
Kemarin ada berita di WAG Yayasan kami di Bali tentang penyegaran security kampus dengan latihan-latihan kedisiplinan. Rupanya mereka juga harus ada latihan-latihan rutin untuk meningkatkan kompetensi dan kebugaran mereka. Biasanya saya tidak memperhatikan berita semacam ini tapi kali ini saya tertarik karena ternyata jumlah security kami ada 25 orang. Haaah…! Banyak juga ya…! 😳 Kalau jumlah securitynya saja ada 25 orang lantas berapa jumlah manajemen, karyawan, dosen, cleaning service, sopir, dll? Seingat saya jumlah dosen kami di ITB STIKOM BALI sudah lebih dari 200 orang kapan hari. Belum lagi guru dan karyawan di divisi SMKTI Bali Global yang ada di beberapa kota di Bali itu.
Saya sungguh bersyukur bahwa Yayasan kami di Bali tersebut bukan hanya mampu meluluskan 9 ribu lebih sarjana komputer selama ini tapi juga mampu memberikan pekerjaan tetap kepada begitu banyak orang. Ini adalah hal yang sangat saya syukuri. 🙏
Satu hal yang selalu membuat saya galau adalah jika ada teman yang datang dan bilang, “Cak, tolong carikan aku pekerjaan dong. Aku udah nganggur lama nih…!” Atau, “Mas, bisa carikan kerja buat anakku? Anakku udah lulus S-2 tapi belum dapat pekerjaan sampai sekarang ”
Memang banyak orang di sekitar kita yang masih menganggur. Dan itu bukan karena mereka malas mencari pekerjaan atau terlalu pilih-pilih. Lowongan pekerjaan memang banyak di mana-mana tapi persyaratannya juga tidak selalu bisa dipenuhi oleh orang-orang yang menganggur. Apalagi teman seusia saya yang memang usianya sudah over sixty semua.
What can I do to help…?! 🤔
Kadang-kadang saya bergurau pada teman yang minta pekerjaan dengan menjawab, “Yang ada cuma pekerjaan jadi Satpam, bagaimana?”. 😎 Saya pikir ia tentu akan menolak. Tapi ada teman yang memang benar-benar sudah desperate dengan menjawab, “Gak apa-apa. Jadi Satpam aku juga mau. Yang penting bisa kerja. Aku benar-benar udah bosan nganggur tanpa ada penghasilan sama sekali.” Kalau sudah begitu saya yang kelimpungan karena saya tahu bahwa bahkan di kampus saya ada persyaratan khusus untuk menjadi Satpam. Setahu saya ada batasan usia untuk jadi satpam dan saya juga tidak bisa memaksakan teman yang usianya sudah 65 tahun untuk bisa bekerja jadi satpam di kampus saya. Bisa-bisa kami dituduh mempekerjakan orang di atas umur. 😁
Saya selalu prihatin jika ada teman yang menganggur butuh pekerjaan dan datang pada saya tanpa bisa saya bantu. Saya juga prihatin jika ada teman yang datang pada saya minta tolong agar anaknya dicarikan pekerjaan dan saya tidak bisa membantu. Itu sebabnya saya sangat menghargai orang-orang yang bisa membuka lowongan pekerjaan bagi orang lain. Kalau Anda bisa mendapatkan pekerjaan dengan gaji yang bagus maka itu hebat. Tapi kalau Anda bisa membuka lapangan pekerjaan bagi orang lain dengan gaji yang memadai maka negara tentu akan lebih menghargai dan menghormati Anda. Negara layak berterima kasih pada Anda karena Anda telah membantu negara memberikan pekerjaan dan penghasilan bagi anak bangsa yang membutuhkan. Negara jelas tidak akan mampu untuk membuka lapangan pekerjaan bagi semua warganya betapa pun hebat dan kayanya negara tersebut. Bahkan Jepang yang butuh banyak naker asing itu aja tingkat penganggurannya 2,6%. Di Amerika Serikat tingkat penganggurannya mencapai 3,4% atau 5,7 juta orang. Itulah sebabnya negara membutuhkan pengusaha atau wiraswastawan yang mampu bekerja dan mendapatkan penghasilan secara mandiri. Keberadaan pengusaha ini penting bagi perekonomian sebuah negara karena mereka berkontribusi bagi penyerapan tenaga kerja. Para pengusaha adalah salah satu motor penggerak perekonomian. Apalagi kalau mereka bisa membuka lapangan pekerjaan bagi orang lain.
Jumlah pengusaha di Indonesia masih minim. Padahal, banyaknya jumlah pengusaha menjadi salah satu indikator negara maju. Singapura itu jumlah pengusahanya 9 persen dari total penduduk. Indonesia masih 3 persen. Jadi kalau kita ingin menjadi negara maju, kita harus menciptakan banyak pengusaha. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk Indonesia hingga saat ini sebanyak 275,77 juta jiwa. Artinya, jumlah pengusaha di Indonesia ada 8,27 juta jiwa. Masih sangat jauh dari yang dibutuhkan.
Kemarin ada kerabat yang tinggal di Bandung dan sudah menganggur lama. Ia mengeluh pada saya katanya strinya minta cerai karena tidak tahan punya suami pengangguran. Saya bisa mengerti. Saya tidak bisa menyalahkan istrinya. Kalau ada istri yang tahan suaminya jadi pengangguran tanpa penghasilan bertahun-tahun maka si istri ini layak dapat penghargaan medali kesetiaan dan ketabahan. Itu luar biasa. Saya sendiri sebetulnya status pengangguran tapi kan punya penghasilan. Jadi kondisi saya masih amanlah. Saya masih disayang sama istri. 😁
Kerabat saya itu sebenarnya punya gelar S.Ag tapi mungkin ijazahnya sudah ikut berkarat dengan lamanya ia menganggur. Waktu saya tawari pekerjaan serabutan atau security di kampus saya di Bandung ia bersedia. Mudah-mudahan Pak Rektor di Bandung tidak keberatan punya pegawai baru yang sudah tuwir. Yang penting kerabat saya itu bisa kerja dan siapa tahu kalau dia bekerja istrinya akan melunak sikapnya dan berubah pikiran tidak jadi minta cerai. 😁 Siapa tahu dari seorang security karirnya nanti akan melesat. Siapa tahu dari sini nanti karirnya bisa meningkat jadi salah seorang ustad atau pengusaha atau apalah… Namanya juga nasib siapa yang tahu? Bukankah Houtman Zainal Arifin yang awalnya hanya seorang office boy ternyata bisa menduduki jabatan nomor satu sebagai seorang Vice President Citibank?
Balikpapan, 17 April 2023
Satria Dharma.