
Saya jelas tidak akan membeli buku ini jika saya hanya mempertimbangkan judul dan sampul bukunya. Judulnya tidak menarik dan tidak memberi petunjuk tentang apa topik yang dibahas oleh buku ini. Apa maksudnya “Terima kasih karena Anda terlambat”? Sampul bukunya juga sungguh membosankan dan sama sekali tidak menimbulkan sensasi visual dari sebuah buku yang layak dibeli dan dibaca. Visually boring, judulnya tidak menarik, tebal lagi….! 😁
Tapi penulis buku ini adalah Thomas L. Friedman. Dia adalah salah satu penulis favorit saya sejak saya membaca buku pertamanya “The World is Flat” yang begitu mind blowing. Bukunya ini mengguncangkan dunia pada waktu diterbitkan dan selama 82 minggu bertahan sebagai daftar New York Times Bestseller. Sejak itu saya menjadi salah seorang penggemarnya. Anda bisa membaca kesan saya tentang buku ini di artikel saya di tahun 2007, https://satriadharma.com/…/balikpapan-kota-pelajar-dan…/ Bukunya memantik ide saya untuk menulis tentang pendidikan dan cyber city. Dan itu di tahun 2007, enam belas tahun yang lalu…
Jadi ketika saya melihat buku ini di rak toko buku Gramedia yang semakin kecil dan terpojok di Delta Plaza Surabaya (this store is surely dying) saya segera menyambarnya. Saya sebenarnya tahu bahwa saya bisa mendapatkan buku ini dengar harga lebih murah melalui toko online tapi untuk apa repot-repot demi beberapa puluh ribu rupiah. Saya bisa memiliki dan menikmati bukunya saat itu juga. 😁
Dunia kita berubah sangat cepat. Pada tahun 2007, iPhone pertama memasuki pasar. Hari ini, kita dapat melihat bagaimana teknologi yang digunakannya benar-benar merevolusi industri seluler. Gadget kita sekarang lebih dari sekadar perangkat untuk menelepon atau mengirim info tertulis. Melalui telepon genggam, kita sekarang memiliki internet di ujung jari kita. Dunia benar-benar seolah berada dalam genggaman kita. Kalau kita ketinggalan HP dalam perjalanan kita maka rasanya kita tercerabut dari dunia. 😁
Sebuah studi di University of Oxford pada tahun 2013 menemukan bahwa 47% pekerjaan di Amerika berisiko sangat tinggi hilang karena komputer dalam 20 tahun ke depan. Teknologi baru berubah begitu cepat sehingga bahkan hanya dalam lima hingga tujuh tahun teknologi yang baru ditemukan tersebut akan menjadi usang. Coba ingat kembali beberapa waktu yang lalu ketika kita masih menggunakan SMS, Yahoo mail dan memiliki ponsel Blackberry. Siapa kira-kira yang masih menggunakan salah satu dari ini sekarang? Saya masih menggunakan Yahoo mail untuk pribadi tapi Blackberry saya sudah jadi bangkai sebagai kenang-kenangan. Sekarang saya menggunakan Oppo yang dicibir oleh anak-anak saya sebagai HP jadul (mereka fanatik pakai iPhone) tapi jauh lebih hebat kapasitas dan kinerjanya ketimbang Blackberry yang dulu sangat saya sayangi. Meskipun mungkin perubahan tersebut tidak terasa tapi dengan mengingat kembali apa aplikasi yang kita gunakan lima tahun atau lebih dapat menunjukkan kepada kita seberapa cepat perubahan terjadi.
Banyak hal berubah dengan kecepatan yang tidak pernah kita bayangkan, sehingga penting bagi kita untuk siap beradaptasi dengan apa pun yang datang. Kita mendapatkan efek negatif seperti perubahan iklim dan penyusutan sumber daya. Di sisi lain, kita mendapatkan manfaat dan kebaikan teknologi dan globalisasi yang memungkinkan kita berbagi ide-ide hebat dan inovatif di seluruh dunia dalam sekejap.
Thomas L. Friedman mengungkapkan semacam gempa tektonik penemuan-penemuan teknologi baru yang membentuk kembali dunia saat ini dan menjelaskan cara memanfaatkannya secara maksimal dan meredam dampak terburuknya. Kita tidak akan pernah melihat dunia dengan cara yang sama lagi setelah kita membaca buku ini: bagaimana kita menerima, memahami dan bahkan mengirim berita, pekerjaan yang kita lakukan, pendidikan yang dibutuhkan anak-anak kita, investasi yang harus dilakukan pemilik modal, dan pilihan moral dan geopolitik negara kita. Semua harus dipikirkan ulang dan diubah ke arah yang tepat karena perubahan-perubahan yang sangat cepat ini.
Dalam bukunya ini kolumnis New York Times dan pemenang Hadiah Pulitzer Thomas L. Friedman mencoba menunjukkan pemahamannya tentang apa artinya hidup di dunia yang meluncur cepat ke masa depan. Dia mengatakan bahwa jika kita ingin memahami masa-masa ini, kita perlu memahami tiga kekuatan terbesar yang sedang bermain: teknologi, globalisasi, dan perubahan iklim. Ketiganya berakselerasi sekaligus dan mengubah setiap aspek kehidupan kita. Apa yang dipaparkannya soal perubahan iklim dan dampaknya terhadap bumi kita sungguh menakutkan. Populasi dunia meledak dengan penduduk sebanyak 7 miliar lebih. PBB memperkirakan populasi dunia akan mencapai 8 miliar pada 15 November 2023 dan India akan melampaui China sebagai negara terpadat di dunia. Tapi ini belum akan berhenti. Bumi ini akan memiliki 9,2 miliar penduduk pada tahun 2050 berdasarkan perkiraan PBB dan Indonesia akan tetap menjadi salah satu negara dengan penduduk terbesar di dunia sampai saat itu. Bayangkan betapa rumitnya masalah yang akan kita hadapi dengan pertambahan penduduk puluhan juta yang butuh makan, tempat tinggal, pekerjaan, pendidikan, dll. Menghadapi ribuan buruh yang tidak puas dengan gajinya saja sudah merepotkan polisi yang harus menjaga demo mereka. Coba pikirkan bagaimana pusingnya presiden kita karena harus menciptakan lapangan kerja bagi jutaan anak-anak muda yang membanjiri pasar kerja. Sementara mengundang investor yang bisa membuka lapangan kerja bagi banyak orang pun Presiden dikecam dan dituduh hanya memperkaya negara asing (China lagi…!). Bayangkan jika negara gagal menciptakan lapangan kerja bagi jutaan tenaga kerja baru. Tingginya angka pengangguran jelas akan memicu ketidastabilan sosial. Kekerasan radikal ISIS punya banyak akar, kata Friedman, tetapi berlipat tiganya populasi Afrika Utara dan Timur Tengah selama lima puluh tahun terakhir jelas salah satunya. 🥴
Sebagai spesies, jumlah kita telah menjadi cukup besar untuk menjadi kekuatan alam. Bayangkan banyaknya jumlah sumber daya yang dibutuhkan bumi untuk menghidupi manusia sebanyak saat ini. Kerusakan yang kita lakukan pada bumi telah tiba pada titik yang sangat mengkhawatirkan. Sekarang, kita benar-benar dapat membuat atau menghentikan hujan. Percepatan perubahan iklim berarti topan, curah hujan, atau banjir yang lebih parah di wilayah tertentu, tetapi juga kekeringan dan kebakaran hutan yang lebih parah di wilayah lain. Kita sekarang berada pada titik persimpangan di mana keputusan kita akan menghancurkan atau melestarikan planet kita. Dengan teknologi terbaru dan sumber daya tersisa yang tersedia bagi kita, apa yang kita lakukan sekarang, atau gagal kita lakukan, akan menentukan masa depan bumi kita ini dan generasi masa depan kita. Jadi bagaimana kita dapat terus memberikan energi dalam skala besar kepada miliaran manusia sambil berupaya melestarikan bumi?
Buku ini dengan rinci menjelaskan kecepatan perubahan yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam kehidupan kita sehari-hari. Bagaimanakah kita harus beradaptasi? Akankah dunia menunggu kita untuk beradaptasi? Bisakah kita memperlambat segalanya? Thomas L. Friedman menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan berfokus pada 3 percepatan utama (teknologi, globalisasi, dan perubahan iklim) yang — disadari atau tidak — semuanya berubah dengan cepat pada waktu yang bersamaan. Dan semua ilmuwan dunia kini saling bekerja sama untuk menghasilkan teknologi dan produk yang semakin canggih dan semakin bermanfaat bagi kehidupan kita.
Pada skala yang besar, input kolaboratif masing-masing negara dapat berkontribusi pada kemajuan keseluruhan penemuan ilmiah dan kemajuan teknologi umat manusia. Kita memiliki alat untuk memperbaiki banyak masalah kita saat ini di planet ini — perubahan iklim, pendidikan, perawatan kesehatan, kelaparan, dan bencana alam.
Di sisi lain, globalisasi dan dunia yang terhubung secara digital juga menciptakan platform bersama dari para pelanggar hukum dan norma. Teknologi telah mengangkat kekuatan individu menjadi jauh lebih besar daripada di masa lalu. Para penjahat juga semakin canggih tentu saja. Saat ini, kita melihat lebih banyak provokator di internet dan pengguna medsos yang mempromosikan pandangan xenofobia, mengobarkan ketegangan rasial, dan memposting berita palsu. Seperti banjir saja rasanya. Sebuah unggahan anonim dari antah berantah yang berisi fitnah dan ungkapan kebencian sekarang dapat didengar di mana-mana. Dunia telah benar-benar datar dan era kepakaran telah mati. Setiap individu dapat memposting apa pun secara online tanpa melalui editor atau filter informasi, dan orang yang sama sekarang dapat mengoordinasikan serangan dunia maya, mencuri informasi online, dan menyebarkan propaganda.
Syukurlah bahwa dalam buku ini juga dijelaskan bahwa beberapa masalah terbesar dunia dapat diselesaikan hanya dengan memiliki komunitas yang kuat dan kebaikan bersama komunitas. Sebuah komunitas yang merangkul keragaman – untuk mempercayai orang lain yang berbeda, yang membangun jembatan pemahaman untuk merentangkan rasa saling percaya akan menjadi penyelamat kita. Terlepas dari semua kemajuan yang dibuat oleh umat manusia, faktor yang mendasarinya tetaplah interaksi pribadi. Kita perlu menjaga kolaborasi dan kepercayaan untuk melanjutkan laju percepatan inovasi. Kita harus tetap optimis bahwa apa pun masalah yang menghadang kita di depan dapat kita selesaikan dengan terus mengupayakan kebaikan bersama, dengan orang-orang baik di berbagai penjuru dunia yang mungkin tidak pernah kita temui dalam hidup kita secara nyata tapi dapat kita ajak berkolaborasi dalam dunia maya. Kita harus tetap optimis dan menyebarkan optimisme di muka bumi ini agar kebaikan bergerak lebih cepat, lebih kuat, dan lebih efektif ketimbang keburukan. 🙏
Salah satu cara terbaik untuk beradaptasi dengan dunia yang bergerak sangat cepat seperti saat ini adalah menjadi PEMBELAJAR SEUMUR HIDUP. Dengan lompatan besar dalam teknologi yang terjadi setiap 5–7 tahun sekali, inilah saatnya kita harus mengalihkan fokus untuk meningkatkan kemampuan beradaptasi kita, dengan mengembangkan pola pikir belajar seumur hidup. Dengan koneksi internet, materi pembelajaran apapun secara online tersedia untuk kita. Friedman menulis tentang bagaimana AT&T mengubah dirinya sendiri ketika mengubah model bisnisnya dari kabel komunikasi menjadi broadband dan komputasi. Telekomunikasi global adalah salah satu bisnis paling intensif di dunia, dan agar tetap tangguh dan terbukti di masa depan, banyak karyawan harus dilatih kembali dengan keterampilan terbaru seperti ilmu komputer, komputasi awan (cloud computing), ilmu data, dan pembelajaran mesin. Untuk mengisi celah teknis ini dan tetap kompetitif, AT&T bermitra dengan Udacity dan universitas untuk memulai program pelatihan ulang bagi sekitar 200.000 karyawan, banyak di antaranya dididik dari usia yang berbeda. Semua karyawan harus selalu dididik ulang agar mampu beradaptasi. Tidak ada cara lain kecuali perusahaan, lembaga, atau organisasi kita memang sudah siap mati. 🥺
Thank You for Being Late ini adalah sebuah buku yang dimaksudkan untuk jadi panduan lapangan tentang bagaimana kita berpikir tentang era akselerasi ini. Ini juga merupakan alasan untuk “terlambat” – untuk berhenti sejenak untuk menghargai zaman sejarah yang menakjubkan yang kita lewati dan untuk merenungkan kemungkinan dan bahayanya. Dengan keluasan wawasannya, kecerdasan, dan optimismenya yang khas, Friedman menunjukkan bahwa kita DAPAT mengatasi berbagai tekanan di era percepatan–jika kita melambat, jika kita berani terlambat dan menggunakan waktu untuk menata kembali pekerjaan, politik, dan komunitas. Tampaknya buku ini adalah buku Friedman yang paling ambisius–dan panduan penting untuk masa kini dan masa depan.
Meski harus saya akui bahwa buku ini berat dan membuat saya terengah-engah dengan begitu banyaknya informasi yang harus saya kunyah tapi saya tetap menganjurkan Anda untuk membaca buku yang hebat ini. Jika Anda membaca 20 halaman saja sehari maka Anda akan menyelesaikan buku setebal 570 halaman ini tidak sampai sebulan. 😁
Ayo semangat…! 💪😁
Surabaya, 15 Maret 2023
Satria Dharma