Keceriaan ada dimana-mana. Anda tinggal memungutnya… kapan saja Anda mau. Keceriaan ada pada semburat cahaya matahari ketika kita bangun dan membuka jendela dan pintu rumah dengan perasaan segar di pagi hari.
Keceriaan ada pada anak-anak kita yang masih meringkuk di kamar tidur masing-masing ketika kita membangunkannya agar bersiap untuk mempersiapkan diri ke sekolah setiap pagi.
Keceriaan ada pada hangat dan harumnya aroma segelas kopi dan setangkup roti berlapis krim ‘peanut and chocolate’ yang disodorkan istri kita untuk memulai aktifitas kita pagi itu. Keceriaan ada pada bunga-bunga berbagai warna yang mekar di muka rumah yang seolah hendak berkata,:”Hey! Look at me. I’m beautiful today, right?”.
Keceriaan ada pada cover buku “Authentic Happiness” tulisan Martin E.P. Seligman berwarna kuning coklat cerah dan bergambar simbol senyum yang masih belum habis saya baca sampai pagi ini. Buku itu tersenyum pada saya seolah hendak berkata,:”Masih banyak pengetahuan dan kesenangan yang saya simpan dalam halaman-halaman saya. I invite you to explore further.”
Keceriaan ada pada anak-anak yang bermain sepakbola dengan riuh rendah di lapangan yang becek bekas hujan semalam di dekat rumah ketika saya jogging pagi itu. Mereka dengan sengaja justru berlomba-lomba menjatuhkan diri dan berguling-guling di lumpur seolah emak mereka pasti akan menolerir perbuatan mereka karena yakin emak mereka pasti setuju dengan slogan ”Berani Kotor itu Baik” yang didengarnya tiap hari di TV.
Keceriaan ada pada kenangan senyum dan pipi tembem utusan pemerintah Australia yang menyatakan bersedia untuk ikut serta meratifikasi pengurangan emisi karbon dan aplaus ribuan peserta konferensi ‘Climate Change’ di Nusa Dua Bali di layar TV yang kita tonton. Senyumnya yang mengembang seolah hendak mengatakan,:”I know you’ve been waiting long for this statement, right?”
Keceriaan ada pada raungan knalpot kendaraan bermotor yang kita hidupkan untuk mengantar kita berangkat kerja hari ini. Raungannya begitu ceria terdengar seolah hendak meneriakkan pernyataan,:” Saya siap mengantar Tuan kemana saja hari ini! Just ride me down any time.” Keceriaan ada pada ayunan langkah dan raut muka orang-orang di tepi jalan yang berpapasan dengan kita seolah hendak menyatakan bahwa hari ini mereka akan memperoleh apa yang telah mereka dambakan selama berhari-hari ini.
Keceriaan ada pada raut muka para guru yang memperoleh selembar sertifikat setelah mengikuti acara launching “Klub Guru” di Surabaya selama setengah harian seolah sertifikat tersebut akan dapat mengantarkan mereka menjadi guru professional sesuai dengan tema seminar, dan berharap setelah itu mereka akan diganjar dengan tunjangan satu kali gaji seperti yang dijanjikan oleh pemerintah. Keceriaan membuncah ketika mereka yakin bahwa sertifikat tersebut benar sesuai dengan harapan mereka dan dengan hati-hati mereka memasukkannya ke dalam map plastik berwarna merah mudah transparan. Saya bahkan hampir mendengar desahan nafas lega mereka.
Keceriaan ada pada senyum mengembang di bibir para penyelenggara seminar ketika mengantarkan ratusan guru keluar ruang seminar bergantian lewat lift yang hanya muat beberapa orang sekali jalan. Senyum lebar itu seolah hendak menyatkan,:” Kami telah melakukan pekerjaan mulia ini dengan sangat baik dan kegembiraan adalah ganjaran yang layak bagi kami.”
Keceriaan ada dimana-mana dan Anda tinggal memungutnya. Begitu juga dengan kemuraman …
Kemuraman ada di daun-daun berwarna kuning meranggas yang rontok dari pohon yang tumbuh di depan rumah. Teksturnya yang mengeriput seolah hendak menyatakan,:”I’m finished now. God bye life!”
Kemuraman ada pada wajah-wajah kuyu pada beberapa orang yang berpapasan dengan kita sepanjang jalan seolah hendak menyatakan,:”Hidup sekali lagi telah terbukti mengkhianati saya hari ini. Kenapa kegagalan selalu mengincar saya?”
Kemuraman ada pada berita-berita TV yang membanjiri kita dengan berbagai berita demonstrasi yang berakhir dengan kekerasan, konflik antar golongan, musibah dan bencana alam, dan berbagai macam hal buruk seolah kita semua adalah para masochist yang sungguh menikmati segala macam penderitaan dan kesakitan yang disuguhkannya tersebut.
Kemuraman ada pada protes menggebu-gebu para guru kepada pemerintah, kepala sekolah, pengawas, komite sekolah, dinas pendidikan, panitia sertifikasi, dan entah siapa lagi yang mereka sebutkan seolah mereka itu telah merampas kebahagiaan mereka sebagai guru yang sebetulnya hanya ingin hidup tenang dengan mengajar dan berpenghasilan secukupnya. Kemuraman ada pada …
Ah! Saya memilih keceriaan saja hari ini. I can and I will.
Surabaya, 9 Desember 2007
Satria Dharma