Tentu saja kita bisa berbakti pada bangsa dan negara (sekalian pada agama deh!) sejak kita dewasa, demikian kita selalu berpikir. Benarkah…?!
Biasanya kita tidak memikirkan bangsa dan negara ketika kita masih kuliah, apalagi di bangku sekolah. Boro-boro…! 🙂
Kita hanya berpikir bagaimana caranya agar kita segera lulus kuliah dan dapat pekerjaan. (Apakah berbakti pada bangsa dan negara terpikirkan saat kita kuliah dan mencari pekerjaan?) Begitu dapat pekerjaan kita lalu berpikir tentang bagaimana agar bisa mapan dan segera mencari pasangan hidup. (Apakah ada terselip niat untuk berbakti pada bangsa dan negara ketika kita cari pacar? :-))
Begitu bekerja dan punya pasangan kita berpikir tentang punya anak, punya rumah sendiri, jabatan dan penghasilan meningkat (Di mana posisi bangsa dan negara pada saat itu?). Begitu punya anak fokus kita berpindah pada bagaimana membuat anak kita bisa sekolah di sekolah yang favorit, kuliah di PTN, segera lulus, bekerja, mencarikan jodoh kalau mereka tidak juga kunjung mendapatkan pasangan, dll. dan buuum…! Tiba-tiba kita pensiun. 🙂
Lalu kapan kita menyisihkan waktu kita untuk BENAR-BENAR berbakti pada bangsa dan negara …?! Maksud saya dengan BENAR-BENAR berbakti pada bangsa dan negara adalah ketika kita bekerja benar-benar DEMI kemajuan bangsa dan negara dan bukan untuk kepentingan diri kita dan keluarga SAMASEKALI. Kita tidak lagi memikirkan gaji, honor, imbalan yang kita terima dari pada yang kita lakukan, kita tidak lagi berpikir tentang apa jabatan yang akan kita peroleh, kita tidak lagi berpikir tentang keuntungan pribadi, kita benar-benar berpikir demi kepentingan bangsa.
Apakah dengan menjadi mentri, walikota, direktur, manajer, kepala sekolah, ustad, da’I, tokoh agama, motivator, rektor, dll lantas otomatis kita SUDAH berbakti pada bangsa dan negara? Tanya saja pada diri sendiri apakah kita menjabat dan bekerja itu demi bangsa dan negara atau sebenarnya untuk kepentingan pribadi, keluarga, kelompok, golongan, atau partai kita. Jika kita masih bekerja untuk mendapatkan imbalan dan honor baik bagi pribadi, keluarga, kelompok, golongan, atau partai kita maka menurut pendapat saya kita belum BENAR-BENAR berbakti bagi bangsa dan negara. (Mohon maaf jika pendapat saya terlalu kejam) Tentu saja Anda bebas berpendapat lain. 🙂
Jadi kapan usia yang tepat bagi kita untuk BENAR-BENAR berbakti pada bangsa dan negara?
Menurut saya usia yang tepat bagi kita untuk benar-benar berbakti pada bangsa dan negara adalah ketika kita sudah pensiun. Yang saya maksud dengan pensiun adalah ketika kita tidak perlu lagi mencari nafkah bagi keluarga karena sudah tercukupi. (Bagi orang yang serakah mah tidak ada istilah ‘tercukupi’ karena bukan KEBUTUHAN yang menjadi patokannya tapi KEINGINAN).
Mengapa usia pensiun ini usia yang paling tepat untuk berbakti pada bangsa dan negara? Karena pada usia ini kita sudah tidak lagi bekerja untuk mencari nafkah. Sudah ada dana pensiun yang kita terima setiap bulan. Kebutuhan dasar kita sudah terpenuhi. Kita sudah memiliki semua yang kita inginkan dalam hidup. Rumah sudah ada, kendaraan juga ada, anak-anak juga sudah mulai mandiri, tapi sebaliknya kita memiliki banyak WAKTU LUANG, kesehatan, ilmu pengetahuan, dan pengalaman yang sudah terakumulasi selama ini. Sekaranglah saatnya bagi kita untuk benar-benar memikirkan pengabdian kita pada bangsa dan negara melalui pekerjaan sosial di lingkungan, komunitas, kelompok, kampung, daerah, kota kita. Ini saat ketika kita bisa benar-benar bisa ikhlas mencurahkan segala ilmu pengetahuan, pengalaman, kesehatan, dan waktu luang kita tanpa berharap imbalan dan jabatan.
Beberapa teman yang pensiun memilih berkebun atau beribadah di masjid. Menurut saya berkebun dan beribadah sepenuhnya di masjid adalah kegiatan personal yang tidak cukup berdampak bagi bangsa dan negara. Itu hanya baik bagi individu dan bukan untuk masyarakat atau umat. (masuk sorganya lebih lama. J) Lagipula pengetahuan dan pengalaman seorang pensiunan manajer keuangan, umpamanya, tidak akan banyak bermanfaat bagi kebun atau masjid yang rutin dikunjunginya. Apa manfaat ilmu pengetahuan dan pengalaman kerja kita selama ini jika kita putuskan untuk pensiun berkebun dan sekedar sembahyang dan mengaji seperti Si Doel Anak Betawi? 🙂
Jika Anda seorang guru dan pensiun maka saya anjurkan Anda untuk MELAMAR dan MENAWARKAN waktu, ilmu pengetahuan, dan pengalaman Anda untuk mengajar atau membantu apa saja di sekolah di dekat tempat tinggal Anda TANPA MINTA HONOR ATAU PUN GAJI. Tawarkan untuk membantu sekolah sekitar dua atau tiga jam sehari secara sukarela. Jangan mau diberi honor atau pun sekedar biaya transport. Kalau perlu bahwa minuman sendiri selama bekerja. 🙂 Sekaranglah saatnya bagi Anda untuk benar-benar bekerja demi kepentingan anak didik dan bangsa. Anda juga bisa membantu di perpustakaan sekolah agar sekolah benar-benar punya program literasi yang efektif. Ada banyak hal yang bisa Anda lakukan sebagai pensiunan guru yang berpengalaman berpuluh tahun mengajar di sekolah selama ini. Sekaranglah saat yang paling tepat bagi Anda untuk berbakti bagi bangsa dan negara dengan seikhlas-ikhlasnya! 🙂
NB : Apakah kalau belum pensiun kita tidak bisa bekerja untuk berbakti pada bangsa dan negara? Tentu saja bisa. We can talk about it later. Tulisan ini saya lempar bagi teman-teman seusia saya yang sedang memasuki usia pensiun
Surabaya, 14 Juli 2016
Salam
Satria Dharma
https://satriadharma.com