Karena mobil saya mau dipakai oleh istri sedangkan saya harus mendatangi sebuah pertemuan maka saya pesan taksi Silver.
Saya memang langganan taksi Silver karena ada teman yg jadi sopir di Silver. Selama ini saya selalu menggunakan jasa Mr Trio yg dipanggil Mr Gombloh oleh Mas Nanang karena penampilan fisiknya yg mirip penyanyi Gombloh.
Pagi ini saya coba menghubunginya tapi HP-nya tidak diangkat. Mungkin ia masih belum berangkat bekerja dan masih molor. Jadi saya menghubungi kantornya dan tak lama kemudian datang satu unit taksi Silver menjemput saya.
Di pertigaan jalan Rungkut Alang-alang kami kena lampu merah. Seorang penjual koran mendatangi taksi saya dan menyodorkan Jawa Pos ke sopir.
Si sopir, yg bernama Muntolib, mengambil koran tersebut dan menyodorkan uang Rp.5.000,- Tapi si penjual koran menolak menerima uang tersebut dan mengatakan, “Gak usah.” Si sopir mendesaknya utk menerima uangnya dan mengatakan, “Gak popo.” Tapi si penjual koran tetap tidak mau menerima dan langsung ngloyor.
Saya jadi heran melihat kejadian ini dan bertanya pada si sopir Muntolib ini apakah penjual koran tsb teman atau tetangganya. Tak biasanya ada penjual koran yg memberikan dagangannya secara gratis kpd orang yg tidak dikenalnya dengan baik.
Muntolib menjawab, “Tidak. Saya memang langganannya setiap hari. Setiap hari saya lewat di sini dan saya selalu membeli koran darinya.” jawabnya.
“Tapi kenapa dia memberikan begitu saja korannya hari ini dan tidak mau menerima pembayaran sampeyan?” tanya saya.
“Saya membayar Rp.5.000,- setiap kali beli koran dan saya tidak mau menerima kembaliannya. Jadi mungkin hari ini dia ingin membalas.” jawab Muntolib.
Haah….! Hati saya langsung lumer karena trenyuh mendengar ini. Muntolib rupanya bersedekah kelebihan harga koran pada penjual koran ini setiap hari.
Jadi karena si penjual koran merasa mendapatkan kemurahhatian setiap hari dari sopir taksi Muntolib ini maka ia hari ini ingin membalas kebaikan hati tersebut.
Saya sungguh tersentuh dan merasa trenyuh karena terharu melihat kebaikan hati dua orang kelas bawah yg begitu tulus seperti ini.
Saya sendiri sesekali beli koran di penjual koran pinggir jalan tapi tidak terlintas di hati saya utk selalu memberi uang lebih pada si penjual koran. Tapi Mas Muntolib ini meski hanya seorang sopir taksi yg pendapatannya jelas jauh lebih kecil dari saya tapi dengan ringannya memberikan sedekah pada penjual koran setiap hari. Ia jelas tidak punya kepentingan apa-apa kepada si penjual koran karena kenal pun ia tidak.
Ini jelas sebuah kedermawanan yg murni keluar dari hatinya yg tidak berharap pembalasan apa pun.
Apa yg ia harapkan dari penjual koran yg tidak ia kenal?
Si penjual koran pun membuat saya tercengang. Ternyata ia adalah anak muda yg tahu tentang kebaikan hati seseorang. Ia bisa menghargai kebaikan hati pelanggannya dan ketika ada kesempatan maka ia pun berupaya membalas kebaikan hati tersebut dengan apa yg ia mampu lakukan.
Sungguh sebuah peragaan kebaikan hati yg luar biasa di depan mata saya. Selama ini saya sering sekali menemui orang-orang yg bukan hanya tidak bersedia membalas kebaikan hati orang lain kepadanya tapi bahkan tidak mengenal dan mengakui kebaikan orang lain terhadapnya.
Banyak orang yg menganggap kebaikan yg diterimanya adalah sesuatu yg sewajarnya dan sudah seharusnya diterimanya. Tak pernah terpikir olehnya utk berterima kasih apalagi berupaya utk membalas kebaikan hati yg diterimanya. Orang-orang seperti ini sangat menjengkelkan dan sebisanya saya menghindar dari orang-orang seperti ini.
Saya sungguh beruntung pagi ini bisa bertemu dengan orang-orang dengan kualitas diri yg hebat seperti ini dalam perjalanan. Sangat jarang kita menemui orang-orang dengan kualitas diri seperti kedermawanan dan rasa berterimakasih seperti ini pada orang-orang dari kalangan bawah.
Saya akan berdoa agar mereka mendapatkan rejeki, berkah, rahmat, dan balasan yg setimpal atas kebaikan mereka baik di dunia mau pun di akhirat kelak. Ini sungguh sebuah pelajaran tentang kebaikan hati yg sangat berharga bagi saya langsung dari para pelaku kebaikan di jalanan.
Surabaya, 26 April 2013
Salam
Satria Dharma
https://satriadharma.com