
Ini adalah buku tipis yang dahsyat. Saya membacanya sampai ndlahom dan termenung-menung. “Alangkah fasihnya ke dua penulisnya ini dalam menjelaskan pemikiran-pemikirannya yang luar biasa itu.” Demikian kata saya dalam hati ketika membaca buku ini. Buku ini adalah kumpulan tulisan atau artikel pendek dari dua pemikir keislaman yang sudah lama saya kagumi karena keluasan wawasan dan pengetahuan mereka. Buku ini ditulis oleh Haidar Bagir dan Ulil Abshar Abdalla, dua pemikir Islam yang sangat canggih pemikirannya. Buku ini tipis saja karena kurang dari 200 halaman. Tapi isinya ‘daging’ semua, kalau pakai istilah sekarang. Dagingnya daging wagyu pula. Pokoknya sungguh maknyus…! 😁 Setiap artikelnya membuat saya harus membaca pelan-pelan untuk mengunyah dan menikmatinya. Bahkan setiap paragrafnya membuat saya seperti berenang di kolam yang sangat jernih dan sejuk sehingga saya ingin berlama-lama di situ. Buku ini memang tipis tapi saya baru bisa menghabiskannya hari ini setelah saya membacanya sejak minggu lalu. Saya ngemil atau mengunyah artikel demi artikel saking nikmatnya. Setiap artikelnya seolah menginspirasi saya untuk membuat catatan tersendiri untuk mengulasnya. Tapi tentu saja saya tidak akan sanggup untuk itu. 🙏😁
Intinya adalah saya menganjurkan Anda untuk membeli dan membaca buku dahsyat ini. Enjoy this book as I did. Buku ini menjawab kegelisahan intelektual kaum beriman yang bingung dengan serangan saintisme yang menganggap sikap beriman atau beragama adalah sikap kekanak-kanakan alias ketidakmampuan untuk tumbuh dalam berpikir. Para pemuja sains mengejek agama (dan tentunya para agamawan dan kaum beriman) dengan kepongahannya seolah sains adalah diskursus yang lebih superior, lebih “beradab”, karena lebih rasional, matang, dan tidak menimbulkan permusuhan. Sebaliknya agama hanyalah kumpulan kepercayaan yang sudah kuno, ketinggalan jaman, barbar, irrasional, dan biadab. Percayalah pada sains dan lupakan agama, kata mereka. Buku ini dengan indahnya menjawab itu semua. Begitu indahnya sampai saya ndlahom, “Kok saya tidak pernah berpikir seperti itu ya…?! Sungguh canggih dua orang hebat ini dalam memahami dan menjelaskannya.” demikian batin saya. Tapi saya tidak akan menjelaskannya di sini. You better read it yourself. Nikmatnya buku ini tidak akan mungkin bisa saya jelaskan selain Anda baca sendiri. Lagipula harga buku ini hanya sejumlah uang yang Anda keluarkan dalam sekali ngopi di Starbuck atau uang yang saya keluarkan kalau saya lagi pingin makan enak sendirian di Mie Tokyo langganan saya pesan gurami telur asin, nasi putih, dan es teh leci. 😁
Kono ndang budhal dituku bukune…. 😎
Surabaya, 19 September 2022
Satria Dharma