Ketika teman-teman sebaya saya pada kirim undangan mantu dan pamer cucu, anak sulung saya, Yubi, masih grapah grepeh cari kerja kesana kemari. Kapan hari minta ijin berhenti kuliah pingin segera mandiri dengan bekerja. Yo wis karepmu…. (baca kisahnya di sini)
Bukannya dia tidak bisa dapat pekerjaan tapi dia memang tidak pernah betah bekerja pada orang lain dan selalu loncat kesana kemari dan bikin jengkel yang memberi pekerjaan. Dia sulit berkonsentrasi pada satu pekerjaan dan tidak punya kesabaran dan ketekunan. Sekarang ini dia practically jobless (and moneyless tentunya) dan balik ke Surabaya. 😄
Kemarin dari KL kami minta dijemput di bandara dan dia minta agar kami ikut dia menemui temannya di sebuah hotel di Sutos. Temannya pingin ketemu kami katanya. Urusan apa saya harus menemui teman-temannya? Kagak ada urusan, pikir saya. Tapi dia ngotot agar kami datang mendengarkan proposal teman-temannya. Istri saya malah lebih sengit lagi mengajak saya datang mendengarkan apa yang mau disampaikan oleh teman-teman Yubi ini. Ojok ngono tah mbek anakmu, demikian kata istri saya. 😠
Baiklah…
Demi anak maka saya harus melupakan rasa capek dan mendatangi hotel di mana temannya tsb menginap. Demi anak…! 😏
Sampai di hotel kami lalu diajak masuk ke resto untuk mendengarkan salah seorang temannya menyampaikan proposal bisnis warung makan. Ternyata mereka mau bikin bisnis warung makan dan kebetulan emaknya anak saya ini memang dulunya dodolan pecel (lalu saya entaskan). 😄
Asyem…! Pikir saya. Mbok ya di rumah saja kalau cuma mau menyampaikan proposal macam begini. Dasar borjuk arek-arek iki. Lha wong ngopi sak cangkir cilik ae di resto ini gak mati slawe ewu. Sak glogokan entek. Iku durung pajek lan servise. 😮 Siapa yang akan bayar nantinya acara kongkow-kongkow indah ini? Yo, Bapake toh! 😄
Sepanjang presentasi saya diam saja. Biar emaknya saja yang ngladeni opo karepe anak mbarepnya ini. Kita mah hooh saja apa pun rencana mereka. Namanya juga untuk anak… 😉
Akhir kata kita sepakat mereka mau bikin bisnis buka warung (gak usah kemenyek muni resto segala). Tapi mereka harus belajar dulu tiga bulan segala tetek bengeknya (jangan hanya mau teteknya saja).
Selesai…?! Belum. 😊
Ternyata kami diajak lagi naik ke hotel di mana teman lainnya menginap. Temannya yang lain juga mau ketemu. Saya heran sama temannya yang satu ini. Teman akrab Yubi yang satu ini adalah seorang anak muda pebisnis yang sudah jadi. Kapan hari nyewa apartemen dan diperbaiki habis-habisan tapi lalu gak diteruskan dan sekarang malah nginap di hotel. Katanya mau ngajak ngobrol juga. Ada urusan apa pula ini…?! Mau ngajak ngobrol kok di kamar hotel. 😕
Begitu sampai di kamar saya terbelalak. Dia ternyata nyewa kamar yang suite atau semacamnya. Jadi ada semacam ruang rapatnya yang muat orang sepuluh. Mbayar piro arek iki sewengi? Demikian pikir saya. Another borjuk detected by a former Kaypang member. 😎
Meski anak ini teman baik anak saya dan anak-anak saya sering nginap di apartemennya dan pakai mobilnya tapi saya belum pernah ketemu dengannya. Istri saya yang sering bertemu makanya dia hormat banget sama istri saya. Ternyata dia memang wong eneng baik tampang, prejengan dan asal-usulnya. Bapaknya punya tambang katanya (embuh tambang opo) dan Mamanya main di katering. Pantesan anakku kalau ngajak ngopi mintanya di Starbuck. Lha wong gumbulane arek ngene iki, demikian dalam hati saya. 😮 Lha kalau sampai ketahuan Ustad Somad kalau mereka ini pelanggan Starbuck opo gak diseneni entek ngamek? 😄
Ternyata teman Yubi ini memang mau ngobrol dengan istri saya. Sebut saja nama teman Yubi itu Bunga. Eh, jangan ding! Lha wong dia laki-laki yang ganteng dan gagah. Sebut saja namanya Be’eng. 😄
Dia lalu bercerita tentang perjalanan hidupnya memulai bisnisnya. Dia diminta ayah dan ibunya untuk meneruskan bisnis mereka tapi dia tidak mau. Dia mau bikin bisnis sendiri. I can build my own business, demikian ceritanya. Biasalah anak muda itu selalu kemlinthi. 😄 Dia dengan seorang temannya lalu bikin resto dan benar-benar jatuh bangun membangun bisnis restonya tersebut. Berdarah-darah dan sedikit bernanah. Dan kini…eng-ing-eng…dia telah punya 34 outlet dimana salah satunya di Nginden beromset 8 juta sehari. Weladalah…! Hampir njomblak saya mendengarnya. 😮
Arek imut borjuk iki ternyata bukan anak sembarangan. Hampir saja aku berseru, “Tecu menjura…!” 🙏 Tapi tak wurungkan kuatir diguyu Cak Nanang sebagai sesama member partai Kaypang.
Lha ngapain dia cerita tentang bisnisnya? Supaya aku minder gitu…?! 😕 Ternyata istri saya pernah cerita tentang sebuah bisnis frozen food di LA (you know where) dan dia tertarik untuk masuk bergabung dalam bisnis tersebut. Dia lalu cerita tentang planningnya dengan begitu fluent sampai mulut saya ngowoh tanpa kusadari. Anjriit…! Arek iki canggih betul padahal wajah dan potongannya imut seperti anakku. (tampang ngowoh) 😮
Istriku lalu dengan lincahnya bilang bahwa bisnis itu belum jalan dan baru merupakan prospek (kadang saya keliru bilang ‘frosfek’). Itu juga bukan bisnisnya istriku (oleh teko endi bojoku main di bisnis frozen food? Iwak gatul bek’e) jadi sepurane sing katah nggih… 🙏
Tapi si Be’eng ini lalu bilang sama istri saya bahwa dia mau mengajak Yubi ikut dalam bisnisnya kalau diperbolehkan. Haaah….! Anakku dilamar jadi partnernya? Hampir saja saya meloncat kegirangan. Lha wong anakku iku wis embuh yok opo karepe dan saya ingin betul dia ikut magang pada seseorang pebisnis agar punya pengalaman. Anggap itu sebagai lanjutan ‘kuliah’nya yang gak pernah selesai itu. Kalau perlu saya mau membayar uang ‘kuliah’nya magang tersebut. Eh, lha kok ini malah ‘dilamar’ sama teman baiknya sendiri. Hampir salto saya rasanya… 😄
Pucuk dicinta ulama tiba. Ayo ndang ceramah.
Begitulah… Siang itu saya pulang dari Sutos dengan perasaan sangat lega. Ternyata teman anak-anak saya bukan berandalan pengangguran ronin tiada tentu arah seperti yang ditakutkan oleh semua ortu. Yang jelas anak saya tidak salah pergaulan dan bahkan punya teman akrab seorang pebisnis muda yang luar biasa suksesnya di usianya. Dan kini dia ingin ngajak anakku bisnis bareng.
Pulang dari Sutos tak henti-hentinya saya mengucap alhamdulillah. Iki rejeki besar bagiku sebagai seorang ayah.
Ya, Allah! Sungguh besar kasih dan sayangMu pada kami. Hanya kepadaMu kami memohon dan berbakti. 🙏
Surabaya, 1 Mei 2018