. 😁
KANAWA ISLAND.
Berikutnya kami menuju ke Kanawa island yang merupakan pulau kecil dengan ribuan bintang laut cantik bertebar di sepanjang pantainya. Pulau Kanawa merupakan sebuah pulau kecil yang memiliki air laut sebening kristal dengan pasir putih dan terumbu karang yang sangat indah. Sekali lagi mereka yang suka snorkeling langsung nyemplung ke laut dan menikmati pemandangan indah di bawah laut dan segarnya air laut yang begitu jernih.
Di pulau ini ada penginapan. Kita bisa memilih cottage, resort, ataupun bungalow yang tersebar di area ini. Harganya mulai dari 600 ribu rupiah dan sudah dapat fasilitas lengkap yang akan memanjakan penyewa.
MANTA POINT
Tujuan berikutnya tetap di tengah lautan, yaitu Manta Point. Manta Point adalah tempat khusus untuk snorkeling yang memungkinkan pengunjung bertemu satwa langka yang hanya ada di sini, yaitu Manta Rey alias Ikan Pari. Kalau di Surabaya namanya Iwak Pe dan jadi santapan lezat. Tapi manta yang ada di sini ukuran lebar sayapnya bisa lebih dari dua meter. Kami yang tidak ikut snorkeling hanya bisa melihat sirip mereka yang muncul dari permukaan laut. Tempat wisata ini kini tengah naik daun. Wisata ini menawarkan pengalaman snorkeling yang menakjubkan dengan lanskap bawah laut yang alami.
Kami balik ke Labuan Bajo sekitar jam 4 sore dan langsung mandi air hangat. Badan capek tapi hati senang dan bahagia. 🙏😁
Pagi ini kami akan lanjutkan traveling kami ke Ruteng. Dari Ruteng kami akan ke Bajawa, Ende, Maumere, dan Larantuka sebelum balik ke Surabaya.
Doakan kami selamat, sehat, kuat, dan selalu gembira ya. 🙏😁
Sabtu, 4 Maret 2023
Satria Dharma