Sore itu Yufi, anak kedua saya, sedang sibuk di dapur bersama Tara, adiknya. Mereka rupanya sedang menggoreng potato nuggets untuk makan sore. Yufi memang diminta oleh ibunya untuk mengubah jam makan malamnya menjadi makan sore saja. Menurut ibunya hal tersebut akan membantu dietnya. Yufi memang kelebihan berat badan sejak lahir dan sungguh sulit untuk membuatnya melakukan diet. Sebaliknya, Tara selalu sulit makan dan harus ditunggui agar dapat menyelesaikan makannya. Jika tidak ia hanya akan makan setengah dari porsinya yang kecil tersebut dan meninggalkan sisanya di piring. Mereka berdua adalah kebalikan satu sama lain. Yufi bertubuh tambun, kelebihan berat bedan, sedangkan Tara bertubuh kurus kecil dan kekurangan berat badan. Kami sering bergurau agar Yufi memberikan kelebihan berat badannya tersebut pada Tara.
Saya sebetulnya merasa agak surprised dengan mereka sore itu. Mereka nampak rukun dan saling membantu. Biasanya mereka selalu bertengkar untuk berbagai hal kecil. Yufi selalu saja mencari cara untuk bisa mengganggu adiknya dan Tara selalu saja merengek dan berteriak karenanya. Tapi tidak sore itu 😉
Mereka bekerjasama dan bergurau laiknya kakak beradik yang saling kasih mengasihi. Melihat Yufi menggoreng kentang dan Tara mempersiapkan piring sambil bercakap-cakap dengan gembira sungguh membuat hati saya merasa bahagia.
Yufi menyayangi adiknya. Dengan caranya sendiri tentunya. Jika ia mengganggu dan menggodanya sebetulnya merupakan caranya untuk berkomunikasi dengan adiknya. Sayang sekali bahwa Tara tidak suka dengan cara berkomunikasi tersebut 😉 . Alhasil mereka selalu bertengkar. Dan kami selalu berusaha untuk melerainya. Tapi tidak sore itu 😉
Setelah selesai menggoreng, mereka kemudian mengambil nasi di rice cooker dan duduk di meja makan berdua. Mereka tidak sadar jika saya memperhatikan mereka. Ketika mereka telah siap untuk makan, Tara kemudian berkata,:Terima kasih Kakak, sudah menggorengkan aku kentang. Yang kemudian dijawab oleh Yufi, 😀 Sama-sama, Tara. Terima kasih juga sudah mengambilkan piring. Dan mereka makan berdua dengan lahap dan gembira.
Hati saya langsung terasa mak nyes! Rasanya seperti melambung naik ke langit ke tujuh! Saya sungguh merasa berbahagia melihat bagaimana prilaku mereka. Mereka saling menghargai satu sama lain dan mau mengucapkan terima kasih. Ucapan terima kasih Tara itu terasa begitu tulus dan tidak dibuat-buat. Yufi juga menerima itu sebagai ungkapan yang tulus dan juga membalas dengan sama tulusnya. Saya sungguh merasa berbahagia sebagai orang tua mereka. Tidak sia-sia rasanya saya mengajari mereka untuk berterima kasih.
Seandainya ada yang bertanya pada saya apa yang telah saya ajarkan pada anak saya, maka dengan penuh percaya diri saya akan menjawab,:Saya telah mengajarkan pada mereka untuk berterimakasih pada orang lain.:-)
Sore itu saya merasa seperti berada di sorga.
Balikpapan, 29 Maret 2008
Satria Dharma
he…he…saya juga jadi ikut bahagia membacanya. Untuk Bu Ika ada saran nih..
Jangan pernah mengatakan pada Yufi untuk diet, Bu, karena itu akan berlawanan dengan otaknya yang sudah terlanjur menginstruksikan untuk makan, makan, dan makan walau tidak lapar. Itu akan sangat berat baginya Ibu.
Cobalah untuk mengatur cara makannya saja, dan jauhkan kata diet darinya!
Makan tetap 3 kali sehari dengan porsi yang telah ‘disepakati’ tetapi ajarkan padanya untuk minum air putih dulu satu gelas, lalu sepiring buah, lalu semangkuk sayur, lalu sepotong ikan, dan terakhir nasi putih. Insya Allah Ibu, lama kelamaan Yufi akan berhenti di lauk saja karena sudah kenyang, atau ia tak akan menghabiskan nasinya karena sdh tidak ada lauknya he…he…. Diantara waktu makan beri buah yang banyak mengandung air agar ia tak merasa kelaparan lalu balas dendam saat makan tiba. Jauhkan snack darinya(terutama dari terigu). Sediakan 3 botol agua tanggung untuknya untuk dihabiskan selama satu hari itu.
Semoga berhasil Bu…!
” Senang Memasak Dan Melukan Pekerjaan Rumah.”
Saya sangat bahagia karna anak laki2 saya umur 5 tahun sudah bisa membantu di dapur dan pekerjaan rumah yg ringan tanpa paksaan,karna dari umur 2 thn,saya sudah tanamkan belajar pekerjaan rumah,misalkan pada saat mandi saya selalu membersihkan kan kamar mandi dengan menyikat satu untuk saya dan 1 sikat untuk anak saya,saya mengajarkan dengan cara berhitung dan tertawa riang karna gelembung balon nya sangat di sukai,membersihkan tempat tidur dan mencuci piring gelas plastik nya setelah makan,senang membantu memotong motong sayuran,saya mengajarkan sambil berhitung dan jumlah potongan sayuran.sekarang ini anak saya senang memasak nasi goreng sosis buatan nya sendiri tanpa saya bantu,saya hanya menjaga agar tidak terjatuh karna kalo dia sedang memasak harus pakai kursi.
Dan ada satu lagi jiwa sosial nya tinggi dia selalu berbagi dengan teman2 nya kalau dia punya makanan baik itu di tempat nya belajar maupun lingkungan rumah,itu pun sudah saya tanamkan sejak usia balita
Dan sekarang ini saya rajin mengajak anak saya sholat ke mesjid setiap magrib dan sholat jum’at dengan ayah nya di mesjid rutinitas itu membuat anak saya selalu protes bila saya tidak ke masjid pada saat tertentu,kalo dia pergi dengan abang nya pun tetap protes harus saya ikut.
Dan efek nya pun terjadi pada anak saya yang sudah besar,yaitu abang nya dulu sewaktu kecil saya pun sudah tanamkan pekerjaan dan kebersihan tanpa paksaan,setelah abang nya beranjak dewasa kelas 1 smk masih melakukan pekerjaan rumah misalkan belanja kepasar tradisional dan mencuci perabotan dapur,mengerjakan pakaian nya sendiri,membersihkan rumah setelah pulang sekolah, tentu nya menjadi ringan buat saya dan saya tidak perlu PRT yang tentu nya harus saya gaji mahal lebih baik uang nya buat anak di tabung untuk kuliah nya.
Saya berharap semoga adik nya mengikuti jejak kakak yg lebih suka pekerjaan rumah dari pada keluyuran yang gak jelas dan kalopun keluar hanya untuk ekschool nya saja.
Jakarta maret 03th,2009 oleh ; Nadya