Pagi ini saya membaca buku berjudul “Buku tentang Kebaikan” yg ditulis oleh Jonih Rahmat. Saya suka membaca buku-buku seperti ini karena isinya yg ringan, positif, dan tidak membuat kening berkerut. Buku seperti ini biasanya membuat hati saya tentram dan bahagia serta terinspirasi utk melakukan kebaikan yg sama. Melakukan kebaikan sebanyak mungkin adalah tujuan hidup saya meski seringkali ada saja keburukan yg saya perbuat karena kelemahan saya. Tentu saja ini ‘excuse’ saya saja. 😀
Buku ini sambilan saya membaca buku terjemahan “History of the World” yg serius dan harus dikunyah pelan-pelan. Saya memang bisa membaca dua atau tiga buku sekaligus dan berpindah-pindah sesuai dengan suasana hati saya. Jadi memang harus ada buku selingan dari buku yg serius agar botak di kepala saya tidak terlalu cepat meluas menyaingi kebotakan hutan di Kalimantan. 🙂
“Buku tentang Kebaikan” ini bicara ttg peristiwa sehari-hari yg ditemui oleh ustad Jonih Rahmat dengan perspektif pencarian kebaikan kecil yg bisa kita temui sehari-hari. Umpamanya kisah tentang bagaimana ia suatu kali kaget bertemu dengan beberapa waria yg berlarian dengan telanjang dan masuk ke kendaraan umum yg ia tumpangi krn ada ‘sweeping’. Karena perspektifnya adalah tentang kasih sayang dan kemanusiaan maka peristiwa perjumpaan dg ‘wanita-wanita’ telanjang di kendaraan umum ini membuat ustad Jonih menuliskannya dengan judul “Waria Juga Manusia”. Ia sangat tersentuh melihat betapa memelasnya kehidupan para waria tersebut yg mengomel karena kena razia pas baru dapat tamu. Ia akhirnya memberi mereka uang seadanya yg ada di dompetnya dengan rasa kasih dan doa dalam hati semoga Tuhan menganugerahkan kepada mereka kehidupan yg bahagia dengan rejeki yg banyak, halal, dan berkah. Tak ada penghakiman dan ayat-ayat ttg manusia bejat di jaman Nabi Luth.
I love this ustad…!
Ada satu kisah dalam buku ini yg menurut saya perlu saya sebarkan. Judulnya “Gempa Bumi dan Tsunami: Bencana Alam atau Azab Tuhan?”
(Bagaimana menurut Anda…?!)
Menurut para ahli geologi, siapa pun yg tinggal di sepanjang pantai Barat Sumatra, pantai Selatan Jawa, Nusa Tenggara, Maluku, Filipina, Jepang akan berpotensi mengalami gempa. Jadi meski pun yg tinggal disana adalah orang-orang beriman belaka maka tetap saja daerah tersebut akan kena gempa.
Beda dengan Kalimantan. Meski pun penduduknya tidak kenal agama, tidak pernah shalat, dll mereka akan aman dari gempa. Lha wong Kalimantan bukan daerah gempa…!
Lha kalau gempa itu berhubungan dengan dosa dan kemaksiatan maka mestinya Dolly dan Las Vegas sudah diratakan dengan tanah sejak dulu. Nggih nopo mboten…?!
“Bisakah gempa dicegah?” Tanya seorang hadirin pada ustad Jonih dalam ceramahnya.
“Tidak bisa,” jawab Ustad Jonih.
Tapi tiba-tiba seorang hadirin berteriak dari belakang dengan keras, “Bisa!”
“Dengan doa!” tambahnya dengan lantang.
(Bagaimana menurut Anda? Apakah kita bisa mencegah gempa dengan doa bersama atau istighotsah kubro selama 40 hari, umpamanya? Ini masalah keyakinan lho…! Bukankah tidak ada yang tidak mungkin bagi ALLAH SWT)
Ustad Jonih ini termasuk ustad yg cerdas jadi ia kemudian memberi contoh.
“Begini…,” jawab Ustad Jonih, “…dimana saklar listrik masjid ini?”
“Matikanlah lampu masjid ini lalu semua hadirin, atau kalau perlu, masjid ini dipenuhi kyai, berdoa bersama-sama agar lampu hidup kembali. Kira-kira hidup nggak lampunya?”
Tentu saja para hadirin bengong disodok begitu.
“Kalau kemudian datang seorang yg gak pernah shalat, kerjanya cuma mabuk-mabukan dan hal bejat lainnya kemudian menyalakan saklar lampu, kira-kira hidup nggak lampunya?”
“Itulah yg disebut SUNNATULLAH. Begitu juga dengan gempa bumi.” demikian ustad Jonih mengakhiri
Saya sungguh tidak tahan utk tidak tertawa membaca kecerdikan Ustad Jonih dalam menjelaskan hal ini. I love this smart ustad…!
Balikpapan, 29/9/2013
Salam
Satria Dharma
https://satriadharma.com