
Apa yang menyebabkan kita tidak bisa berubah dari kebiasaan buruk yang kita lakukan? Alasan terbesar adalah tidak adanya motivasi untuk berubah. Kita tahu bahwa merokok itu buruk bagi kesehatan.
âTapi toh banyak orang yang merokok dan tetap hidup sehat dan panjang umurâ, kata kita dalam hati.
Beberapa ulama bahkan menyatakan bahwa merokok itu haram.
âToh banyak juga ulama yang menyatakannya makruh atau mubah, dan bahkan merokok sepanjang hayatnya. Kurang alim apa mereka itu?â, kata hati kita.
Seperti saya dulu yang perokok berat sebelum memutuskan untuk berhenti saya mencari alasan mengapa saya harus berhenti. Saya merokok karena saya menikmatinya, tidak merugikan siapa pun (saya pikir demikian waktu itu), dan bukan sebuah tindakan kriminal. Saya tidak punya banyak kesenangan dan tidak mengumbar diri saya untuk mencari-cari kesenangan lain yang dilarang agama. Merokok adalah ganjaran bagi saya setelah melakukan hal-hal baik dalam keseharian saya. Setiap kali melakukan pekerjaan yang menguras energi atau otak saya mengganjar diri saya dengan merokok. Setiap menghadapi masalah dalam pekerjaan saya mengganjar tubuh saya dengan merokok. Pokoknya apa saja pekerjaan kecil yang saya lakukan saya beri ganjaran diri saya dengan merokok. âYouâve been working and doing going things and you deserve to enjoy smokingâ. Begitu cara saya meyakinkan diri saya untuk tidak berhenti merokok. 😁
Tapi lama-lama akal waras saya berhasil menggedor kebebalan saya dan saya memutuskan untuk berhenti merokok. Saya ingin memiliki tubuh, dan utamanya paru-paru yang sehat. Itu motivasi saya. Apakah saya bisa dengan mudah berhenti merokok setelah punya motivasi? Ternyata tidak. Ejekan satirnya adalah âBerhenti merokok itu sangat mudah. Saya sudah melakukannya berpuluh kali tanpa ada kesulitan.â Artinya setelah berhenti merokok kemudian kembali lagi merokok lalu berhenti lagi lalu merokok lagi. Kita tidak benar-benar berhenti. I was a loser. 😔
Kapan saya benar-benar bisa berhenti merokok? Setelah bekerja di Bontang. Di sana gaji saya lebih besar berkali lipat, pekerjaannya ringan dan mudah, saya punya banyak waktu luang, dan saya kehilangan tantangan dalam hidup yang selama ini saya lakoni. Life was too easy and I needed a challenge. Dengan situasi demikian maka tidak ada hal yang perlu saya ganjar dengan merokok. Lagipula bekerja dengan orang bule itu situasinya beda. Mereka lebih suka minum bir daripada merokok. Di kantor hanya saya yang merokok jadi saya tidak punya teman merokok lagi dan tidak berniat beralih ke bir.
Jadi saya memutuskan berhenti merokok dengan tujuan mendapatkan tubuh yang sehat dan paru-paru yang bersih dari asap rokok. Itu motivasi lama yang selama ini tidak pernah berhasil saya menangkan.
Bagaimana cara saya menjaga komitmen? Dengan mengubah kebiasaan merokok dengan melakukan jogging setiap sore hari sepulang kerja. Sebelum itu saya tidak pernah melakukan kebiasaan baik berolahraga jogging. Sejak itu saya benar-benar bisa berhenti merokok. Lingkungan yang berbeda, pekerjaan yang berbeda, motivasi yang tinggi, menjaga komitmen, akhirnya mampu membuat saya benar-benar berhenti merokok. I am a winnerâŠ! 😍
Tapi itu belum apa-apaâŠ.
Saya selalu kagum pada komitmen anak kedua saya, Yufi. Dia sejak kecil bertubuh gendut karena memang suka makan dengan porsi yang berlebih. Kami sering mengoloknya dengan istilah âseonggok dagingâ. Tampaknya semua orang suka dengan tubuh gendutnya tersebut. He looked cute and cuddly. Jadi dia merasa nyaman saja dengan tubuh suburnya tersebut.
Ketika SMA ia bersekolah di SMAN 10 Malang dan tinggal di asrama. Dia menjadi anak paling gendut di sekolah. Bahkan dia jadi satu-satunya anak bertubuh subur di sekolahnya. Soalnya sekolah ini sekolah khusus beasiswa untuk anak pintar dari berbagai daerah tapi kurang mampu. Jelas sekali yang masuk ke sana adalah anak-anak yang sebelumnya tidak kelebihan gizi sepertinya. Rata-rata mereka bahkan sangat kurus meski berotak encer. Kok bisa Yufi masuk ke sekolah ini? Karena sekolah ini mengikuti program Sampoerna Foundation sedangkan saya adalah konsultannya. Yufi masuk ke sekolah ini tapi dengan biaya mahal untuk mensubsidi anak-anak yang sekolah gratis di sini.
Karena tinggal di asrama maka siswanya makan bersama. Tampaknya jatah makannya dibatasi secukupnya sehingga setiap anak hanya memperoleh jatah makan tidak berlebih. Tapi tentu saja ada anak-anak yang sebelumnya makannya terbatas begitu melihat ada banyak makanan di depannya lalu tergoda untuk mengambil lebih dari jatahnya. Yufi yang sering datang terlambat ke ruang makan akhirnya hanya mendapat âkoret-koretanâalias sisa yang seadanya. Dia yang selama ini selalu makan berlebih kini berbalik menjadi makan kurang dari semestinya. Dan itu dia jalani selama setahun penuh sebelum akhirnya saya pindahkan dia ke SMAN 5 Surabaya (Saya juga konsultannya SMAN 5 Surabaya selama bertahun-tahun).
Tapi dia sudah menjadi langsing berkat diet terpaksanya tersebut. Setahun penuh lemak tubuhnya terkuras untuk memenuhi kekurangan makan selama di asrama. Tapi ganjarannya adalah dia tampak tinggi dan gagah dengan bentuk tubuh barunya. And he likes it more than his previous shape. Sejak itu dia tidak tertarik untuk memiliki tubuh yang gendut lagi. Dan dia mati-matian mempertahankan kebiasaan makannya yang dulunya dua piring menjadi setengah piring saja. Untuk tetap memiliki tubuh yang ideal ia harus menjaga komitmennya untuk tidak makan berlebih. Dan itu tentu tidak mudah. Tanyakan saja pada mereka-mereka yang tetap gagal untuk diet.
Apa âalat penjaga komitmenânya untuk tidak makan berlebih?
âAlat penjaga komitmenâ adalah pilihan yang kita lakukan untuk mengendalikan tindakan kita di masa mendatang. Ini cara untuk membelokkan prilaku kita agar kita hanya melakukan perbuatan baik dan membatasi dari kebiasaan buruk. Dalam hal Yufi, âalat penjaga komitmenânya untuk tetap melakukan diet adalah dengan makan di atas mangkok, bukan dengan piring seperti kita. Dengan mangkok berukuran kecil maka porsi makannya jelas berkurang, lebih sedikit daripada kami yang makan dengan piring. Ini persis seperti yang disampaikan oleh James Clear dalam bukunya âAtomic Habitsâ.
Dengan menggunakan trik âalat penjaga komitmenâ anak saya Yufi berhasil menjaga kebiasaan makannya dan mempertahankan bentuk tubuhnya yang ideal itu.
Apakah Anda tidak tertarik untuk melakukan perubahan dalam hidup Anda?
Surabaya, 11 Juli 2021
Satria Dharma