Dua orang teman saya di WAG saling olok perkara kasus sumbangan 2 T dari Heryanti, anak Akidi Tio, yang ternyata blong alias tidak ada uangnya. Teman yang satu mengolok teman yang memuji-muji keluarga Akidi Tio karena percaya saja pada ‘prank’2 T tersebut. “Mestinya pakai akal sehatmu. Kritis sedikit dong…! Lha wong uangnya belum ada saja kok sudah dipuji setinggi langit. Kalau sudah begini kamu mau ngomong apa coba? Mestinya yang menjanjikan sumbangan 2 T tersebut ditahan dan dijebloskan penjara”
Teman yang diolok tidak mau kalah. Dia lalu membalas, “Halaaah…! Dulu yang mau ngajak nonton balap Formula E di Monas siapa? Lupa ya kalau kamu pernah ngajak saya nonton balap mobil Formula E kalau Jakarta jadi tuan rumah balap Formula E pada tahun 2020 kemarin? Mana sekarang balapannya…?! Wis setahun lho, bro. Sudah keluar uang 1,1 T tapi zonk. Padahal itu uang rakyat lho yang dipakai. Sopo sing mestine ditahan dan dijebloskan ke penjara? Lha dulu kamu kok percaya pada ‘prank’ balap Formula E tersebut? Mestinya kritis dikit dong…! Lha wong mobil sama tracknya belum ada kok udah percaya banget. Pakai akal covidmu…”
Dan ramailah mereka balas membalas kata. Tapi untunglah bahwa itu cuma guyonan saja di antara mereka karena setelah itu mereka ngakak bareng lagi. Namanya juga teman. Kalau gak guyon sambil saling olok kurang seru hidupnya.
Pertanyaannya adalah benarkah Heryanti Tio dan Anies Baswedan ngeprank atau bahkan menipu?
Tentu saja tidak.
Berdasarkan arti kata ‘prank’ itu artinya ‘lelucon, kelakar, seloroh, gurauan’. Tentu saja mereka berdua tidak sedang bergurau atau melontarkan lelucon dengan apa yang mereka janjikan. Mereka juga tidak ingin menipu siapa-siapa. Heryanti Tio tahu benar bahwa ada harta bapaknya di Singapura dan Hongkong yang berjumlah besar dan selama ini dia dan saudara-saudaranya telah berupaya keras untuk dapat mengambil alihnya sebagai ahli waris. Tapi tentu saja tidak mudah dan bahkan bisa mustahil karena Akidi Tio sendiri sudah meninggal 11 tahun yang lalu. Heryanti bahkan telah menggunakan beberapa pengacara Singapura dengan biaya besar dari ngutang untuk dapat mengurusnya. Bolak-balik dia ke Batam dan pengacaranya mendatanginya dari Singapura. Tidak jelas apakah Heryanti yang kena ‘prank’ oleh pengacara Singapura yang memberikannya janji sorga selama mau terus membayarnya.
Apakah Heryanti Tio berniat menipu polisi dan Gubernur Sumsel…?! Nekat banget. Menipu kok menipu polisi di kantornya pula. Niatnya memang ingin menyumbang. Sayangnya uangnya belum ada dan statusnya masih ‘katanya…katanya…’ tapi dia sudah nekat mendeklarasikannya. Mungkin dia juga sudah judeg ngurus dan berharap agar polisi mau membantunya menguruskan uang warisannya yang tampaknya jauh lebih besar dari 2 T. Entah bagaimana drama donasi 2 T ini nantinya akan bergulir.
“Sayangnya Heriyanti ini tidak menghubungi saya, “ kata seorang teman yang lain yang katanya selalu bekerja di PT Bimantara yang ternyata kepanjangan dari ‘Biro Makelaran dan Perantara’. “Kalau saya yang diminta untuk mengurus ke Singapura, ke Hongkong, ke mana saja ya saya akan berangkat.” Pause sebentar dan dia menambahkan “Sing penting ongkos dan honor dicepakno. Wistalah… aku budal.” Dan kami pun tertawa ngakak bersama. Dasar Mukidi…!
Apakah Anies Baswedan ngeprank penduduk DKI dengan balap formula E-nya? Tentu saja tidak. Lha wong katanya dia sudah mengeluarkan APBD sebesar 1,1 T untuk itu ya jelas nggak bohonglah. Perkara ternyata urusannya zonk, seperti blongnya sumbangan 2 T itu, maka itu perkara lain. Itu masalah force majeure yang benar-benar di luar dugaan karena adanya wabah Covid 19 ini. Tapi tidak ada niatan ngeprank apalagi mau menipu. Sial mah iya…!
Jadi kalau perkara sumbangan 2 T ini mau diperkarakan sebagai delik penipuan maka apakah balap Formula E yang zong ini juga bisa diperkarakan dengan delik yang sama? Bukankah soal balap Formula E ini sudah jelas-jelas merugikan keuangan APBD DKI? Ya gak bisalah, bro.
Surabaya, 5 Agustus 2021
Satria Dharma
Salam
Satria Dharma
https://satriadharma.com/