
Menurut hasil survey ZipRecruiter terhadap 1.500 lulusan perguruan tinggi ternyata 44% pencari kerja dengan gelar sarjana menyesali pilihan jurusan kuliah mereka. Mereka menyesal karena ternyata gelar sarjana mereka tidak memberikan peluang kerja dan gaji yang sesuai dengan harapan dan kebutuhan mereka setelah lulus. Saya kaget karena ternyata dua jurusan yang saya ambil berada di peringkat 5 (Pendidikan) dan 10 (Sastra Inggris). Saya lulusan Pendidikan Bahasa Inggris. Wahā¦, menyesal dobel dongā¦! 😁
Apakah saya menyesal dengan jurusan yang saya ambil? Tidak sama sekali. Pendidikan yang saya peroleh inilah yang sangat besar peranannya dalam membentuk saya sampai saat ini. 🙏
Kalau saya tidak masuk PGSLPYD (Pendidikan Guru Sekolah Lanjutan Pertama yang Disempurnakan) di IKIP Surabaya begitu lulus SMA maka saya mungkin akan harus cari-cari kerja setelah lulus sarjana. Di PGSLPYD saya hanya kuliah setahun dengan mendapatkan uang Tunjangan Ikatan Dinas yang sungguh lumayan besarnya bagi anak lulusan SMA. Setelah lulus saya langsung dapat penempatan kerja sebagai guru SMP di Caruban sebagai CPNS. Kerja dua tahun balik ke Surabaya pindah ke SMPN 2 Surabaya sambil balik kuliah S-1 di IKIP Surabaya lagi. Jadi saya tidak perlu cari-cari lowongan pekerjaan. Saya pikir-pikir ternyata itu seperti saya dapat karpet merah untuk bekerja setelah lulus PGSLPYD. Sekarang sudah tidak ada kesempatan yang sangat menarik seperti itu. Kuliah setahun dapat duit setiap bulan dan setelah lulus langsung dapat kerja jadi ASN. Dulu saya tidak menghargai keberuntungan saya tersebut karena saya memang tidak pernah berniat untuk jadi guru. Cukuplah bapak dan ibu saya yang jadi guru dulunya. Toh mereka akhirnya meninggalkan profesi mereka tersebut karena satu dan lain hal.
Setelah āterpaksaā jadi guru saya ternyata sangat menikmati profesi ini dan ketika keluar dari PNS saya kembali jadi guru. Kali ini jadi guru sekolah internasional, mengajar Indonesian Language and Culture pada anak-anak expatriate yang bekerja di perusahaan LNG PT Badak NGL Co di Bontang. Keluar dari Bontang saya tetap setia pada profesi guru dengan mendirikan sekolah sendiri. Sampai pensiun sepuluh tahun yang lalu.
Apakah saya menyesal belajar bahasa Inggris? Oh, no, not at all. Saya justru sangat bersyukur bahwa saya belajar bahasa Inggris di IKIP dulu. Sebagian besar pengetahuan yang saya peroleh saat ini adalah karena kemampuan saya berbahasa Inggris. Sejak SMP sebenarnya saya suka dengan bahasa Inggris. Sayang sekali bahwa di SMP dan SMA dulu yang kita pelajari itu hanya grammar dan bukan membaca buku berbahasa Inggris. Di SMP nilai bahasa Inggris saya tidak pernah istimewa (apalagi nilai pelajaran yang lain). Di SMA-lah saya baru benar-benar belajar bahasa Inggris dengan serius dan tekun secara autodidak. Jadi saya belajar sendiri bahasa Inggris, bukan dengan guru atau ikut kursus.
Kok bisaā¦?! 😁
Sebenarnya saya ini suka belajar tapi tidak suka sekolah. Maklumlah sebagian besar guru-guru kita (dulu) itu sebenarnya tidak kompeten dalam mengajar. Masih untung kalau mereka menguasai materi yang mereka ajarkan. Mostly guru-guru kita itu selain kurang menguasai materi juga membosankan dalam mengajar. Komplit pokokeā¦! 😁 Itu sebabnya dulu sejak SMP saya suka sekali membolos dan kalau tidak suka dengan guru atau pelajarannya ya saya keluar dari kelas dan nongkrong di kantin. Nanti kalau sudah ganti pelajaran saya masuk lagi. Yang paling bikin saya mual dulu adalah pelajaran Fisika. 😁
Jadi bagaimana saya belajar�!
Ya dengan membaca buku. Untungnya kok saya ini suka membaca dan tahan membaca berjam-jam kalau bukunya menarik. 😁
Di SMA kebetulan kami mendapat buku bahasa Inggris berjudul āStudentsā Bookā yang merupakan sumbangan dari Bank Dunia. Buku ini seluruhnya dalam bahasa Inggris dan tebalnya sekitar 600-an halaman. Buku ini bisa dipinjam siswa gratis. Tapi tidak ada teman saya yang suka pada buku yang tebalnya sebantal ini kecuali saya. 😎 Selain StudentsāBook juga ada buku Reading Suplemennya yang khusus berisi cerita-cerita klasik dari seluruh dunia. Dua buku inilah yang menjadi sumber saya belajar bahasa Inggris secara autodidak. Buku ini disusun dengan begitu bagus sehingga sebenarnya kita bisa belajar bahasa Inggris secara mandiri dengan membaca buku ini sendiri. Semua keterangan dan contohnya lengkap (in English of course) Rasanya buku ini sajalah yang saya baca dan pelajari selama saya SMA. Ya karena bisa pinjam gratis dan bisa baca sepuasnya di sekolah dan di rumah. Dengan membaca buku ini secara autodidak kemampuan bahasa Inggris saya melesat menyamai teman saya yang ikut kursus bahasa Inggris selama tiga tahun. Bahkan ketika saya kuliah di PGSLPYD dan S-1 rasanya enteng banget karena seperti mengulang saja Terima kasih Bank Duniaā¦! 🙏😁
Jadi kesukaan membaca dan kemampuan bahasa Inggris sayalah yang membentuk saya sampai saat ini. 🙏
Surabaya, 5 Februari 2023
Satria Dharma