
Saya gembira sekali membaca bahwa Nahdlatul Ulama (NU) dengan tegas menolak pendirian negara khilafah pada muktamarnya dalam acara resepsi Satu Abad NU di Sidoarjo kemarin. Ya gembira ya prihatin. 😔 Saking bandelnya sebagian kecil ulama pekok beserta jamaahnya yang masih terus mempromosikan negara khilafah sehingga NU harus kembali menegaskan sikapnya yang sudah dipegangnya sejak Indonesia merdeka tersebut. Sebagian ulama dan ustad pengkhianat bangsa memang masih saja terus bergerilya untuk menanamkan virus kekufuran mereka atas berdirinya NKRI dengan tujuan agar umat Islam menolak sistem kepemerintahan yang ada. Tugas NU (dan mestinya Muhammadiyah juga) untuk membersihkan pemikiran-pemikiran sesat negara khilafah memang masih butuh penguatan terus menerus. Kita sebagai umat Islam Indonesia semestinya juga turut membantu tugas ini. Mari kita lawan para ulama dan jamaahnya yang pekok itu. 🙏
Sebaliknya, NU mendukung persatuan seluruh umat beragama di dunia. Sikap NU ini tertuang dalam rekomendasi Muktamar Internasional Fikih Peradaban I yang dibacakan oleh Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ahmad Mustofa Bisri atau Gus Mus dan Yenny Wahid dalam acara Resepsi Satu Abad NU di Sidoarjo, Jawa Timur, Selasa (7/2/2023). Rekomendasi tersebut menyatakan bahwa NU menolak negara khilafah karena dinilai BERTABRAKAN DENGAN TUJUAN-TUJUAN POKOK AGAMA. Artinya ya SESAT. Gerakan pendirian Negara khilafah JELAS berpotensi menimbulkan ketidakstabilan dan merusak keteraturan sosial politik, bahkan konflik bernuansa kekerasan. Dalam pandangan NU, kemaslahatan umat baik muslim maupun nonmuslim dapat diwujudkan dengan mengakui persaudaraan seluruh manusia anak cucu adam. Oleh karenanya, NU mendukung Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang sejak awal dimaksudkan untuk mengakhiri perang yang amat merusak. NU juga mendorong lahirnya tatanan dunia yang adil dan harmonis, yang didasarkan pada penghargaan atas hak-hak yang setara serta martabat setiap umat manusia.
Apakah mungkin ada ulama Indonesia dukdeng yang pekok? Kalau ulama tersebut mengatakan bahwa mendirikan negara khilafah itu wajib ya sudah jelas ulama atau ustad itu pekok. Yang wajib itu PUNYA PEMIMPIN dan memilih yang terbaik di antaranya. Ìtu pun seringkali umat Islam itu tidak punya pilihan dalam hal siapa pemimpinnya. Lha kalau sistem pemerintahan negaranya adalah dinasti atau kerajaan ya jelas tidak ada soal pilih memilih itu. Para khalifah pada zaman Dinasti Umayyah, Abbasiyah, Ustmaniyah, dll tidaklah naik melalui pemilihan. Umat Islam TIDAK PUNYA HAK PILIH pada waktu itu. Sultan Hassanal Bolkiah, tetangga kita yang kaya raya itu, itu bukanlah PILIHAN atau menjadi pemimpin karena dipilih oleh rakyat Brunei. Apakah hal ini sudah sesuai dengan ajaran Islam? Ya sudah. Sepanjang rakyat Brunei sepakat dan Sultan Hassanal Bolkiah telah dilantik maka sahlah dia sebagai pemimpin Brunei. Soal naiknya pemimpin apakah melalui keturunan atau melalui pemilu itu hanyalah soal teknis yang tidak diatur oleh ajaran agama.
Nabi Muhammad sama sekali tidak memberi amanat soal siapa yang harus menjadi pemimpin setelah beliau wafat dan bagaimana mekanismenya. Itu mah terserah para sahabat saja. Toh mereka semua paham bahwa setiap umat itu PERLU DAN HARUS punya pemimpin. Perkara siapa dan bagaimananya ya silakan berembug sendiri. Justru ini menunjukkan bahwa bahkan Nabi pun tidak cawe-cawe dalam soal sistem kepemerintahan dan bagaimana umat Islam memilih pemimpinnya. “Engkau lebih tahu soal duniamu.” kata beliau.
Pertanyaannya adalah mengapa masih banyak juga ulama dan ustad pekok yang kufur nikmat dengan kemerdekaan dan berdirinya negara Indonesia yang telah kita bangun selama 77 tahun ini? Mengapa mereka mengingkari nikmat Tuhan pada bangsa kita ini dengan berkeinginan mengubahnya menjadi negara khilafah? Betapa pekoknya mereka sehingga tidak paham bahwa Turki yang dulunya adalah negara khilafah berabad-abad saja sekarang sama sekali tidak ingin kembali ke sistem khilafah tersebut. Turki malah memilih negara dengan sistem sekuler. Jelas bahwa di Turki juga banyak ulama Islam yang dukdeng dan sangat paham soal ajaran agama Islam tapi toh mereka tidak ada yang memprovokasi umat Islam Turki untuk mengganti sistem sekuler tersebut dengan sistem khilafah. Itu karena mereka tidak pekok dan sudah pernah mengalami sendiri sistem khilafah selama ratusan tahun. Hanya orang pekok yang ingin kembali ke zaman lampau, seindah apa pun zaman tersebut. Hanya orang pekok di Indonesia yang ingin memperjuangkan kembali ke zaman Majapahit, Sriwijaya, Demak, dll karena menganggap itu adalah zaman keemasan bangsa kita. Lha wong Turki yang sudah pernah mengalami keemasan sistem khilafah saja emoh balik ke sistem tersebut lha kok ada ulama pekok yang malah menghasut umat Islam untuk pergi ke sana. Kalau bukan pekok apa dong namanya….?! Kalau dalam istilah agama mereka adalah para KHAWARIJ.
Lalu bagaimana kalau yang membangkang justru mereka yang punya ilmu agama seperti ustadz, kyai, habib, dan cendekiawan muslim? Kan Nabi Musa juga menentang Firaun? Itu kan jelas-jelas ada dalam Alquran. Gimana sih…?!
Lha kalian ini apa merasa sebagai bangsa Yahudi yang ditindas oleh bangsa Mesir di bawah kepemimpinan Firaun? Lha kalau kalian menganggap pemimpin kalian yang ada saat ini adalah Firaun lantas siapa yang Nabi Musa di antara kalian? Mbok ya jangan terlalu GR. Kadang-kadang kita itu ke-GR-an to the max mengira sedang dibawah kepimpinan Nabi Musa memperjuangkan kemerdekaan umat di bawah tirani Firaun. Padahal hanya karena kita kalah di pilkada atau pemilu.
Mbok ya berhentilah berhalusinasi sedang membela agama padahal sebenarnya kalian sedang menuruti nafsu berkuasa kalian dengan menunggangi agama. 🙄
Surabaya, 10 Februari 2023
Satria Dharma