
Jika Anda meninggal kelak, kira-kira kenangan apa yang hendak Anda tinggalkan bagi orang-orang yang mengenal Anda? Kita tentu tidak ingin orang mengenang hal-hal yang buruk tentang kita.
Begitu juga dengan Alfred Nobel…
Alfred Nobel adalah pencetus dan pemberi hadiah Nobel, yaitu penghargaan paling bergengsi di dunia bagi individu atau kelompok orang yang melakukan pencapaian tertinggi dalam bidang-bidang Kedokteran, Fisika, Kimia, Sastra, dan Perdamaian. Biasanya para pemenang Nobel berasal dari kalangan ilmuwan, penulis atau sastrawan, ekonom, dan aktivis hak asasi manusia (HAM). Sampai saat ini belum ada satu pun orang Indonesia yang pernah mendapatkan penghargaan yang paling bergengsi di dunia ini. Kalau menjadi nominee ada empat orang yang pernah diusulkan. Tapi ya hanya sampai diusulkan. Itu pun beberapa adalah nama yang kurang dikenal oleh warga Indonesia. Bahkan ada yang kontroversial. Tapi tidak usah saya ceritakan.
Selain ke lima bidang tersebut ada satu lagi penghargaan Nobel, yaitu Nobel Ekonomi. Nobel Ekonomi, secara resmi disebut Penghargaan Bank Swedia untuk Ilmu Ekonomi untuk Mengenang Alfred Nobel. Penghargaan ini tidak dibentuk lembaga Nobel melainkan oleh bank sentral Swedia pada 1968. Antara 1901 dan 2022, Penghargaan Nobel dan Nobel Ekonomi telah diberikan sebanyak 610 kali. Setiap kategori penghargaan Nobel diberikan hadiah 10 juta kronor atau hampir USD900.000 (sekitar Rp13,7 miliar). Hadiah akan diserahkan beserta sertifikat dan medali emas pada 10 Desember, tanggal wafatnya Alfred Nobel.
Meski demikian banyak yang tidak tahu bahwa Alfred Nobel, industrialis kaya raya asal Swedia itu adalah penemu dinamit. Dia menjadi kaya raya berkat penemuannya tersebut.
Mengapa Alfred Nobel memutuskan untuk menyerahkan hartanya dengan memberikan penghargaan bagi orang-orang yang berjasa di bidang tersebut?
Ia terinspirasi untuk menjadi orang yang dikenang karena warisan kebaikannya dan bukan karena dinamitnya. Rupanya ia merasa terkejut setelah terjadi kesalahpahaman pada acara pemakaman kakaknya. Rupanya koran-koran keliru mengira bahwa yang meninggal adalah dirinya. Koran-koran menerbitkan obituari untuk dirinya yang berbunyi, “Dr. Alfred Nobel, yang menjadi kaya dengan menemukan cara untuk membunuh orang dengan lebih cepat daripada cara yang pernah ada, meninggal kemarin.” Ia terkejut karena ternyata itulah persepsi yang terbentuk di benak orang-orang terhadap dirinya. 😳
Ketika membaca obituari tersebut ia menyadari bahwa ia akan dikenang sebagai pencipta sesuatu yang menghancurkan kehidupan. Dan itu mengerikan baginya. Ia tidak ingin dikenang demikian. Ia ingin dikenang karena warisan yang tak lekang oleh zaman dengan menyentuh orang secara mendalam. Ia lalu mendanai hadiah Nobel tersebut. Dan kini kita mengenang Alfred Nobel dengan mengaitkan namanya dengan perayaan pencapaian-pencapaian terbesar dari manusia.
Kita mungkin tidak akan pernah mencapai apa yang diraih dan dilakukan oleh Alfred Nobel. Bahkan menjadi nominasi peraih Nobel pun mungkin jauh dari jangkauan kita. Tapi kita tetap harus berpikir tentang apa warisan yang akan kita tinggalkan bagi orang-orang di sekitar kita, yaitu anak –istri kita, keluarga kita, teman-teman kita, lingkungan profesi kita, dan dalam jangkauan yang lebih luas adalah bagi bangsa dan negara kita.
Jadi apa kira-kira warisan atau legacy yang hendak kita tinggalkan di dunia ini? Saya membayangkan anak saya mengatakan, “Saya mewarisi nama ‘Dharma’ di belakang nama saya dari ayah saya.Terima kasih, Bapakku tercinta…!” 😁 Mungkin bukan begitu maksudnya. Mungkin kita ingin sebuah warisan atau legacy yang jauh lebih bermakna. Oleh sebab itu mari kita memikirkan dan mulai mewujudkannya. 🙏
Surabaya, 8 Februari 2023
Satria Dharma