Di antara prestasi dan kemajuannya yang luar biasa dan membelalakkan mata di dunia internasional, belakangan ini warga dan negara China diserang habis-habisan oleh berita bohong dan fitnah di medsos. Berbagai hoax dan fitnah secara sistematis, terstruktur dan massif menggempur China. Hampir semua medsos yang saya ikuti diserbu oleh berita-berita miring tentang negara China yang katanya akan menguasai dan menjajah Indonesia, sebagaimana China menguasai negara-negara lain yang berutang padanya. Really, bro? 🤔
Dan sebagaimana biasanya, saya dengan senang hati menghajar berita-berita fitnah tersebut. Apalagi yang lebih menyenangkan bagi seorang pensiunan bahagia seperti saya selain smashing those lies and hoaxes? 😂 Tentu saja mereka dengan penuh kegeraman memberi saya julukan ‘antek China’ di berbagai media di mana mereka saya smash. Dan saya menerima julukan tersebut dengan gembira sambil tertawa ngakak di dalam hati. Emang gue pikirin…! 🤣
Salah satu hujatan pada China adalah soal Tibet. Mereka mengedarkan video tentang tentara China yang katanya menyamar jadi TKA di Tibet kemudian pada suatu hari mereka bangkit menjadi tentara dengan senjata lengkap menggulingkan pemerintahan dan menguasai Tibet. Intinya adalah negara China menjajah negara lain dengan pura-pura mengirim TKA yang ternyata adalah tentara yang belakangan menggulingkan kekuasaan di mana mereka jadi TKA. Pesan langsungnya adalah agar berhati-hati pada TKA China yang mungkin suatu saat akan menjajah Indonesia sebagaimana mereka menguasai Tibet. Sungguh sebuah kisah gabungan antara drama sinetron, telenovela, sekaligus Srimulatan. 😂
Yang saya heran sebenarnya kok bisa tiba-tiba teman pensiunan saya tsb punya minat dan wawasan soal konflik China dan Tibet. Lha wong selama ini tak ada sama sekali pemahamannya soal politik luar negeri. Sopo gurune wong-wong iki? 😁
Selain soal Tibet mereka juga mengirim berita soal konflik antara China dan Indonesia soal kepulauan Natuna. Kok tumben teman yang biasanya tidak ngeh soal konflik semacam ini tiba-tiba menghujat China perkara konfliknya di mana-mana?
Saya lalu mengirim berita bahwa masalah Tibet adalah masalah dalam negeri China. Tibet itu sejak dulu milik China. Tibet bukan negara, melainkan daerah otonomi, bagian dari Republik Rakyat China. Dikenal sebagai Tibetan Autonomous Region (TAR), dengan ibu kota Lhasa. Tapi Tibet ingin merdeka sebagaimana Aceh yang merupakan bagian dari Indonesia ingin merdeka dulu. Tentu saja China tidak ingin Tibet memerdekakan diri seperti Indonesia juga tidak ingin Aceh dan Papua memerdekakan diri.
Untuk menghadapi gerakan pemberontakan tersebut tentu saja China menggunakan kekuatan militernya. Indonesia juga menghadapi Gerakan Aceh Merdeka dan Papua Merdeka dengan militer selama bertahun-tahun dengan korban yang tidak sedikit. Mosok dengan onde-onde, kata saya bergurau. Indonesia juga dikecam hebat selama Operasi Militer mereka di Aceh tersebut. Ada dua kali kalau tidak salah, yaitu pada tahun 1990-1998 dan 2003 – 2004 https://en.m.wikipedia.org/…/1990%E2%80%931998…
https://id.m.wikipedia.org/…/Operasi_militer_Indonesia…(disebut%20juga%20Operasi%20Terpadu%20oleh,berlangsung%20kira%2Dkira%20satu%20tahun.
Seandainya tidak ada Tsunami yang meluluhlantakkan Aceh mungkin kedua belah pihak masih akan terus berperang mempertahankan prinsip masing-masing. Alhamdulillah setelah terjadi kesepakatan damai akhirnya Aceh sekarang menjadi daerah otonomi khusus, sama seperti Tibet di China. Baik GAM mau pun pemerintah Indonesia senang bahwa pada akhirnya terjadi perdamaian dan kedamaian di Aceh. 🙏
Teman pensiunan saya yang mengecam China dalam kasus Tibet lalu saya tembak dengan pertanyaan “Ketika dulu orang Aceh ingin merdeka Bapak dan Ibu guru yang ada di sini membela Aceh atau Indonesia?
Gerakan Aceh Merdeka, atau GAM adalah sebuah organisasi separatis yang memiliki tujuan supaya Aceh lepas dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Saya pingin tahu sikap Bapak dan Ibu guru soal GAM. Kalau Anda membela Tibet yang mau berontak terhadap negara China apakah boleh saya menyimpulkan bahwa Anda dulu juga membela GAM dan mengecam pemerintah Indonesia?”🤔
Tentu saja suasana kemudian jadi senyap… 😎
Bagaimana dengan Pulau Natuna?
Ya benar. Terjadi sengketa kepemilikan antara Indonesia dan China. Kedua negara saling mengklaim bahwa Natuna adalah milik mereka dengan argumen masing-masing. Pertanyaannya adalah:
1. Milik siapakah pulau tersebut?
2. Bagaimana sikap Indonesia menghadapi sengketa ini? 😊
Mari kita flash back dulu…
Sengketa kepemilikan pulau dan batas negara adalah hal biasa dalam percaturan politik dunia.
Apakah masih ingat dengan kasus persengketaan kepemilikan Pulau Ligitan dan Sipadan antara Indonesia dengan negara Malaysia kapan hari? 😊
Sengketa Sipadan dan Ligitan adalah persengketaan Indonesia dan Malaysia atas pemilikan terhadap kedua pulau yang berada di Selat Makassar yaitu pulau Sipadan (luas: 50.000 meter²) dengan koordinat: 4°6′52.86″N 118°37′43.52″E dan pulau Ligitan (luas: 18.000 meter²) dengan koordinat: 4°9′N 118°53′E. Sikap Indonesia semula ingin membawa masalah ini melalui Dewan Tinggi ASEAN namun akhirnya sepakat untuk menyelesaikan sengketa ini melalui jalur hukum Mahkamah Internasional
Jadi Indonesia dan Malaysia SAMA-SAMA MENGKLAIM bahwa kedua pulau tersebut adalah milik negara mereka.
Untuk menyelesaikannya ya dengan membawanya ke persidangan internasional dan bukan dengan perang. 🙏😊
Apakah kita masih ingat hasil dari persengketaan tersebut?
Pada tahun 1998 masalah sengketa Sipadan dan Ligitan dibawa ke ICJ, kemudian pada hari Selasa 17 Desember 2002 ICJ mengeluarkan keputusan tentang kasus sengketa kedaulatan Pulau Sipadan-Ligitan antara Indonesia dengan Malaysia. Hasilnya, dalam voting di lembaga itu, Malaysia dimenangkan oleh 16 hakim, sementara hanya 1 orang yang berpihak kepada Indonesia. Dari 17 hakim itu, 15 merupakan hakim tetap dari MI, sementara satu hakim merupakan pilihan Malaysia dan satu lagi dipilih oleh Indonesia.
Kasus dimenangkan oleh Malaysia dan Indonesia harus legowo dengan keputusan internasional tersebut. Good bye Sipadan dan Ligitan. 👋
Bagaimana dengan Pulau Natuna?
Ya benar. Terjadi sengketa kepemilikan antara Indonesia dan China. Kedua negara SALING MENGKLAIM bahwa Natuna adalah milik mereka dengan argumen masing-masing.
Mengenai Natuna, Presiden Jokowi telah dengan tegas menyatakan bahwa Natuna adalah daerah teritorial NKRI. Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyatakan pemerintah tidak akan berkompromi dalam mempertahankan kedaulatan Indonesia, terkait polemik klaim kepemilikan perairan Natuna oleh China. https://www.cnnindonesia.com/…/jokowi-soal-kapal-china…
Dan ini komentarnya
“Alhamdulillah, baru sadar Cina dengan berbagai dalih atau cara agar mereka bisa MENCAPLOK, MERAMPAS WILAYAH NEGERI LAIN YG BUKAN MILIKNYA, termasuk Natuna merupakan wilayah territorial NKRI sejak lahirnya nkri.
Saya merasa sedih, mengapa cina selalu dibela seolah-olah mereka bukan wni, bahkan pernah berucap Alhamdulillah sewaktu medengar banyak berdatangan wn cina ke Indonesia. Subhanallah !
Untung pak Jokowi masih tebal semangat kebangsaan beliau bahwa NKRI harga mati !!.
Tidak banyak komentar lagi, karena sudah jelas dan sdh terjawab.
Hanya yg kami risaukan, jangan-jangan CINA tidak hanya ingin menguasai Natuna, melainkan ingin mencaplok Indobesia secara keseluruhan.
Menghapus INDONESIA menjadi INDOCHINA.!!”
Jadi saya jawab:
“Apakah ketika Indonesia berkonflik dengan Malaysia dan mengklaim Sipadan dan Ligitan sampeyan juga bilang bahwa Indonesia mau MENCAPLOK DAN MERAMPAS wilayah negara Malaysia?
Ayo dong…! Mana kejujurannya? 🤪
Jadi sebaiknya kita melihat jitok kita sendiri sebelum mencaci maki dan mencurigai negara lain. 🙏
Disahuti lagi: “Tidak sama bro.
Kedua pulau itu dalam sengketa antara Indonesia dan Malaysia yg masing-masing punya data kepemilikan. Kemudian dibawa ke Mahkamah Internasional (anda sdh ceritakan).
Kalau Cina terang -terangan ingin mencaplok dg berbagai dalih..!! Wah jangan disamakan. Kok masih condong ke Cina kok gak condong ke bangsa sendiri?Sesungguhnya anda itu berdiri disisi yg mana? Jujur saja. Wong pak Jokowi mengatakan NKRI HARGA MATI, kok anak buahnya malah sebaliknya.”
Saya jawab : “Sampeyan ini bikin ngakak saja. Tentu saja China juga punya alasan mengapa mereka mengklaim Natuna. Lha kalau sekedar mengklaim kenapa tidak mengklaim Pulau Bali aja sekalian. 😁
Lha apa pembelaan sampeyan terhadap PENCAPLOKAN Timor Timur oleh Indonesia dulu?
Boleh-boleh saja dan tidak masalah ya…?! 😁
Anda boleh memfitnah negara China akan menjajah Indonesia tapi faktanya adalah China TIDAK PERNAH ada sejarahnya menjajah negara lain. Justru Indonesia yang pernah menjajah Timor Timur. Apa yang kita lakukan terhadap Timor Timur dulu oleh dunia dianggap sebagai PENJAJAHAN meski kita berdalih bahwa mereka yang ingin bergabung dengan kita. Faktanya mereka tidak pernah berhenti berjuang untuk merdeka sampai akhirnya diadakan referendum dan Indonesia kalah.
Ketika Indonesia ‘menjajah’ Timor Timur dulu, bagaimana sikap Bapak dan Ibu? Setuju atau tidak? 😏
Dan ini komentar baliknya.
“Lagi-lagi terdengar adanya fitnah “provokasi”. Tapi silakan menghina, nanti Anda bangkrut di akhirat kelak, daripada saya bangga menjadi anteknya aseng. Kalau Aseng menang di Indobesia, kira
– kira aku dapat apa ya?..
Apakah sudah terpikir dibenak Anda?..
Dan ini jawaban saya:
Yang bangkrut adalah mereka yang selalu memfitnah dan menyebarkan berita bohong. Itu sudah jelas. 😎
Kalau mau bersikeras dengan kebohongan dan sikap plin-plan ya monggo saja. Toh nantinya akan kita pertanggung jawabkan sendiri-sendiri di akhirat. Nggih nopo mboten? 😁
Lalu senyap lagi… 😎
Lalu yang lain ngirim postingan musik ndangdut. Tarik, Sis…! 🎶🎵🤣
Balikpapan, 5 Juni 2021
Satria Dharma