Maroko yang berada di barat laut Afrika seringkali disebut sebagai Negeri Maghribi, yang dalam bahasa arabnya bermakna ‘Barat’. Jadi orang Maroko sebenarnya adalah Orang Barat bagi orang Arab. 😊
Rabat adalah ibukota Maroko yang terletak di pinggir pantai Samudera Atlantik dan juga dialiri Sungai Bouregreg yang tidak pernah kering sepanjang tahun. Jadi orang Rabat bisa rekreasi dan mandi-mandi di pantai yang airnya asin dan di sungai yang airnya tawar. Silakan pilih. 😊
Sebelumnya Ibukota Maroko adalah di Fes dan saat Maroko meraih kemerdekaan dari Prancis di tahun 1956, Raja Mohammad V menjadikan Rabat sebagai Ibukota Maroko sampai sekarang.
Rabat berasal dari kata bahasa Arab ‘Ribatul Fath’, yang artinya ‘Kemenangan yang Semakin Kuat’. Hal ini karena Rabat merupakan kota benteng yang sulit ditembus musuh. Sampai saat ini kita masih bisa menyaksikan sisa-sisa bentengnya tersebut. Benteng-benteng tersebut bahkan menjadi salah satu tujuan utama dan menjadi objek wisata paling populer di Maroko.
Rabat merupakan pusat pemerintahan yang memiliki sejarah yang panjang yang punya sejarah yang berhubungan dengan Indonesia. Hubungan Maroko dengan Indonesia begitu erat sehingga beberapa nama jalan di Rabat dinamai dengan nama orang dan kota dari Indonesia.
Jalan Soekarno atau Rue Soekarno adalah salah satunya.
Kami menyempatkan diri untuk berpose di bawah plang tulisan Rue Soekarno atau Zankat Soekarno. Tepat di depan Bank Al Maghreb, nama presiden pertama Indonesia, Ir Soekarno tertulis sebagai nama jalan.
Rupanya Maroko merasa berutang budi kepada Soekarno dan bangsa Indonesia yang memberinya inspirasi untuk keluar dari penjajahan juga. Selain itu Maroko juga ikut Konferensi Asia Afrika pada tahun 1955 dan menerima kunjungan presiden Soekarno pada 2 Mei 1960. Ini terhitung sebagai kunjungan kepresidenan pertama untuk Maroko, setelah kemerdekaannya pada tahun 1956.
Selain Jalan Soekarno ada juga Jalan Indonesia. Meski hanya jalan kecil dan panjangnya beberapa meter saja, di jalan ini terdapat tiga apartemen dan tiga rumah penduduk. Selain itu nama Kota Bandung pun diabadikan menjadi nama jalan sepanjang 150 meter di pusat Kota Rabat yang ujung jalannya berbatasan langsung dengan New York Rue. Ini berarti jarak antara Bandung dengan New York terpisah dalam hitungan langkah kaki saja di Rabat. Jadi dari Bandung kita bisa melangkahkan kaki saja ke New York. 😄
KASBAH DES OUDAYAS
Kasbah artinya adalah benteng yang dulunya berfungsi untuk menghadapi ancaman serangan laut dari Spanyol. Benteng ini dibangun oleh Raja Moulay Ismail dari Dinasti Alaoui (1672-1694) dan didirikan di tempat strategis menghadap ke laut Atlantik.
Di balik tembok Kasbah yang tinggi dan tebal ini berdiri pemukiman penduduk yang bentuk bangunannya masih asli. Untuk memasukinya kita hanya bisa berjalan kaki menyusuri lorong-lorong sepanjang rumah-rumah penduduk yang masih seperti ratusan tahun yang lalu itu. Katanya ada lebih dari 3 ribu jiwa menghuni pemukiman Kasbah Oudayas ini.
Di tengah pemukiman terdapat sebuah taman kuno yang masih terawat baik hingga sekarang yang bernama Taman Andalus. Kami berhenti sejenak di sini untuk melepas lelah. Setelah itu kami melanjutkan perjalanan tidak jauh dari Kasbah ini ke Pasar Kuno Oudayas yang menjual barang suvenir dan karya seni lokal khas Maroko.
TOUR HASSAN
Tidak jauh dari Kasbah des Oudayas, terdapat peninggalan bersejarah yang bernama Tour Hassan atau Menara Hassan. Ini sebenarnya adalah bekas masjid yang dibangun oleh Raja Yaqoub Al Mansour pada abad ke-12. Masjid ini mengalami kerusakan parah akibat gempa bumi yang terjadi pada tahun 1755 sehingga runtuh dan tinggal tiang-tiang pancangnya saja. Itu pun juga anjlok ada yang dalam ada yang masih tersisa tinggi. Katanya kayu-kayu bekas atap masjid ini kemudian dipakai utk membuat kapal. Di Tour Hassan ini kini tinggal Mousoleum Raja Muhammad V dan dua putranya, Hasan II dan Abdullah. Lokasi Tour Hassan ini berada di dataran tinggi dan kita dapat melihat pemandangan indah dan hamparan Sungai Bouregreg serta Samudera Atlantik dari sini.
Kami juga mampir ke Gedung Parlemen Maroko yang terletak di jalan protokol dekat Rue Soekarno dan berfoto-foto di depannya. Saya sempatkan untuk mampir ke toko buku Alfiyah AsTsalisah untuk membeli buku meja tentang Maroko.
CASABLANCA
Setelah makan siang kami lalu meluncur ke Casablanca yang hanya berjarak 1 jam perjalanan dari Rabat.
Casablanca merupakan kota terbesar di Maroko dengan jumlah penduduk sekitar 3,5 juta jiwa. Menurut sejarah, wilayah kota ini telah dihuni oleh bangsa Berber sejak 7 abad sebelum masehi. Jadi kota Casablanca adalah kota yang telah berusia ribuan tahun. Bayangkan betapa banyak sejarah telah terukir di kota ini. 😊
Berbeda dengan Marrakesh yang merupakan kota tradisional, Casablanca merupakan kota modern yang didominasi oleh budaya kolonial Prancis. Dalam Bahasa Arab kota ini disebut dengan Dar al-Bayda, sedangkan dalam Bahasa Berber disebut dengan Anfa. Secara geografis, Casablanca terletak di tepi Samudra Atlantik, wilayah barat-laut Maroko. Bandara internasional utama di Maroko, Mohammed V International Airport (CMN), terletak di kota ini. Landmark dan objek wisata utama di kota ini antara lain Hassan II Mosque, Quartier Habous, Old Medina, dan La Corniche.
Casablanca yang berarti “rumah putih” juga merupakan kota terpenting di Afrika, baik secara ekonomi mau pun demografis. Pelabuhan di Casablanca katanya merupakan yang terbesar di Maroko dan juga di Afrika, selain itu merupakan pusat dari angkatan laut Maroko. Casablanca sebelumnya juga digunakan sebagai pelabuhan oleh bangsa Phoenicia dan kemudian oleh bangsa Romawi.
Kami kebetulan tiba sekitar setengah jam sebelum waktu Ashar tiba di Masjid Hasan II sehingga kami berkesempatan untuk sekalian salat Dhuhur dan Ashar di masjid ini.
Masjid Hassan II di Casablanca adalah adalah masjid terbesar ke-5 di dunia setelah Masjidil Haram di Makkah, Masjid Nabawi, Imam Reza Shrine di Iran, dan Istiqlal di Jakarta. Masjid ini pembangunannya memakan waktu lima tahun dengan 30.000 pekerja yang selesai pada tahun 1993. Menara masjidnya setinggi 210 meter merupakan menara masjid tertinggi di dunia. Dilihat dari kapasitasnya, Masjid Hassan II bisa menampung 105.000 jamaah, 25.000 di dalam dan 80.000 jamaah di luar.
Dari segi arsitektur, keindahan masjid ini hampir sama dengan masjid Cordoba yang ada di Spanyol. Masjid Hassan II ini didesain oleh arsitek berkebangsaan Perancis Michel Pinseau dan dibangun oleh Bouygues. Masjid ini dibangun untuk memperingati ulang tahun mendiang Raja Maroko, Hassan II. Bangunannya yang menjorok ke samudra Atlantik membuatnya terlihat seakan akan berada di tengah laut.
Konon, masjid ini menelan biaya 800 juta dolar AS (Rp 12 triliun). Kala itu Masjid Hassan II disebut-sebut sebagai masjid termahal sedunia. Masjid ini memang sangat indah. Kawasan yang dulunya kumuh disulap menjadi indah dan berkelas. Gaya arsitekturnya dipengaruhi gaya “Moorish” dan mengingatkan orang pada kemegahan Alhambra dan Mezquita, dua peninggalan kebudayaan Islam yang termasyhur di daratan Spanyol. Pintu-pintu di luar maupun di dalam ruangan masjid berbentuk lengkungan seperti tapal kuda. Dinding dan pilar-pilar di dalamnya dihiasi dengan berbagai macam pola ukiran yang rumit dan indah. Katanya lebih dari 6000 seniman Maroko dipekerjakan pada proyek pembangunan masjid ini sejak dari awal pembangunannya.
Iqamah dan salat Ashar dipimpin oleh seorang imam yang tinggi dan sangat tampan dengan jenggotnya yang pendek tapi hitam lebat. Ia menggunakan jubah khusus utk imam berwarna putih gading lengkap dengan tutup kepalanya sehingga membuatnya sangat berwibawa. Saya duduk persis di belakangnya dan bisa melihat bahwa ia duduk miring pada waktu tahiyat akhir. Ini berbeda dengan kebanyakan jamaah di Masjid Al-Qarawwiyin.
Sebelum check-in di Hotel Grand Mogador di daerah Marina kami menyempatkan diri untuk mengunjungi Morocco Mall, mall terbesar di Maroko dan bahkan katanya di Afrika. Karena kami datang pas malam Minggu maka suasana mall tersebut sangat ramai persis seperti di mall-mall kita di Indonesia.
Besok pagi kami harus sudah balik ke Indonesia via Kuala Lumpur and we need a good rest karena perjalanan panjang ini pasti akan melelahkan. Meski demikian kami sangat puas dengan perjalanan kali ini dan sudah membayangkan kapan lagi ya datang ke Maroko. 😄
Casablanca, 21 Juni 2018