Akhirnya saya bisa mempromosikan Gerakan Literasi Sekolah di SMAN 7 Surabaya, almamater saya. Bayangkan…! Saya sudah keliling ke berbagai tempat dan bahkan bersafari literasi di 5 kabupaten di Aceh dengan biaya sendiri tapi belum pernah kembali ke almamater sendiri. Piye iki…?! *:) happy Tentu saja saya ingin sekali bisa bersosialisasi tentang literasi di almamater saya sendiri tapi saya tidak bisa datang sendiri kalau tidak diundang (saya kan bukan jailangkung). *:) happy Makanya saya tidak bisa datang ke Makassar kalau tidak diundang datang (saya colek Ima Rahman yang ingin sekali saya bisa datang ke Makassar tapi tidak pernah mengundang saya secara resmi). *:) happy
Presentasi saya di SMAN 7 Surabaya tadi adalah berkat undangan Pak, Kepala Sekolah SMAN 7 Surabaya, dan terutama karena Bambang Hadi Prayitno, anggota IGI yg jadi Wakasek Kurikulum di sana. Sebetulnya mereka ingin agar saya datang minggu lalu tapi karena saya sedang ada jadwal di Jakarta maka jadwal saya baru bisa minggu berikutnya. Jadi datanglah saya ke alamamater saya tersebut dengan rasa penasaran. Apakah saya masih hapal jalan ke sana ya…?! *:) happy
Sejak saya lulus dari SMAN 7 pada tahun 1976 saya memang tidak pernah datang ke sekolah saya ini lagi. Tapi tentu saja saya masih ingat jalannya. Jalannya masih sama meski sekarang sudah satu jalur. Dulu waktu saya bersekolah di sini masih dua jalur.
SMAN 7 Surabaya adalah almamaternya Marthen Kanginan, si penulis buku pelajaran khususnya Fisika yang sangat terkenal itu. Dia teman satu angkatan dengan saya. Ada teman se angkatan yang sekarang masih jadi pejabat pemerintah tapi hampir semuanya sudah pensiun. Saya juga mendapatkan kejutan karena ternyata ada seorang guru yang ternyata adalah teman satu angkatan saya juga. Namanya Moesjaniwanto. Saya lupa tanya dia mengajar apa di sana.
Pertemuan tadi diikuti oleh sekitar 40-an guru dan mereka nampak sangat antusias mendengar presentasi saya. Pertemuan ini boleh dikata SANGAT MEMUASKAN karena semua guru berjanji dan berkomitmen utk mulai membaca setiap hari dan bersedia menjadi penggerak literasi di rumah mau pun di sekolah. Hal seperti inilah yg membuat saya semakin bersemangat utk melakukan Gerakan Literasi Sekolah.
Sepulang dari sekolah tersebut saya jadi tercenung. Apa yang bisa saya lakukan untuk almamater saya tersebut? Presentasi dan kampanye tentang Gerakan Literasi Sekolah saja jelas tidak memadai. Pasti ada sesuatu yang bisa saya lakukan yang sifatnya bukan sekedar seremonial dan insidental. Minimal saya bisa melakukan Gerakan Literasi Sekolah yang intens di sekolah ini. Minimal saya bisa mengumpulkan teman-teman satu angkatan (atau bahkan beberapa angkatan) untuk melakukan sebuah gerakan untuk membantu almamater kami dalam mengumpulkan buku-buku bacaan bagi siswa. Tadi malam saya bertemu dengan Alamsyah Lubis dan Maryono, teman seangkatan di SMAN 7, dan ketika saya sampaikan ide saya tersebut mereka bersemangat dan berjanji akan mengajak teman-teman yang lain untuk mengumpulkan buku bacaan bagi almamater. Target kami adalah setiap kelas di SMAN 7 Surabaya akan punya sudut baca dengan koleksi buku yang akan kami kumpulkan nantinya.
Ah…! Sungguh senang bisa menggulirkan sebuah ide yang mungkin bisa membawa kebaikan bagi anak-anak penerus di almamater kami.
Surabaya, 12 September 2015
Salam
Satria Dharma
https://satriadharma.com