Dear all,
Semoga ini bukan teriakan kegembiraan nafsu setelah sebulan penuh dikekang. Dengan berlalunya Ramadhan maka kinilah saatnya utk membebaskannya dari kekangan-kekangan. Telah tiba hari kemenangan bagi nafsu utk diumbar…!
Sungguh mudah bagi kita utk menahan haus dan lapar, menahan syahwat dan nafsu lainnya ketika berpuasa karena kita memang sudah meniatkan utk mengekangnya. Bagi orang berpuasa melihat kolak, es campur, sate dan gule bukanlah hal yg menggiurkan. Meski pun ia haus dan lapar dan ada begitu banyak hidangan di depannya dan tak ada yg melihatnya tapi ia tidak tergiur utk menyantapnya. Ia sudah berkomitmen utk berpuasa. Tapi mampukah kita utk menahan diri utk tidak menyantap itu semua ketika sedang tidak berpuasa?
Kita mampu menahan diri utk tidak berkomentar pedas dan tajam ketika berpuasa tapi bisakah kita menahan diri utk tidak menyebarkan fitnah dan cacimaki setelah Ramadhan…?!
Saya sungguh meragukan kemenangan diri saya setelah Ramadhan…
Pagi ini berbagai hidangan yg lezat-lezat terhampar di atas meja makan kami dan saya toh harus berusaha keras utk tidak mencicipi semua dengan takaran berlebih. Mulut ini rasanya menuntut utk diperlakukan berbeda dengan waktu berpuasa. Perut juga seolah bersekongkol agar kita makan berlebih sampai kekenyangan. Lantas siapa sebenarnya yg menikmati kemenangan…?!
Teman-teman ‘ahli hisab’ dengan segera dan dengan penuh kepuasan menjejali bibirnya dengan rokok sambil meniupkan asap ‘kemenangan’ ke udara. Now I’m free to smoke anytime I want…
Mereka dengan mudah melewati siang hari tanpa merokok tapi begitu adzan Maghrib berbunyi yg pertama mereka lakukan setelah minum seteguk air adalah menyulut rokok…! So dedicated! Melewati hari puasa belasan jam tanpa merokok mudah bagi mereka tapi coba uji kesabaran mereka dengan tidak merokok sebelum Isya’. Saya yakin hanya segelintir yg bisa. Apalagi berhenti merokok seterusnya setelah Ramadhan berlalu. 🙂
Ketika Ramadhan berat badan saya susut sekitar 3 kilo. Salah satu indikasi keberhasilan fisik saya berpuasa adalah turunnya berat badan dan itu dengan mudah bisa saya lewati. Caranya ya dengan mengurangi porsi makanan yg biasa saya konsumsi. Salah satu definisi berpuasa bagi saya adalah mengurangi makan dan minum dan bukan sekedar memindahkan waktu makan dan minum. Kalau berat badan saya tidak berkurang maka jelas bahwa saya tidak mengurangi makan dan minum di bulan puasa alias sekedar mengubah jadwal makan.
Tapi tantangan saya adalah seberapa lama saya bisa mempertahankan berat badan saya saat ini sebelum ia kembali ke berat badan semula sebelum berpuasa. Seberapa lama saya bisa mempertahankan porsi makan berpuasa sebelum akhirnya nafsu makan saya memproklamirkan kemenangannya?
Itu baru soal makan dan minum…
Itu baru soal yg sepele. Belum lagi ke nafsu-nafsu yg lain yg selama ini saya kekang. Seberapa lama mereka akan bersabar sampai mereka mendesak saya utk ‘memerdekakan’ mereka? Bukankah Ramadhan telah berlalu? sergah mereka. Apa hakmu mengurung dan mengekang kami terus…?! Kami juga punya hak utk dilampiaskan…! seru mereka dengan lantang.
Jadi siang ini kunilai kembali diriku.
Kuhitung modal dan perolehanku.
Kutakar tekad dan kemampuanku.
Kutrawang hari-hari di depanku.
Lalu kutatap setan di hatiku…
Telah begitu lama ia bercokol di sana seolah ia adalah penghuni tetap berlisensi.
Ia menatapku balik dan tersenyum tanpa kata-kata. Saya tahu apa yg akan dikatakannya.
“Saya akan menang lagi seperti tahun-tahun sebelumnya. Di medan lain kamu boleh menang tapi di medan syahwat, I am the King.”
TELAH TIBA HARI KEMENANGAN…!
(Siapakah kiranya Sang Pemenang…?!)
Iedhul Fitri, 1 Syawal 1436 (17 Juli 2015)