Assalamu Alaikum Wr Wb.
Saudara-saudaraku yg kucintai.
Marilah kita akhiri polemik ttg Unas. Gak capekkah mengritik terus…?! Kami ini ‘brebeken’. Tahu ‘brebeken’ ndak…?!
UNAS itu wajib utk semua siswa. Seperti sholat bagi seorang muslim. Tanpa Unas apalah artinya pendidikan…?! Pendidikan model apa yang tidak pakai Unas itu…?! Pendidikan yang tak terukur dan tak punya standar…! Tanpa Unas berarti tidak bermutu…! Pendidikan Indonesia HARUS bermutu. Ingat itu…!
Unas itu standar dan tingkat kesulitannya harus sama di seluruh Indonesia. Kok tanya mengapa sih…?! Yo wis jelas toh. Kita tidak ingin mutu pendidikan di Papua dan NTT kalah mutunya dibandingkan dengan yg di Jakarta. Tidak bisa…! Harus sama. Harus sama bermutunya. Kasihan anak-anak kita di pelosok-pelosok kalau mutu pendidikannya kalah dg yang di kota besar. Itu diskriminasi namanya. Apakah kita tega anak-anak kita yg tinggal di pedalaman dan pulau terpencil mendapat mutu pendidikan, maksud saya mutu Unas, yg lebih rendah mutunya…?! Itu kejam dan diskriminatif namanya.
Ya…ya…saya tahu bahwa masih banyak sekolah yg tidak layak sarprasnya, tidak punya guru, gurunya memble dan mbolosan, tak punya buku utk dibaca, letaknya sangat terpencil dan harus jadi Indiana Jones kalau mau sekolah. Justru itu…!
Justru itu mereka HARUS kita beri Unas yg bermutu sama dengan anak-anak di sekolah RSBI. Dengan Unas yg bermutu sama maka mutu pendidikan otomatis akan sama. Daerah yg tertinggal otomatis akan meningkat mutu pendidikannya. Itulah kunci keberhasilan kita dalam meningkatkan mutu pendidikan yg tidak dipahami oleh negara-negara lain. Keadilan dalam Unas! Pokoknya untuk soal Unas ini kita harus adil seadil-adilnya. Inilah makna hakiki dari filosofi ‘Education for All’ yg kita dengung-dengungkan selama ini. ‘Education for all’ makna hakiki sebenarnya adalah ‘Unas for all’. Saat ini kita sedang menjalankan prinsip ‘Unas for all’ dan ‘All for Unas’. Kita pertaruhkan semuanya utk Unas yg bermutu tinggi ini. Mari kita bersama-sama menunjukkan semangat kita utk pendidikan bermutu bagi semua ini.
Ya…ya…saya tahu bhw selama ini siswa nyontek agar bisa lulus. Ini harus dihentikan. Kasihan para guru yang sudah setengah mati mengajar siswanya dengan sebaik-baiknya dan mendidik mereka utk berprilaku jujur dalam hidup tapi ternyata siswa tetap saja nyontek agar lulus. Akhirnya para guru, kepala sekolah dan dinas pendidikan yg disalahkan dan dituding tidak jujur. Salah kaprah toh…! Gak mungkinlah guru dan kepala sekolah berprilaku curang dalam Unas. Siswa yg nyontek tapi sekolah dan kami yg kena getahnya.
Jadi saya tegaskan bahwa “Era Menyontek Sudah Selesai”. Enough is enough. Allright poro sederek…?!
Para siswa kita harus lulus 100%. Tak ada yang perlu dikuatirkan dalam hal ini. Asal siswa mau belajar mereka tentu lulus. Bukankah ada pepatah yang mengatakan ‘Siapa yg berupaya, ia akan mendapat’? ‘Men sana in corpore sano’?
Jangan ragu-ragu menambah jam pelajaran dan biaya sekolah pada siswa kita. Ini semua demi pendidikan yg bermutu. Kita harus berkorban utk memperoleh keberhasilan. Jelas toh…! No pain no gain. Ono rego ono rupo. Kalau perlu ajaklah bimbingan belajar masuk ke sekolah utk membantu siswa-siswa kita mengerjakan soal tes Unas. Kita harus bahu membahu dengan mereka utk menghadapi tantangan ini.
Tahun lalu tingkat kelulusan kita adalah 99 koma sekian persen. Hanya tinggal secuil saja maka kita akan bisa mencapai kelulusan 100%. Tinggal sedikiiiit lagi, saudara-saudara…! Mosok tidak bisa…! Ayolah sampaikan pd anak-anak kita, buktikan bhw mereka memang anak-anak tangguh setangguh Indiana Jones. Beri kami bapak-bapak kalian ini sedikit kebanggaan agar dapat menepuk dada di dunia internasional dengan mengatakan “What a perfect accomplishment…! 100% success…! No country in the world can compete us now. No one…!”
Jangan percaya pada hasil PISA, TIMMS dan PIRLS, saudara-saudara. Tes tersebut dirancang oleh negara maju utk mendiskreditkan mutu pendidikan kita. Mereka itu sejatinya iri dan tidak rela dengan keberhasilan kita yg begitu sempurna. Tapi kita tentu tidak bisa dibodohi dengan hasil tes mereka. Kita bukan anak kemaren sore. Kita harus percaya pada kemampuan diri kita sendiri. Katakan pada mereka “Kecian deh lu…!”
Soal RSBI. Betul sekali…! Kita memang harus menunjukkan kepada dunia bahwa ‘sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan di setiap kota dan kabupaten di Indonesia’ itu memang memiliki mutu yang setara dengan dunia internasional…! Kita ini bangsa besar dan memiliki mutu pendidikan yg bertaraf internasional. Tahu negara OECD ndak, kalian? Mereka itu negara maju loh! Kita itu harus setara dg mereka. Makanya kita harus mewajibkan para guru matematika dan sains utk mengajar dg bhs Inggris. Pokoknya siswa kita harus bisa bicara cas cis cus cret dlm bhs Inggris. Pokoknya guru-guru akan kita beri pelatihan bhs Inggris dan kirim utk studi banding ke negara maju. Dengan menyerap hawa dan udara negara internasional beberapa hari diharapkan mereka akan bisa kembali dan melaksanakan tugasnya mengajar dalam bahasa Inggris dg baik. Kita optimis sajalah. Bukankah nothing is impossible di dunia ini…?! Tuhan itu Mahakuasa dan kalau mau tinggal bilang “Kun” maka jadilah. Tuhan itu juga selalu bersama mereka yg optimis dan berpikir positif.
Malaysia gagal dengan program yang sama…?! Kecian deh lu…! Kita turut berbelasungkawa atas kegagalan tersebut. Tapi kita harus tetap optimis dan percaya diri bahwa kita pasti berhasil. Kegagalan Malaysia mungkin akan menjadi sukses Indonesia. Ingat! Kita ini juara SEA GAMES, bukan Malaysia.
Jadi saudara-saudara, mari kita hadapi 2004 2014 dengan penuh optimis dan percaya diri. We can do it…! Hip…hip…hooray…! Hip…hip…hooray…! Hip…hip…hooray…!
Wabillahi taufik wal hidayah. Wassalamu alaikum wr wb.
Bakal Calon Mentri (Mendikbud, kalau bisa) 2015
Prof Dr. Wonokairun PhD, MPd, MBA, MBus, MBuh.
(Masih cari partai politik yang cocok)
Salam
Satria Dharma
https://satriadharma.com
salam……hahahah…dasyat, itu sangat mewakili bgt,salam kenal Pak.
salam kenal juga..iya Taj Mahal,, sangat me legenda ceritanya…
Salam kenal Prof, he2 sykurlah pak bisa mendapat gelar gratis, itu anugerah dan karena keuletan dan keahlian bapak sehingga mendapat pengakuan internasional seperti itu. Pengalaman bapak akan menjadi pelajaran bagi kami yang sangat berharga. Mengapa ini saya posting di sini karena saya tersenyum geli membaca gelar bapak terakhir di artikel ini juga setelah membaca artikel tentang ‘gelar gratis’. Trims
Satire yg dahsyat pak.. 🙂
Thanks for the good writeup. It actually was once a enjoyment account it. Glance complicated to far added agreeable from you! By the way, how could we keep up a correspondence?
hahaha.. Pak Satria, mantab….
Tapi kalau bilang siswa saja yang mencontek, saya tidak sepenuhnya sependapat Pak.. ^^
Tahun lalu (2011) di Surabaya, ketahuan di media bahwa gurunya yang meminta siswa utk ‘berbagi’ jawaban. Nah lo.. bikin semua galau saja.. dan itu tidak hanya sekolah itu saja, Pak. Kepala sekolah dan guru-guru SMP murid privat saya (sekolah swasta), sampai merekayasa supaya guru dapat memberi jawaban unas kepada muridnya @___@
Cape deh.. mau dididik jadi apa anak-anak nya kalau begitu caranya..
Sampai-sampai ada pandangan bahwa ‘berbagi jawaban’ ketika ujian itu sah-sah saja dan membantu sesama.. dan kalau ada yang tidak mau, maka dia dianggap aneh, pelit, tidak solider.. huff..
Kadang sampe jadi seba salah kalau anak-anak sudah mendebat dengan alasan itu.. alamak… jadi kebalik-balik.. yang hitam jadi putih yang putih jadi hitam..
(hehe.. numpang curcol pak ^^ semoga Indonesia jadi lebih baik ^__^ )
terima kasih pak satria atas penyegarannya..di aceh gak ada yang menyontek pak, tapi udah disebut sebagai menolong kawan, kalo ada guru yang ngasih jawban itu namanya berbuat baik dan menyayangi anak didik, orang tua-pemerintah maunya lulus siswa unas 100%, tapi dukungan yg diberikan ke sekolah belum maksimal…harapnnya ke gedean….ha..ha..